Kemenkes Prediksi Puncak Gelombang 3 Covid-19 pada Februari 2022

Menurut Nadia, kemungkinan kenaikan kasus Covid-19 harian pada puncak gelombang ketiga mencapai 40.000 sampai 55.000.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jan 2022, 18:11 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2022, 18:05 WIB
FOTO: Antisipasi Gelombang Ketiga, PPKM Level 3 Bakal Diberlakukan di Seluruh Indonesia Saat Nataru
Pengendara melintas di depan mural protokol kesehatan COVID-19 di Jakarta, Minggu (21/11/2021). Untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19, pemerintah akan menerapkan kebijakan PPKM Level 3 untuk seluruh wilayah Indonesia selama masa libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.(Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan memprediksi gelombang ketiga pandemi Covid-19 akan melanda Indonesia. Spesifiknya, puncak gelombang ketiga kemungkinan terjadi pada pekan kedua dan ketiga Februari 2022.

"Kemungkinan minggu kedua dan ketiga Februari," ungkap Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi, Kamis (13/1/2022).

Menurut Nadia, kemungkinan kenaikan kasus Covid-19 harian pada puncak gelombang ketiga mencapai 40.000 sampai 55.000.

"Kira-kira puncaknya kasus (Covid-19) harian bisa 40 ribu sampai 55 ribu," ujarnya.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan pemerintah sudah menyiapkan fasilitas kesehatan untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron. Saat ini, sudah ada 80.000 tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19.

Namun, 3.000 tempat tidur di antaranya sudah diisi pasien Covid-19. Rencananya, pemerintah akan menambah tempat tidur di rumah sakit menjadi 150.000.

"Kita masih bisa meningkatkan jumlah tempat tidur rumah sakitnya ke angka 150.000," kata Budi, Selasa, 11 Januari 2022. 

Omicron Diprediksi Meningkat Pesat

Suasana Wisma Atlet Kemayoran Pasca Temuan Kasus Covid-19 Varian Omicron
Sejumlah pasien Covid-19 saat menjalani karantina di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Kamis (16/12/2021). Menkes Budi Gunadi Sadikin mengumumkan temuan kasus Covid-19 varian Omicron dari pekerja kebersihan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

 

Budi menyebut, pemerintah sudah menyiapkan obat Covid-19 Molnupiravir produksi Merck sebanyak 400.000 tablet dan protokol kesehatan baru untuk perawatan pasien di rumah sakit. Sejalan dengan itu, pemerintah sudah mendistribusikan lebih dari 16.000 oksigen generator ke seluruh fasilitas kesehatan dan memasang lebih dari 36 oksigen konsentrator di rumah sakit.

Menurut Budi, kemungkinan kasus Omicron akan meningkat cepat dan banyak. Berdasarkan penelitian, sebanyak 30 sampai 40 persen pasien Covid-19 masuk rumah sakit.

Dilihat dari karakteristiknya, Omicron memiliki tingkat penularan sangat cepat. Namun, gejala yang ditimbulkan relatif lebih ringan.

"Tapi kita harus tetap waspada dan hati-hati. Kita harus siaga dan tidak perlu panik karena kasus yang masuk rumah sakit jauh lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya," ucapnya.

Mantan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini mengatakan sebetulnya cara menghadapi Omicron sama seperti varian lainnya. Pertama, menjalankan protokol kesehatan dengan ketat, terutama menggunakan masker.

Kedua, memperketat surveilans. Jika warga merasakan kondisi tubuhnya tidak sehat, harus segera melakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Ketiga, segera mengikuti vaksinasi Covid-19.

"Terutama orang tua kita, para lansia yang belum divaksin, harus segera divaksin. Mereka adalah orang-orang yang harus kita lindungi karena merupakan faktor yang paling lemah untuk masuk ke rumah sakit," katanya mengakhiri.

 

Reporter: Titin Supriatin

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya