Pimpin Pemotongan Rambut Anak Gimbal Dieng, Ganjar: Banyak Permintaan yang Unik!

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memimpin kirab budaya dan mengikuti prosesi pemotongan rambut gimbal di Kompleks Candi Arjuna, kawasan Wisata Dieng, Sabtu (3/9).

oleh Fachri pada 03 Sep 2022, 17:45 WIB
Diperbarui 03 Sep 2022, 17:43 WIB
Ganjar Pranowo.
Ganjar Pranowo memimpin kirab budaya dan mengikuti prosesi pemotongan rambut gimbal di Kompleks Candi Arjuna, kawasan Wisata Dieng, Sabtu (3/9). (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Banjarnegara Salah satu keunikan yang ada di kawasan Dieng adalah ritual pemotongan rambut pada anak rambut gimbal. Prosesi ini merupakan bentuk dari kepercayaan warga untuk menjauhkan diri dari segala malapetaka. Prosesi pemotongan rambut anak gimbal ini merupakan salah satu daya tarik budaya, selain alam dan sejarah di Dieng.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memimpin kirab budaya dan mengikuti prosesi pemotongan rambut gimbal di Kompleks Candi Arjuna, kawasan Wisata Dieng, Sabtu (3/9). Acara tersebut adalah rangkaian kegiatan Dieng Cultur Festival (DCF) 2022.

Ganjar didampingi istrinya, Siti Atikoh, memimpin kirab budaya yang diikuti oleh warga sekitar. Kirab itu dilakukan dari Kantor Kepala Desa Dieng Kulon hingga depan gerbang Candi Arjuna.

Setibanya di kompleks Candi Arjuna, Ganjar dan istri langsung menuju lokasi pemotongan rambut gimbal. Di sana, Siti Atikoh memulai prosesi dengan jamasan atau memandikan anak berambut gimbal.

Beberapa permintaan yang harus dipenuhi dari anak berambut gimbal menjadi cerita menarik yang didapatkan Ganjar dan istri. Salah satunya datang dari anak bajang bernama Dewani Alessandra.

Ketika belasan anak lain meminta barang atau hal unik, Dewani hanya meminta dua ekor meri atau anak bebek berwarna kuning.

“Permintaannya selalu unik, ada hanya sekadar minta es krim, ada yang juga minta anak bebek. Itulah imajinasi anak-anak yang kadang-kadang orangtua musti tahu apa yang ada, tidak selalu kemewahan," kata Ganjar usai acara.

Adapun 14 anak lainnya meminta hadiah mandi salju di Transworld Jakarta, sepeda motor, mainan listrik dengan merek tertentu, gawai warna pink, gawai lima kamera, make up mainan, kulkas, atau delapan es krim centong.

“Permintaannya aneh-aneh, itulah imajinasi anak-anak dan itu cerminan bagaimana kita orangtua mencintai dan peduli anak-anak. Ada yang hanya sekadar minta es krim. Dulu bahkan ada yang minta penari terus penarinya dihadirkan untuk menari," kata Ganjar.

Ganjar berharap tradisi-tradisi di dataran tinggi Dieng itu terus dijaga dan dikembangkan. Selain melestarikan budaya, tradisi itu juga mengundang banyak wisatawan untuk datang ke Dieng.

"Sisi lain tradisi-tradisi ini kita kembangkan menjadi satu acara yang menarik untuk wisatawan bisa datang. Alhamdulillah, ini masuk tahun ketiga setelah pandemi kita bisa menyelenggarakan secara luring dan antusias masyarakat yang luar biasa," kata Ganjar.

"Mudah-mudahan tradisinya terus berjalan dan tadi ada lho yang berasal dari luar Jawa Tengah," tutupnya.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya