Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengimbau masyarakat di Melonguane, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara (Sulut) agar menghindari bangunan yang terdampak gempa.
"Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan dari gempa. Mohon periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," kata Dwikorita melalui konferensi pers daring pada Sabtu (22/1/2021).
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, Dwikorita juga mengimbau warga agar tetap tenang namun juga tak meninggalkan kewaspadaan.
"Kami merekomendasikan kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya," imbau dia.
Sebelumnya, gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo 6,0 (sebelumnya disebut 6,1) mengguncang wilayah Melonguane, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara (Sulut) pada Sabtu pukul 09:26 (22/1/2022). Gempa terletak di laut pada jarak 34 kilometer ke arah selatan Kota Melonguane pada kedalaman 37 kilometer.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya deformasi lempeng laut Maluku," kata dia.
Dwikorita menerangkan, mengacu pada hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa tersebut memiliki mekanisme pergerakan naik datar (oblique thrust).
Guncangan gempa bumi ini dirasakan di Melonguane, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara (Sulut) dengan intensitas guncangan skala MMI III-IV atau setara dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah.
"Hingga saat ini sudah ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa bumi tersebut, yaitu kerusakan ringan antara lain terjadi di Gereja Jemaat Grenita Ayalon Pangeran, Pulau Kabaruan, Kepulauan Talaud," kata dia.
"Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan dari gempa. Mohon periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," kata Dwikorita melalui konferensi pers daring, Sabtu.
Gempa Tak Berpotensi Tsunami
Selain itu, Dwikorita juga mengimbau warga agar tetap tenang namun juga tak meninggalkan kewaspadaan.
"Kami merekomendasikan kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya," imbau dia.
Sebelumnya, gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo 6,0 (sebelumnya disebut 6,1) mengguncang wilayah Melonguane, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara (Sulut) pada Sabtu pukul 09:26 (22/1/2022). Gempa terletak di laut pada jarak 34 kilometer ke arah selatan Kota Melonguane pada kedalaman 37 kilometer.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya deformasi lempeng laut Maluku," kata dia.
Dwikorita menerangkan, mengacu pada hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa tersebut memiliki mekanisme pergerakan naik datar (oblique thrust).
Guncangan gempa ini dirasakan di Melonguane, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara (Sulut) dengan intensitas guncangan skala MMI III-IV atau setara dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah.
"Hingga saat ini sudah ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa bumi tersebut, yaitu kerusakan ringan. Antara lain terjadi di Gereja Jemaat Grenita Ayalon Pangeran, Pulau Kabaruan, Kepulauan Talaud," kata dia.
Advertisement