ESDM: Status Gunung Anak Krakatau Belum Perlu Dinaikkan

Kementerian ESDM memastikan pemantauan terhadap kondisi Gunung Anak Krakatau terus dilakukan.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Feb 2022, 18:04 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2022, 18:04 WIB
Begini Penampakan Erupsi Gunung Anak Krakatau
Aktivitas Gunung Anak Krakatau dari udara yang terus mengalami erupsi, Minggu (23/12). Tsunami yang menerjang wilayah Selat Sunda, Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan merusak ratusan bangunan dan kapal. (Liputan6.com/Pool/Susi Air)

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Anak Krakatau sering mengalami erupsi dalam sebulan terakhir. Meski demikian, status gunung tersebut belum dinaikkan alias masih berada pada level II atau waspada.

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Eko Budi Lelono mengatakan sedang melakukan mengevaluasi kondisi Gunung Anak Krakatau. Untuk sementara, status Gunung Anak Krakatau belum perlu dinaikkan menjadi level III atau siaga.

"Saat ini kami mengevaluasi memang belum perlu ada kenaikan status. Ini tim masih melakukan evaluasi data secara menyeluruh untuk mengestimasi potensi ancaman bahaya ke depannya," katanya dalam konferensi pers, Rabu (9/2/2022).

Eko memastikan pemantauan terhadap kondisi Gunung Anak Krakatau terus dilakukan. Berdasarkan pemantauan secara visual dari gunung Pasuruan, Anyar, dan Kalianda, dan CCTV Gunung Anak Krakatau sendiri, terlihat embusan asap dari arah kawah berwarna putih tipis hingga tebal dengan tekanan lemah sampai sedang.

Mulai 3 Februari 2022, teramati embusan asap terus menerus yang berwarna kelabu di Gunung Anak Krakatau. Sementara pada 4 sampai 6 Februari 2022, teramati aktivitas letusan dengan kolom asap berwarna kelabu. Ketinggian berkisar antara 800 hingga 2.000 meter di atas puncak.

Eko menjelaskan, dari data pemantauan sejak Desember 2021, terpantau gempa-gempa vulkanik di Gunung Anak Krakatau. Ini menunjukkan terjadinya suplai magma dari bawah permukaan.

"Jadi kondisi ini mengindikasikan terjadinya over pressure pada gunung Gunung Anak Krakatau yang ini sudah kita deteksi sejak Desember 2021. Volume intrusinya belum besar, ini diindikasikan dari magnitudo gempanya dan pemantauan deformasi," paparnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Peningkatan Kegempaan

Peningkatan kegempaan di Gunung Anak Krakatau terpantau sejak 22 hingga 21 Januari 2022. Gempa yang terjadi didominasi frekuensi rendah.

"Ini menunjukkan gempa-gempa dangkal, sedangkan kegempaan ini sempat menurun selama dua hari ini dan pada 3 Februari muncul getaran tremor menerus yang diikuti aktivitas hembusan menerus," ucapnya.

Sementara berdasarkan pemantauan dari citra satelit, Gunung Anak Krakatau mengalami aktivitas magmatik yang ditandai dengan terdeteksinya gas SO2. Namun anomaly termal belum teramati satelit, artinya aktivitas yang terjadi didominasi oleh eksplosif atau lontaran material vulkanik daripada aliran lava.

"Selanjutnya, data deformasi dari satelit belum mengindikasikan adanya perubahan yang signifikan. Data di lapangan menunjukkan ada deformasi permukaan dari Gunung Anak Krakatau, namun belum menunjukkan hal yang signifikan," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya