YLBHI Catat Sebanyak 239 Perempuan Alami Kekerasan Sepanjang Tahun 2020

Muhammad Isnur mengatakan, sebanyak 239 perempuan dari 145 kasus menjadi korban kekerasan sepanjang tahun 2020.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Agu 2021, 16:53 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2021, 16:53 WIB
Kaum Hawa Desak DPR Segera Sahkan RUU PKS
Massa Kolaborasi Nasional melakukan aksi di depan Gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (17/9/2019). Massa mendesak DPR segera mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS) pada periode 2014-2024. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Bidang Advokasi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Muhammad Isnur mengatakan, sebanyak 239 perempuan dari 145 kasus menjadi korban kekerasan sepanjang tahun 2020.

Adapun data tersebut diterimanya dari laporan di 17 LBH dari seluruh Indonesia.

"Dari data yang masuk yang kemudian kita olah dari 17 LBH ini ada 145 kasus, dengan jumlah korban sebanyak 239 orang," kata Isnur dalam diskusi virtual, Minggu (2/8/2021).

Berdasarkan data tersebut, lanjut dia, 239 perempuan yang jadi korban kekerasan, rentan usianya berada di 19-29 tahun sebanyak 152 orang. Lalu usia 3-18 tahun sebanyak 61 korban, usia 30-39 tahun ada 21 orang, dan korban 40 tahun ke atas tercatat 5 orang.

"Dari data 239 korban, kemudian kita mendapatkan data ada 526 tindakan kekerasan yang paling tinggi dilakukan secara berulang," jelas Isnur.

Dari 239 perempuan tersebut, 149 diantaranya mengalami pelecehan seksual. Lalu sebanyak 66 perempuan mengalami pemerkosaan, 62 perempuan kekerasan psikis, dan ketika pandemi Covid-19 terdapat 52 korban kekerasan berbasis gender secara online.

Sesuai Catatan YLBHI, lanjut Isnur, sebanyak 107 pelaku atau sekitar 44,7% melakukan kekerasan kepada korban dengan rentan usia 19-29 tahun. Lalu ada 46 pelaku atau sekitar 19,25% di rentan usia 30-39 tahun dan 40-49 tahun ada 46 pelaku atau 19,25%. Sisanya pada usia 50 tahun ke atas atau 12,9%.

"Kita lihat latar belakang pelakunya paling tinggi pelajar dalam hal ini mahasiswa. Berkorelasi dengan data pendidikan terakhir paling tinggi alumni atau terakhirnya di SMU/SMA," kata Isnur.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ada Relasi

Isnur menjelaskan, berdasarkan data tersebut, dari rentang usia 19-29 tahun data paling banyak terjadi pada tingkat pelaku pendidikan menengah atas. Melingkupi terbanyak dari relasi pertemanan atau hubungan pacaran antara pelaku dan korban.

"Relasi dengan korban bisa kita lihat, relasi terbesar ini relasi pertemanan atau pacar sebanyak 54.35% (82 kasus) dengan relasi lainnya. Kita bisa lihat kekerasan perempuan terjadi dalam lingkup orang-orang dekat," sebutnya.

"Jadi memanfaatkan relasi yang timpang dan situasi-situasi dalam pertimbangan tersebut. Dominannya angka dalam relasi pertamanan itu menunjukan keseusian profil prilaku diatas," tambah dia.

Disusul pada peringkat dua terkait relasi pendidikan sebanyak 22 korban yakni 14.22% dari relasi pendidikan yang menimpa perempuan berusia 19-29 tahun. Relasi keluarga 12 korban, relasi tetangga 11 korban, relasi agama 9 korban, relasi kerja 4 korban, dan non relasi 5 korban.

 

Reporter: Bachtiarudin Alam/Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya