IDI: Sampai Akhir 2020, 237 Dokter Meninggal karena COVID-19

Data dari Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memperlihatkan bahwa sampai dengan akhir Desember 2020 terdapat 504 petugas kesehatan yang meninggal dunia akibat COVID-19.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 02 Jan 2021, 22:04 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2021, 22:04 WIB
FOTO: Sepanjang 2020, 22.138 Orang di Indonesia Meninggal Dunia Akibat Terpapar COVID-19
Makam jenazah dengan protokol COVID-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta, Kamis (31/12/2020). Berdasar data yang dikeluarkan, Kamis (31/12) total kasus COVID-19 di Indonesia sejak diumumkan Maret lalu mencapai 743.198 orang, 611.107 sembuh dan 22.138 orang meninggal dunia. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Data dari Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memperlihatkan bahwa sampai dengan akhir Desember 2020 terdapat 504 petugas kesehatan yang meninggal dunia akibat COVID-19. Terdiri dari 237 dokter dan 15 dokter gigi, 171 perawat, 64 bidan, tujuh apoteker dan sepuluh tenaga laboratorium medik.

Menurut pernyataan yang diterima di Jakarta pada Sabtu, 2 Desember 2021, para dokter yang meninggal itu terdiri dari 101 dokter umum, yang di antaranya adalah empat guru besar, 131 dokter spesialis, dengan di antaranya tujuh guru besar, serta lima residen. Semuanya berasal dari 25 IDI wilayah (provinsi) dan 102 IDI cabang (kota/kabupaten).

IDI juga mencatat angka kematian tenaga medis di Indonesia tercatat paling tinggi di Asia dan masuk lima besar di seluruh dunia. Peningkatan kematian tenaga medis akibat COVID-19 itu, ujar Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi merupakan salah satu dampak akumulasi peningkatan aktivitas dan mobilitas yang terjadi, seperti berlibur, pilkada dan aktivitas berkumpul dengan orang tidak serumah.

"Vaksin dan vaksinasi adalah upaya yang bersifat preventif dan bukan kuratif. Meski sudah ada vaksin dan sudah melakukan vaksinasi, kami mengimbau agar masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat karena risiko penularan saat ini berada pada titik tertinggi dimana rasio positif COVID-19 pada angka 29,4 persen. Situasi akan bisa menjadi semakin tidak terkendali jika masyarakat tidak membantu dengan meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan 3M," ujarnya.

Selain itu, IDI juga meminta pemerintah dan pengelola fasilitas kesehatan untuk memperhatikan ketersediaan alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan serta tes rutin untuk mengetahui situasi terkini mereka.

Perlindungan bagi tenaga kesehatan mutlak diperlukan, tegas Adib, diperlukan karena petugas kesehatan kini menjadi garda terdepan dan benteng terakhir mengingat masih adanya yang abai pada protokol kesehatan.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Imbauan untuk Ibu Hamil

Dalam pernyataan serupa, Ketua Perhimpunan Obstetri dan Ginekolog Indonesia (POGI) dr. Ari Kusuma Januarto, mengingatkan pada seluruh ibu hamil untuk menaati protokol kesehatan.

Hal itu penting, katanya, mengingat ibu hamil memiliki imun yang lebih rendah selama masa kehamilan sehingga sangat rawan tertular atau terpapar virus.

"Meski belum ada penelitian bahwa virus COVID-19 dapat menular pada janin dalam kandungan, namun ketika seorang ibu hamil sudah terkonfirmasi positif, maka bayi yang baru dilahirkan dapat berpotensi tertular juga karena kontak fisik," demikian ujar dr. Ari.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya