Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 menghantam perekonomian Tanah Air. Selama tiga kuartal beruntun pertumbuhan ekonomi tercatat minus. Indonesia terjebak dalam jurang resesi.
Jumat, 5 Februari 2021 lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang 2020 terkontraksi minus 2,07 persen.Â
Baca Juga
Hantaman ini dirasakan nyata oleh sejumlah perusahaan. Sejumlah perusahaan di Tanah Air terpaksa tutup. Hasil survei BPS, pada 12-23 Oktober 2020, menunjukkan 6,78 persen perusahaan berhenti beroperasi karena terdampak pandemi Covid-19.
Advertisement
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengungkapkan, kebijakan pemerintah terkait pembatasan aktivitas masyarakat lah yang menyebabkan roda perekonomian di sektor perhotelan, restoran, transportasi dan UMKM terhenti.
"Setiap ada pengetatan pasti ekonominya kontraksi, kalau kontraksi perusahaan yang kena dampak pasti banyak. Kemudian turunnya permintaan karena orang tidak beraktivitas, tidak melakukan kegiatan ekonomi otomatis terkena dampak itu. Lebih banyak market drop, permintaan turun," papar Hariyadi saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat 5Â Februari 2021.
Dia mengaku tak memegang data secara statistik soal jumlah perusahaan yang tutup karena terdampak pandemi Covid-19. Namun, kata dia, dampaknya bisa terlihat secara kasat mata. Contohnya, restoran yang ada di mal. Saat ini banyak yang memilih tutup karena tak sanggup lagi bertahan.
Sementara di sektor perhotelan, Haryadi menyebut yang terkena dampak paling parah adalah hotel yang pemasukannya berasal dari wisatawan mancanegara seperti di Bali dan Bintan. Dia menyebut di Bali 96 persen hotel masih belum beroperasi. Sedangkan di Bintan hanya dua hotel yang tetap buka.
"Kondisi perusahaan yang hingga 2021 secara statistik saya kurang tahu. Tapi yang kita lihat ini kemungkinan besar di kuartal 1 2021 kondisi secara umum lebih berat dari kuartal ketiga dan keempat 2020 karena di historical data kuartal pertama lebih rendah dibandingkan tiga kuartal lainnya," ucap dia.
Uniknya, ada satu sektor yang tetap bergairah di tengah pandemi. Properti....
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tangkap Peluang di Tengah Pandemi
Meski turut terkena dampak pandemi Covid-19, usaha bidang properti mengalami tren kenaikan. Terutama di penjualan properti level menengah.
Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengungkapkan, ada tren kenaikan penjualan properti di level menengah selama Agustus-Desember 2020. Kenaikan penjualan yang menurut dia besar-besaran ini, membuat sektor properti secara nasional tetap tumbuh di angka satu koma selama pandemi Covid-19.
"1,56 persen kalau enggak salah," ujar Totok kepada Liputan6.com, Selasa 2Â Februari 2021.
Dia mengatakan, kenaikan penjualan pada properti di kelas menengah ini lantaran menerima muntahan dari pelanggan di kelas bawah. Pasalnya, selama pandemi banyak pelanggan di level bawah beralih untuk membeli properti pada kelas menengah.
Totok mengaku tak memiliki data secara pasti berapa nilai kenaikan tersebut. Yang jelas, lanjut dia, penjualan hunian pada kelas menengah mencapai lebih dari 80 persen.
"Yang pasti penjualan properti hunian Agustus sampai dengan Desember 82,3 persen di harga Rp 300 juta hingga Rp 1 miliar," ucap Totok.
Menurut dia, kenaikan ini memang tak dipungkiri ada peran serta dari bank. Meski, sambung dia, kenaikan ini juga tak bisa disebut karena jasa dari satu pihak. Sebab, properti berkaitan dengan 175 bidang usaha lain.
Beberapa pengembang perumahan yang merasakan berkah di tengah Pandemi Covid-19 adalah PT Kesuma Agung Selaras (KAS). Dia mengaku mendapatkan keuntungan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Direktur Utama PT Kesuma Agung Selaras (KAS), I Wayan Madik Kesuma. Dia menyampaikan, perumahan yang dibangun terus diburu pembeli. I Wayan fokus mengakomodasi masyarakat kelas menengah.
"Alhamdulilah ada saja, kebetulan pangsa pasar kami adalah end user jadi pemakai, yang memang butuh rumah untuk ditempati. Jadi karena niat kita membantu teman-teman yang belum memiliki rumah dengan support bank-bank pemerintah, kita jalan terus malah lebih bagus dibandingkan sebelum pandemi," kata I Wayan kepada Liputan6.com, Senin (1/2/2021).
PT KASÂ sendiri fokus membangun kawasan perumahan di Kabupaten Bogor. Graha Selaras di Cikaret misalnya. I Wayan menyampaikan dari 300 hunian kini hanya tersisa tujuh unit. Selanjutnya, Geriya Selaras, Dramaga Bogor dibangun 700 unit dan sampai saat ini telah terjual 150 unit.
Yang terakhir adalah perumahan yang didirikan di Kilometer 51 Jalan Raya Jakarta-Bogor, tepat di Kecamatan Sukaraja pada 2019.
Namun, pihak pengembang baru memasarkannya pada 2020 atau di tengah pandemi Covid-19. Kali ini, konsep yang diusung sangat berbeda. Menurut I Wayan, kualifikasi lebih bagus, karena menurut pemikirannya, rumah bukan sekedar untuk tidur semata.
Terkait Work from Home
Masa pandemi Covid-19 suka tidak suka beberapa perusahaan telah mengubah pola kerja. Karyawan tak melulu harus datang. Tapi bisa bekerja dari rumah atau istilah kerennya adalah Work from Home (WFH).
Pengembang yang dikelola oleh I Wayan menangkap peluang tersebut. Dia mendirikan rumah yang nyaman dan dilengkapi berbagai fasilitas yang mendukung karyawan bekerja.
"Sekarang mereka harus Work from Home, lingkungan yang nyaman tentu yang mereka cari. Makanya kami beri fasilitas internet, kami langsung pasang listrik, juga penerangan jalan umum. Taman-taman sudah jadi, lapangan olahraga sudah jadi. Pokoknya lingkungannya sudah tertata," ucap I Wayan.
Terbukti, dari 510 unit hunian yang tersedia dengan berbagai tipe. Sebanyak 200 unit sudah dipesan oleh pembeli. Bahkan, 150 unit di antaranya dalam proses akad kredit.
Dia mengaku harus memutar otak agar pandemi Covid-19 tak menggerogoti bisnis yang sedang dijalaninya saat ini. Dia tak menampik ada beberapa perubahan paradigma khususnya dalam kegiatan sales marketing.
Kini, dia lebih memanfaatkan teknologi informasi yakni digital marketing seperti media online, media sosial, dan google ads sebagai sarana untuk mempromosikan properti yang dijual, tanpa mengesampingkan media luar ruang seperti baliho dan spanduk.
"Bisnis properti itu kebanyakan konsumen mau lihat wujud fisiknya jadi juga pemasarannya harus ikuti perkembangan zaman, kami gunakan instagram, google ads, kami juga punya saluran youtube. Tanpa mengesampingkan pemasangan baliho di jalan tol terutama di Kota Bogor," kata I Wayan.
Permudah Konsumen
Dia juga mengatakan, pihaknya turut membantu calon konsumen mengurus segala administrasi sampai proses pencarian kredit kepemilikan rumah (KPR) rampung. Mungkin, kelebihan itu yang menurutnya properti di bawah naungannya tetap banjir peminat meski sedang pandemi Covid-19.
"Kami tidak berikan diskon malah harga kami sesuaikan. Tapi kami menanggung biaya akad dan juga pajak pajak atas pembelian unit rumah, jadi kami permudah pihak konsumen. Jadi seperti saya bilang tadi calon pembeli rumah bisa menempati rumah cuma pikirin angsuran ke bank saja," ucap I Wayan.
I Wayan mencatat, pada 2019, penjualan propertinya mencapai Rp 46 miliar. Ini berkat perubahan strategi pemasaran banyak konsumen yang melirik untuk membeli huniannya. I Wayan menyampaikan penjualannya naik dua kali lipat atau menjadi Rp 100 miliar pada 2020.
"Kemudahan administrasi mendongkrak penjualan properti," ucap dia.
Menurut I Wayan, keberhasilan bertahan di tengah Pandemi Covid-19 tak lepas dari dukungan pemerintah daerah dan perusahaan perbankan terutama bank-bank pelat merah seperti BTN, BNI, Mandiri dan BRI. Dia menyampaikan kepercayaan adalah salah satu modal yang sangat penting.
"Kami lebih ke koordinasi dan kolaborasi. Kami sangat jaga betul kepercayaan yang telah dititipkan oleh pemerintah daerah, masyarakat, perbankan kemudian karyawan. Semua kami akomodasi. Mungkin itu yang membedakan makanya penjualan kami terus ada," dia menandaskan.
Â
Advertisement
BTN dan Inovasi
Corporate Secretary Bank Tabungan Negara (BTN) Ari Kurniaman pun mengamini pertumbuhan positif di sektor properti ini. Dia mengatakan pertumbuhan penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) BTN berada di angka tiga persen selama pandemi Covid-19.
Oleh karena itu, dia memprediksi, pertumbuhan penyaluran KPR BTN sampai akhir 2020 tetap positif.Â
"Pertumbuhan penyaluran KPR BTN sampai dengan akhir tahun 2020 diperkirakan tetap positif. Bank BTN mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit perumahan (baik KPR subsidi maupun non KPR non subsidi dan kredit perumahan non KPR) kurang lebih sebesar 3 persen. Angka pencapaian tersebut ditopang oleh laju pertumbuhan KPR Subsidi yang tumbuh hampir sekitar 8 persen secara year on year pada tahun 2020 lalu atau masa pandemi,"Â tutur Ari saat dihubungi Liputan6.com, Selasa 2Â Februari 2021.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Ari mengatakan, KPR diproyeksikan bakal terus tumbuh sebesar lebih dari 2,3 persen. Hal ini bukan tanpa sebab. Pasalnya, lanjut dia, gaung pesan selama pandemi soal jaga jarak dan tetap berada di rumah menjadi faktor rangsangan baru bagi masyarakat untuk memiliki hunian.
"Pertumbuhan ini diharapkan akan terus berlanjut pada tahun 2021 dengan pertimbangan banyak pesan moral yang disampaikan pada saat pandemic seperti stay at home, pay at home, work from home, di mana rumah menjadi penting dan ini adalah core business Bank BTN. Berdasarkan data statistik BPS, sektor real estate masih dapat tumbuh 2,3 persen yoy (year on year). Dan Pulau Jawa masih mendominasi pertumbuhan khususnya untuk KPR di Bank BTN," jelas Ari.
Dia mengatakan, selama pandemi ini, tren pembelian rumah paling banyak berada di kalangan bawah. Hal ini disebabkan oleh kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), warga berpenghasilan rendah dapat mengambil KPR.
Ari juga menerangkan, kebiasaan selama pandemi Covid-19, membuat bisnis BTN harus menyesuaikan diri. Sejumlah inovasi dilakukan agar tetap bisa menarik minat calon nasabah. BTN, lanjut dia, bahkan menghadirkan pameran properti secara virtual.
"Pameran yang biasanya dilakukan secara face to face, sekarang dilakukan secara virtual. Termasuk dalam hal ini proses KPR dapat dilakukan secara online. Selain itu banyak layanan BTN yang saat ini sudah dapat dimanfaatkan masyarakat di mana mereka tidak harus datang ke bank," ucap Ari.
BTN memang sedang fokus untuk meningkatkan layanan digital agar memudahkan pelayanan para nasabah hanya dalam satu genggaman. Digitalisasi ini tentu saja satu dari sekian strategi BTN agar tetap bertahan dari terpaan pandemi.
"Ada sejumlah strategi yang kami lakukan untuk tetap memikat pasar antara lain dengan menyelenggarakan IPEX Virtual 4D yang sudah kami gelar dua kali tahun 2020 lalu. Kemudian melakukan upgrade dan peningkatan fitur pada portal www.btnproperti.co.id dan mengajak pengembang untuk mempromosikan properti mereka di website tersebut," beber Ari.
"Berikutnya melakukan promosi produk yang bisa di-bundling dengan KPR, misalnya BTN solusi. Dan melakukan promo atau program KPR khusus, misalnya kita pernah meluncurkan KPR Patriot bagi TNI maupun Polri, membuat program KPR BP2PT dengan fitur graduated payment program serta KPR Gaess for Millenials untuk para milenial," sambung dia.
Selama pandemi ini, BTN juga telah memberikan restrukturisasi kredit kepada 330 ribu nasabah. Hal ini selaras dengan aturan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai aturan restrukturisasi kredit hingga Maret 2021.
"Seperti diketahui, OJK telah menerbitkan aturan restrukturisasi kredit yang diperpanjang hingga Maret 2021. Dengan ketentuan tersebut, Bank BTN telah memberikan restrukturisasi kredit bagi debitur Bank BTN, baik segmen kredit UMKM maupun non UMKM dengan persyaratan yang disesuaikan dengan peraturan dari OJK tersebut," ucap Ari.
Untuk regulasi, pemerintah telah banyak memberikan dukungan supaya masyarakat dapat memiliki rumah dengan mudah dan terjangkau. Misalnya dengan memberikan anggaran subsidi untuk perumahan seperti Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT), Subsidi Selisih Bunga dan lain sebagainya yang disebut sangat bermanfaat bagi masyarakat.
"Ditambah kebijakan, seperti BI tahun 2020 lalu, yaitu relaksasi Loan To Value dimana BI menaikkan lagi ketentuan plafon pemberian kredit atau loan to value (LTV) kredit pemilikan rumah (KPR) untuk rumah kedua dan seterusnya. Jadi sejauh ini pemerintah telah memberikan dukungan yang positif untuk industry perumahan tersebut," kata Ari.
Target 2021
Ari mengungkapkan, pada 2021, BTN menargetkan pertumbuhan kredit di angka 7-9 persen. Menurut dia, BTN akan menjadi salah satu lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut Ari, target itu tak muluk-muluk. Target itu bisa saja tercapai karena pembiayaan perumahan yang menjadi bisnis BTN, selama ini terbukti berdampak pada 174 industri turunannya. Sambil berjalan, kata dia, BTN menyiapkan kuda-kuda untuk menjadi The Best Mortgage Bank in South East Asia pada 2025.
"Sudah pasti kita berharap 2021 lebih baik, dengan mendorong pertumbuhan kredit bisa di kisaran 6-8 persen setelah banyak hal kita siapkan pada tahun 2020. Paling tidak manajemen BTN telah meletakkan fondasi untuk bagaimana pada tahun 2021 bisnis perseroan tinggal running. Di samping tentu saja pemerintah tetap memberikan stimulus melalui kebijakan positif untuk industri perumahan seperti yang sudah dilakukan pada tahun 2020," pungkas Ari.