Perlombaan Merpati Kolong, Antara Hobi dan Penghasil Cuan

Penghobi merpati kolongan kini semakin menjamur di berbagai daerah. Selain karena kecepatan dan kecerdasannya dalam navigasi, para penghobi senang memelihara burung karena dapat menghasilkan cuan

oleh Bam Sinulingga diperbarui 22 Agu 2022, 06:10 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2022, 20:20 WIB
Peserta lomba merpati kolong Piala Kalapas
(Peserta lomba merpati kolong Piala Kalapas yang diadakan di Lapak Master, Desa Lambangsari, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Foto: Liputan6.com/Bam Sinulingga)

Liputan6.com, Jakarta - Penghobi merpati kolongan kini semakin menjamur di berbagai daerah. Selain karena kecepatan dan kecerdasannya dalam navigasi, para penghobi senang memelihara burung yang memiliki nama latin Columbidae ini, karena dapat menghasilkan cuan yang tak main-main.

Sebut saja burung merpati bernama "Jaguar", milik warga Pekalongan yang terjual Rp 1,5 miliar, serta burung bernama "Rampok" milik warga Bekasi yang juga terjual dengan harga fantastis, yakni Rp 2 miliar.

Meski begitu, pencapaian harga burung yang fantastis bukan diraih dalam waktu instan. Butuh proses yang cukup panjang agar burung bisa menjuarai lomba. Selain perawatan, burung juga perlu diberi latihan rutin untuk meningkatkan stamina.

Berbagai perlombaan merpati kolongan juga kerap digelar untuk menyalurkan hobi para penggemar. Melalui event lomba ini lah, para penggemar dapat mengetes untuk mengetahui seberapa bagus burung yang mereka miliki.

"Kegiatan ini berawal dari aspirasi teman-teman karang taruna, juga pengelola lapak Master, yang meminta kami untuk memotivasi dan memberi support terhadap penyelenggaraan kejuaraan burung merpati kolong ini," kata Kepala Lapas Kelas IIA Bulak Kapal Bekasi, Hensah di sela-sela acara Piala Kalapas Merpati Kolong, di Lapak Master, Desa Lambangsari, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Minggu (21/8/2022).

Perlombaan merpati kolong ini mendapat antusiasme tinggi dengan kehadiran sekitar 880 peserta. Kegiatan ini berkoordinasi dengan TNI, Polisi dan disupport juga oleh pemerintah daerah serta sejumlah pengusaha.

Event yang dimulai sejak 19 Agustus 2022 itu menyediakan hadiah puluhan juta rupiah. Besarnya hadiah yang disediakan, dinilai Hensah sebagai bentuk keseriusan para penghobi burung dara yang tak bisa diremehkan.

"Jadi kalau kita lihat dari antusias teman-teman, mungkin hadiah yang bisa dikumpulkan dari pendaftaran ini nilainya cukup fantastis, sehingga kita mungkin bisa menyajikan hadiah yang menggoda dan menaikkan gengsi," ujar Hensah.

"Apalagi kita melihat bagaimana nilai daripada burung itu sendiri yang bisa mencapai harga miliaran seperti yang dimiliki beberapa teman-teman. Seperti milik Pak Roni itu harganya bisa laku sampai Rp 2 miliar untuk seekor burung, kan bukan main-main nih," paparnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bangkitkan Perekonomian Masyarakat

Lomba merpati kolong Piala Kalapas
(Peserta lomba merpati kolong Piala Kalapas yang diadakan di Lapak Master, Desa Lambangsari, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Foto: Liputan6.com/Bam Sinulingga)

Hensah berujar, perlombaan ini merupakan salah satu kegiatan positif yang bisa dilakukan untuk membangkitkan kembali perekonomian masyarakat yang terdampak pandemi.

Ia berharap perlombaan merpati kolong juga dapat dilaksanakan di tempat-tempat lain, sebagai penyaluran hobi sekaligus memperdayakan perekonomian warga sekitar.

"Mudah-mudahan dengan supporting dari kami bisa memotivasi teman-teman terutama para pecinta burung merpati, ikut kembali memeriahkan kegiatan-kegiatan ini. Semoga pertandingan ini bisa menjunjung sportivitas sehingga bisa ditentukan juara-juara yang harusnya memang juara," imbuh Hensah.

Danden Bravo Kopasagat AU, Mayor Efendi menyebutkan perlombaan merpati kolong sebagai event yang patut dilestarikan karena hanya satu-satunya di Indonesia.

"Perlu kita lestarikan dan kita harapkan nantinya ini bisa kita sosialisasikan sampai ke tingkat internasional". Kata Efendi

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Apresiasi Penyelenggaraan Lomba

Pembukaan lomba merpati kolong Piala Kalapas
(Peserta lomba merpati kolong Piala Kalapas yang diadakan di Lapak Master, Desa Lambangsari, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Foto: Liputan6.com/Bam Sinulingga)

Sementara Sekretaris Karang Taruna Kabupaten Bekasi, Arif Hakim menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan lomba.

Menurutnya, kegiatan ini cukup berpengaruh terhadap pendapatan warga sekitar, khususnya kaum muda yang terdampak pandemi.

"Efek dominonya juga luar biasa untuk menumbuhkan perekonomian. Banyak juga warga sekitar yang ikut diberdayakan. Saya juga baru tahu ternyata menekuni hobi ini menghasilkan. Mungkin nanti ada juga teman-trman muda di desa ini yang mau serius menekuni hobi merpati kolong," ujarnya.

Ronny Wijaya, pemilik burung merpati "Rampok" seharga Rp 2 miliar juga terlihat menghadiri perlombaan. Dalam kesempatannya, pria asal Kota Bekasi itu mengungkapkan sempat skeptis saat mematok harga selangit untuk burung merpatinya yang sering memenangkan perlombaan tersebut.

"Awalnya saya waktu itu mau jual burung kalau ada yang berani Rp 2 miliar. Ternyata namanya di hobi kan, dia suka, dia punya uang, bayar. Namanya hobi itu kadang-kadang gak bernilai, nilainya kesukaan. Akhirnya ada yang berani bayar, ya saya lepas," ungkapnya.

Ronny menjelaskan, awalnya ia membeli Rampok sekitar dua tahun lalu dari sang pemilik seharga Rp 6 juta. Saat itu burung merpati tersebut belum terlatih sepenuhnya.

Dengan sabar dan tekun, Ronny lalu melatih dan merawat sang burung dengan memberi pakan terbaik serta menambahkan beberapa suplemen.

"Perawatan itu harus benar-benar diperhatikan. Kalau pelatihan khusus sih nggak, normal kaya burung biasa, cuma waktunya diatur. Untuk Rampok itu trahnya di jalur mayoret," ucapnya.

'Rampok' Sang Jawara Merpati Kolong

Melatih Burung Merpati Kolongan
Seorang anak melatih burung dara atau merpati kolongan di kawasan Papanggo, Jakarta, Rabu (29/1/2020). Merpati kolongan menjadi mahal ketika sering memenangkan kejuaraan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Ronny mengaku menamai Rampok seperti burung jawaranya yang telah hilang. Nama Rampok sendiri menurutnya sebagai kiasan agar selalu menyabet juara di berbagai perlombaan. Dan sesuai namanya, Rampok akhirnya berhasil menjadi juara di setiap perlombaan yang diikuti.

Kepiawaian Rampok menyabet juara telah teruji dimana-mana. Dari berbagai perlombaan merpati kolongan yang diikuti di berbagai daerah, Rampok kerap menyabet predikat juara. Di Semarang, Ronny bahkan berhasil mendapat hadiah mobil atas raihan juara pertama.

"Jadi rampok itu tiap minggu juara. Sampai di salah satu lapak itu gak boleh main karena sering juara terus, biar gantian sama yang lain. Mungkin itulah penilaian orang kalau burung itu memang bagus dan akhirnya ada yang mau bayarin mahal," terangnya.

Kepada para penghobi burung merpati, Ronny berpesan agar terus merawat dan melatih burung dengan penuh kesabaran. Dengan begitu, burung yang dihasilkan bukan tidak mungkin dapat memenangi kejuaraan, yang otomatis akan menjadikannya bernilai fantastis.

"Dulu awal main burung, nggak percaya harganya bisa ratusan juta. Tapi ketika saya bisa jual, saya percaya. Nggak ada yang gak mungkin, karena pemain burung merpati ini banyak juga yang pengusaha," tandasnya.

infografis lomba balap karung
Filosofi Lomba Balap Karung
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya