Liputan6.com, Jakarta - Khalid Syaifur Rahman harus menguburkan niatnya untuk berlebaran bersama istri dan anaknya, usai dirinya dinyatakan Covid-19 pada 1 Mei 2021. Ia harus menjalani karantina di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Padahal, Khalid sapaan akrabnya telah menanti-nantikan untuk pulang ke Kota Medan untuk merayakan hari lebaran bersama anak dan istri. Sehingga tiket yang sudah dia pesan sejak 5 Mei pun terpaksa dibatalkan.
"Sebenernya saya udah beli tiket tanggal 5, kan larangan mudik itu kan tanggal 6 sampai 16. Jadi saya sudah pesan tiket dari tanggal 5 rencana buat pulang ke Medan. Karena tanggal 1 udah kena, udah positif pas di swab ya udah tidak jadi. Akhirnya cancel tiket," kata Khalid saat dihubungi merdeka.com Kamis (13/5/2021).
Advertisement
Karena kondisinya itu, Khalid harus merelakan kehilangan momen lebaran bersama anak pertamanya itu. Pasalnya momen itu sudah dinanti-nantikan olehnya. Terlebih ini merupakan tahun pertama ditemani sang buah hati.
"Yang pertama lebaran kemarin belum punya anak, nah seharusnya lebaran kedua bersama anak sama istri sekarang ini," tuturnya.
Namun begitu, dia sudah ikhlas dan telah memberikan pengertian akan kondisi dirinya yang baik-baik saja selama menjalani karantina. Sehingga Khalid bisa menjalani ibadah Sholat Idul Fitri dengan khusyuk bersama para pasien maupun tenaga kesehatan yang lainnya.
Sehingga rasa gundah tak bisa jalani momen kebersamaan bersama keluarga, anak dan istrinya bisa sedikit terobati. Dia pun menceritakan momen Shokat Id di Wisma Atlate yang dilakukan di lantai 12 Tower 6 bersama para pasien dan tenaga kesehatan lainnya.
"Kita positif aja memang tidak ada pilihan. Karena mau tidak mau kita harus tetap lanjut di sini, tetap isolasi gitu tapi kan waktunya lagi Idul Fitri. Jadi walaupun Idul Fitri tetap di sini, termasuk nakes juga kan jadi ya udah jalani aja," tutur Khalid.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Ajukan Diri Jadi Khatib Idul Fitri
Lantas alumnus Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) menceritakan momen Sholat Id di Wisma Atlet dimana sempat ingin mengajukan diri sebagai khatib. Hal itu karena, petugas sempat kesulitan mencari penceramah jumat.
"Tadi saya nawarin diri, karena tadi itu panitianya lagi nyari-nyari siapa yang bisa ternyata enggak ada yang bisa. Ya udah saya aja nawarin diri kan, dari pada nanti terhambat," terangnya.
Namun ketika dirinya baru mengajukan ke petugas, ternyata bersamaan dengan itu khatib yang direncanakan telah datang. Sehingga dirinya batal, menjadi pencerah untuk di momen Sholat Idul Fitri di Wisma Atlet.
"Ya udah saya ajuin diri, tapi ternyata khatibnya udah datang, yaudah batal jadinya," terangnya.
Walau tak menjadi khatib Sholat Id, Khalid tetap menjalani ibadah dengan khusyuk dan bersyukur kepada Allah masih diberi kesehatan untuk menjalani momen lebaran bersama teman-teman pasien Covid-19.
Setidaknya hidangan-hidangan khas hari kemenangan seperti rendang dan ketupat tak terlewatkan olehnya. Walau tidak disediakan pihak wisma, namun teman -temannya yang memiliki keluarga dekat sekitar tempat karantina turut mengantarkan hidangan tersebut untuk nantinya disantap bersam-sama.
"Di sini normal aja makanan enggak ada perubahan. Palingan ada teman yang rumahnya dekat dibawain rendang ketupat nah kita makan bareng-bareng dah. Misalkan dibawain, keluarga, pacarnya ini, dibawain rendang ketupat buat kita makan," ujarnya.
Setelah semua ibadah Sholat Id dan makan bersama dilakukan, aktivitas kembali seperti biasa. Para pasien ada yang berolahraga, jalan-jalan santai maupun berkumpul sekadar melepas rasa jenuh selama menjalani masa karantina.
Reporter: Bachtiarudin Alam
Sumber: Merdeka.com
Â
Advertisement