Polda Metro Minta Rekrutmen Sopir Transjakarta Diperketat, Jangan Hanya Tes Formalitas

Sambodo meminta agar rekrutmen sopir Transjakarta harus dilakukan secara ketat melalui pemeriksaan kesehatan secara benar, teliti dan mendetail

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 03 Nov 2021, 16:42 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2021, 16:42 WIB
Dua armada bus Transjakarta (TJ) bertabrakan di Jalur Transjakarta, Cawang, Jakarta Timur. 37 orang alami luka-luka dan 2 meninggal akibat kecelakanan tersebut.
Dua armada bus Transjakarta (TJ) bertabrakan di Jalur Transjakarta, Cawang, Jakarta Timur. 37 orang alami luka-luka dan 2 meninggal akibat kecelakanan tersebut. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo menyampaikan empat rekomendasi kepada manajemen Transjakarta agar kecelakaan lalu lintas  tidak terjadi di kemudian hari

Sambodo mengatakan, poin utama supaya pihak manajemen memperhatian kondisi kesehatan pengemudi bus Trans Jakarta.

"Walaupun kasus kecalakaan lalu lintas ini dihentikan karena tersangka meninggal dunia, tapi kami harap dijadikan pelajaran berharga bagi kita semua agar kejadian ini tidak terjadi lagi," kata dia di Subdit Bin Gakkum, Rabu (3/11/2021).

Sambodo merinci, poin pertama meminta pengemudi bus Transjakarta dicek kesehatan secara rutin sebelum bertugas. Sambodo menekankan, cek kesehatan harus dilakukan oleh petugas medis.

"Bukan sekedar mengisi lembar pernyataan atau ceklis kesehatan maupun kendaraan," terang dia.

Sambodo melanjutkan, poin kedua berkenaan dengan proses perekrutan sopir Transjakarta. Periksa kesehatan secara benar, dan teliti serta mendalam.

"Kenapa? karena bisa saja kalau andalkan surat kesehatan bisa saja riwayat kesehatan tidak lengkap. Jadi diteliti dengan benar," ujar dia.

Sambodo menerangkan poin ketiga yakni seluruh pengemudi wajib melaksanakan cek kesehatan secara lengkap. Itu harys berkala setiap 6 bulan sekali.

"Karena bisa saja dia daftar sehat tapi di tengah perjalan dengan faktor umur, cuaca, dan sebagainya terjadi gangguan kesehatan yang menyebabkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi," terang dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kecepatan Dibatasi Otomatis

Sambodo menuturkan pada poin keempat, ia meminta agar kecepatan bus Trasjakarta bisa dibatasi secara otomatis.

"Jadi bisa tidak bisa melebih kecepatan tertentu atau terdapat tanda peringatan ketika kecepatan kendaraan melebihi batas kecepatan yang ditentukan," ujar dia.

Terkait hal ini, Sambodo mengusulkan agar peringatan tidak hanya di ruang kontrol monitoring. Menurut dia, di dalam bus Transjakarta juga harus ada.

"Apakah itu lampu nyala seperti kita pakai safety belt jadi gitu tett tett paling tidak si penumpang bisa peringatkan pengemudi kurangi kecepatan," tandas dia.


Perkara Dihentikan

Transjakarta Targetkan Semua Armada Gunakan Bus Listrik
Bus Transjakarta antre saat melintasi Shelter Harmoni, Jakarta, Kamis (5/11/2020). PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) menargetkan di tahun 2030 seluruh armada merupakan bus listrik. Diharapkan total bus listrik mencapai 12.120 unit diakhir tahun 2030. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya polisi telah menghentikan perkara tabrakan bus Transjakarta di Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta. Penyebabnya, pengemudi bus berinisial J yang ditetapkan sebagai tersangka meninggal dunia.

J ditetapkan sebagai tersangka kasus tabrakan beruntun berdasarkan hasil gelar perkara yang dilakukan pada Rabu pagi (3/11/2021). 

Pada kasus kecelakaan yang menewaskan dua penumpang ini, pihak kepolisian telah memeriksa 17 saksi, terdiri dari saksi fakta dan saksi ahli. Adapun, kesimpulan J diduga lalai saat mengemudikan kendaraan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya