Tanggapi Pernyataan Mahathir Mohamad, Sekjen PDIP: Pahang Juga Bagian Majapahit

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto meminta Malaysia menghormati kedaulatan Indonesia. Hal ini menyusul pernyataan eks PM Malaysia Mahathir Mohamad terkait Kepulauan Riau.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 22 Jun 2022, 16:53 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2022, 16:53 WIB
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto Saat Membuka Sekolah Cakada PDIP Gelombang III
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto Saat Membuka Sekolah Cakada PDIP Gelombang III. (Foto: Dokumentasi PDIP)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad belum lama ini membuat pernyataan kontroversial. Ia menyebut Kepulauan Riau dan Singapura pernah menjadi bagian dari Johor dan seharusnya dikembalikan ke asalnya, yaitu Malaysia.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Sekjen PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa jika hanya melihat sejarah, maka Pahang juga seharusnya bisa diklaim oleh Indonesia.

“Klaim itu harus melihat perspektifnya, kalau melihat perspektifnya historis, Pahang itu zaman Gajah Mada masuk ke Majapahit, kalau dilihat perspektif historisnya,” kata Hasto saat ditemui di Sekolah Partai PDIP, Rabu (22/6/2022).

Hasto lantas meminta Malaysia menghormati kedaulatan Indonesia.

“Dalam kondisi bangsa-bangsa sudah merdeka, sebaiknya kita menghormati kedaulatan setiap negara, karena itu juga yang dilakukan oleh Indonesia,” katanya menandaskan.

Sebelumnya, pernyataan Mahathir Mohamad juga direspons Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP) Jaleswari Pramodawardhani.

"Perlu dikonfirmasi apakah pernyataan Mahathir Mohamad merupakan posisi resmi Pemerintah Malaysia? Kalau tidak, maka pernyataan tersebut hanyalah pandangan pribadi," kata Jaleswari dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu (22/6/2022).  

Dia menegaskan, secara obyektif untuk menentukan pemegang kedaulatan atas suatu wilayah, hukum kebiasaan internasional maupun berbagai preseden putusan pengadilan internasional telah memberikan standar kendali efektif yang harus dipenuhi oleh suatu pemerintah terhadap wilayah yang diklaim berada dalam kendalinya.

"Hingga detik ini, satu-satunya entitas yang memiliki kendali atas wilayah Provinsi Riau adalah Pemerintah Republik Indonesia," ujar Jaleswari.

Hal tersebut, kata dia, bisa dilihat dari adanya administrasi pemerintahan Indonesia di Provinsi Kepulauan Riau yang dilakukan lewat proses demokratis, kapasitas menerapkan hukum nasional, pencatatan kependudukan, kemampuan penegakan hukum, dan unsur-unsur lain yang hanya bisa diterapkan oleh entitas pemerintah yang sah.

 

 

Mahathir Minta Malaysia Klaim Kepulauan Riau

Mahathir Mohamad Mundur sebagai PM Malaysia
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad memberi isyarat saat berbicara dalam konferensi pers di Putrajaya, Malaysia, Sabtu (22/2/2020). Mahathir Mohamad telah mengirimkan surat pengunduran diri sebagai Perdana Menteri ke Raja Malaysia. (AP Photo/Vincent Thian)

Sebelumnya diberitakan, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan bahwa Singapura pernah dimiliki oleh Johor. Menurut dia, negara bagian Johor harus menuntut agar Singapura dikembalikan ke asalnya, yaitu Malaysia.

"Namun, tidak ada tuntutan apapun dari Singapura. Sebaliknya, kami menunjukkan apresiasi kami kepada kepemimpinan negara baru bernama Singapura ini," ujar Mahathir Mohamad saat berpidato di Selangor pada Minggu (19/6/2022).

Mahathir juga mengatakan, pemerintah Malaysia menganggap lebih berharga bahwa mereka memenangkan kendali atas pulau Sipadan dan Ligitan di lepas Kalimantan melawan Indonesia di Mahkamah Internasional (ICJ), demikian dikutip dari straitstimes, Selasa (21/6/2022).

“Seharusnya kita tidak hanya menuntut agar Pedra Branca, atau Pulau Batu Puteh, dikembalikan kepada kita, kita juga harus menuntut Singapura dan Kepulauan Riau, karena mereka adalah Tanah Melayu,” tambahnya yang disambut tepuk tangan meriah dari para hadirin.

Mantan perdana menteri berusia 96 tahun itu berbicara pada hari Minggu kemarin di sebuah acara di Selangor yang diselenggarakan oleh beberapa organisasi non-pemerintah di bawah bendera Kongres Survival Melayu.

Dalam pidato pembukaannya yang disiarkan langsung di media sosial, Mahathir mengatakan bahwa apa yang dikenal sebagai Tanah Melayu dulu sangat luas, membentang dari Tanah Genting Kra di Thailand selatan sampai ke Kepulauan Riau, dan Singapura, tetapi sekarang terbatas di Semenanjung Malaya.

"Saya bertanya-tanya apakah Semenanjung Malaya akan menjadi milik orang lain di masa depan," katanya. 

Akui Malaysia Kini Kalah dengan Indonesia

Mahathir Mohamad Mundur sebagai PM Malaysia
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad berbicara dalam konferensi pers di Putrajaya, Malaysia, (9//5/2019). Seperti dilansir aljazeera.com, mundurnya Mahathir sebagai PM Malaysia akan membuka jalan bagi kemungkinan pembentukan pemerintahan baru. (AP Photo/Vincent Thian)

Dalam kesempatan berbeda, mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, menyampaikan pandangan bahwa negaranya mulai tertinggal dari Indonesia. Ia bahkan menyebut Malaysia kalah dari negara-negara Afrika. 

"Saya siap untuk menyetujui bahwa dalam hal pembangunan, Malaysia telah tertinggal di belakang Indonesia dan Vietnam belakangan ini. Tentu kita selalu di belakang Singapura," ujar Mahathir tertuang di akun Twitter miliknya, @chedetofficial dikutip Kamis (18/4/2022).

Mahathir mengaku kaget saat menyebut Malaysia mulai ketinggalan oleh negara-negara Afrika, meski ia tak menyebut negara mana yang ia maksud. Namun, Mahathir menyebut masalahnya adalah korupsi dan parlemen.

Ia menyalahkan parlemen yang dilaporkan protes keras terhadap penerapan teknologi tersebut, Mahathir Mohamad menduga itu karena banyak anggota parlemen yang terlibat bisnis ekspor dan impor.

"Kita tidak siap untuk menggunakan teknologi terbaru untuk mencapai efisiensi dan membatasi korupsi. Kita menolak teknologi ini karena ia bisa mengekspor tindakan-tindakan salah dari Anggota Parlemen kita," ujar Mahathir.

"Dan jadinya negara kita terus kehilangan uang karena kita menolak jalan-jalan yang lebih baik untuk manajemen," jelasnya. 

Infografis Manuver Mahathir Mohamad. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Manuver Mahathir Mohamad. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya