KSP: Presiden Pakai Baju Adat untuk Tepis Stigma Negatif Suku Baduy

Menurut dia, langkah Jokowi memakai baju adat suku Baduy merupakan suatu inisiatif yang baik dalam menekankan kebhinekaan NKRI.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 16 Agu 2021, 14:57 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2021, 14:55 WIB
FOTO: Jokowi Hadiri Sidang Paripurna DPR 2021
Presiden Joko Widodo atau Jokowi (kanan) saat mengikuti Sidang Paripurna DPR 2021 di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Senin (16/8/2021). Jokowi membacakan RUU APBN 2022 dan Nota Keuangan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi memakai pakaian adat suku Baduy saat berpidato di Sidang Tahunan MPR RI, Senin (16/8/2021). Pemilihan baju adat ini tidak hanya untuk mengapresiasi keluhuran nilai-nilai adat dan budaya suku Baduy, namun juga menangkal stigma negatif terhadap suku tersebut.

"Presiden mengangkat ke tingkat paling tinggi di salah satu acara kenegaraan. Hal ini dapat dimaknai sebagai cara presiden untuk menghentikan stigma dan makna negatif dari penyebutan suku Baduy," jelas Deputi II Kantor Staf Presiden (KSP) Bidang Pembangunan Manusia Abetnego Tarigan dikutip dari siaran persnya, Senin.

Menurut dia, langkah Jokowi memakai baju adat suku Baduy merupakan suatu inisiatif yang baik dalam menekankan kebhinekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pakaian adat ini disiapkan secara pribadi oleh Tetua Adat Masyarakat Baduy sekaligus Kepala Desa Kanekes, Jaro Saija

Baduy sendiri merupakan sebutan yang disematkan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat adat sub-Sunda yang tinggal di wilayah Lebak, Banten. Namun, penyebutan Suku Baduy cenderung mengarah pada makna peyorasi karena kaitan sejarahnya sebagai produk era kolonial Belanda.

Para kolonial secara gegabah mengidentifikasi suku Baduy layaknya suku Badawi di tanah Arab yang hidup secara nomaden dan dianggap liar. Kelompok masyarakat ini menyebut dirinya sebagai Urang Kanekes.

Kendati begitu, dalam perkembangannya, istilah Baduy kini tidak lagi bersifat peyoratif karena penyebutannya oleh banyak orang tanpa ada niatan untuk merendahkan.

"Istilah Baduy dilekatkan pada mereka oleh orang luar dan terus berlanjut sampai sekarang. Tapi saya pun kadang pakai istilah 'Baduy' karena sangat sering digunakan dan tidak dengan maksud merendahkan," ungkap Hilman Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sederhana dan Nyaman Dipakai

Seperti diketahui, Jokowi tampak mengenakan pakaian adat Suku Baduy berwarna hitam dengan lencana merah putih pada Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2022. Ia juga mengenakan udeng kepala berwarna biru, alas kaki sandal berwarna hitam lengkap dengan tas rajut berwarna coklat.

"Busana yang saya pakai ini adalah pakaian adat suku Badui. Saya suka karena desainnya yang sederhana, simple dan juga nyaman dipakai," kata Jokowi saat mengakhiri Pidato Kenegaraan di Sidang Tahunan MPR yang ditayangkan di Youtube Sekretariat Presiden, Senin.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya