Bolehkah Aset Rafael Alun untuk Membayar Restitusi Mario Dandy? Ini Penjelasan Ahli

LPSK mengajukan restitusi terhadap terdakwa Mario Dandy Satrio atas penganiayaan terhadap Cristalino David Ozora (17) yang menyebabkannya mengalami Diffuse Axonal.

oleh Muhammad Ali diperbarui 12 Jul 2023, 03:20 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2023, 03:20 WIB
Sidang Lanjutan Keterangan Ahli Mario Dandy
Agenda persidangan adalah pemeriksaan saksi ahli yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Perlindungan Saksi Dan Korban (LPSK) mengajukan restitusi atau ganti rugi terhadap terdakwa Mario Dandy Satrio (20) atas penganiayaan terhadap Cristalino David Ozora (17) yang menyebabkan hingga kini mengalami Diffuse Axonal. Restitusi itu dinilai kubu Mario dapat dibantu oleh ayahnya, Rafael Alun Trisambodo.

Dalam sidang lanjutan perkara penganiayaan, saksi ahli pidana, Ahmad Sofian yang dihadirkan oleh Jaksa menjelaskan pidana restitusi merupakan ganti rugi yang dibebankan kepada pelaku untuk berikan kepada korbannya.

Restitusi itu sendiri dikatakan Sofian bersifat actual cost. Dimana kerugian yang dialami oleh korban yang bisa dibuktikan.

"Misalnya kalau korban mengalami matanya harus dioperasi dan ada donor mata dan biaya untuk memulihkan matanya tadi membutuhkan dana katakan Rp 500 juta, bukti bahwa Rp 500 juta itu ada di rumah sakit itu disebut dengan actual cost," kata Sofian di ruang sidang PN Jakarta Selatan, Selasa (11/7).

Untuk pembuktian kalau mata seseorang buta dan harus diganti dapat dibuktikan dengan keterangan ahli yang bertanggung jawab di persidangan.

Namun ia menyebut secara khusus tidak dasar hukum yang mengatakan bagi seorang terdakwa harus membayar biaya restitusi.

"Jadi memang kalau filosofis, restitusi itu sebenarnya kalau kita bicara dalam doktrin-doktrin hukum pidana memang harusnya bukan diganti dengan kurungan," tuturnya.

Ia berpandangan apabila Jaksa masih kukuh untuk memberatkan Mario yang masih belum memiliki penghasilan sedikitpun untuk membayar ganti rugi dengan melakukan perampasan, melelang, menjual asetnya, kemudian dibagi kepada korban, maka akan memakan proses hukum panjang.

"Memang terdakwa tidak memiliki aset yang bisa dirampas, secara objektif tidak ada. Jadi kalau mau dipaksakan ya gak bisa juga ganti kerugian akhirnya diganti dengan kurungan," tuturnya.

Sekalipun aset orang tua Mario, Rafael Alun menjadi solusi, namun menurut ahli pidana dari Universitas Binus itu tidak layak untuk dilibatkan.

"Dalam doktrin hukum pidana kita yang berbuat dia yang bertanggung jawab. Tidak bisa jatuh kepada pengampu, ahli atau semacamnya kecuali anak-anak," jelasnya.

"Tetapi kalau orang dewasa dia bertanggung jawab, asetnya ya aset yang bersangkutan tidak bisa dibebankan kepada orang tua," lanjut dia.

Diganti Hukuman Kurungan

Adapun akibat bila Mario tidak membayar biaya ganti rugi dapat diganti dengan hukuman kurungan. Ia mengibaratkan dalam kasus perkara pidana di Jawa Barat.

Dari contoh itu, Sofyan menyebut Jaksa menyatakan jika tidak dibayar akan ada perampasan terhadap harta bendannya, dijual kemudian dilelang dan biayanya itu dibayarkan kepada korban sebagaimana yang diputuskan oleh pengadilan.

Sebagai solusinya, Sofyan menganjurkan agar pengajuan biaya ganti rugi dapat diajukan dalam sidang perdata. Karena perihal perampasan aset selama ini belum ada aturannya. Meskipun pada akhirnya restitusi itu tidak dapat dimiliki David pada tahun ini.

Reporter: Rahmat Baihaqi/Merdeka.com

Infografis Mario Dandy Tersangka Kasus Dugaan Pencabulan AG. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Mario Dandy Tersangka Kasus Dugaan Pencabulan AG. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya