Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim bungkam saat ditanya soal kasus perundungan yang banyak terjadi di sekolah.
Nadiem bergegas keluar usai rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, saat awak media mencecarnya dengan beberapa pertanyaan soal perundungan dan kritik dari Jusuf Kalla. Ia langsung menuju mobil meski jurnalis memberondongnya dengan beberapa pertanyaan.
Baca Juga
Sebelumnya, Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda mengungkap rentetan kasus perundungan dalam beberapa waktu terakhir memicu keprihatinan banyak kalangan. Pemerintahan Prabowo-Gibran pun diharap menjadikan isu perundungan sebagai prioritas sehingga muncul kebijakan penanggulangan yang bersifat komprehensif.
Advertisement
Menurutnya, kasus bullying kian hari kian meresahkan. Masyarakat seolah diteror dengan kasus bullying dengan berbagai modus kepada para peserta didik.
Selain kasus perundingan di dunia pendidikan, Mantan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla juga mengkritik Nadiem Makarim yang sama sekali tidak punya pengalaman dalam bidang pendidikan tapi dia ditunjuk menjadi Kemendikbudristek. Nadiem bahkan jarang datang ke kantor dan tidak pernah berkunjung ke daerah.
JK bahkan membandingkan kepemimpinan Nadiem dengan dengan para tokoh-tokoh pendidikan terdahulu.
"Di belakang daripada semua pendidikan itu, ada orang 'the man behind the gun', kalau Perusahaan CEO dari daftar siapa menteri pendidikan selama ini. Pak Ki Hajar Dewantoro, orang hebat, mendirikan taman siswa. Itu cikal bakal dari prinsip pendidikan kita. Ada Pak Soemantri, ada Syarief Thayeb, Daoed Joesoef, Fuad, semua orang hebat di bidang pendidikan," ungkap JK dalam kanal YouTube TV Parlemen yang dikutip merdeka.com, Minggu (8/9).
JK Sentil Nadiem Makarim: Tidak Punya Pengalaman Pendidikan dan Tak Pernah Datang ke Daerah
Mantan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla mengkritik Nadiem Makarim yang sama sekali tidak punya pengalaman dalam bidang pendidikan tapi dia ditunjuk menjadi Kemendikbudristek. Dirinya bahkan disebut JK, Nadiem jarang datang ke kantor bahkan tidak pernah berkunjung ke daerah.
JK bahkan membandingkan kepemimpinan Nadiem dengan dengan para tokoh-tokoh pendidikan terdahulu.
"Dibelakang daripada semua pendidikan itu, ada orang 'the man behind the gun', kalau Perusahaan CEO dari daftar siapa menteri pendidikan selama ini. Pak Ki Hajar Dewantoro, orang hebat, mendirikan taman siswa. Itu cikal bakal dari prinsip pendidikan kita. Ada Pak Soemantri, ada Syarief Thayeb, Daoed Joesoef, Fuad, semua orang hebat di bidang pendidikan," ungkap JK dalam kanal YouTube TV Parlemen yang dikutip, Minggu (8/9/2024).
Beberapa tokoh yang saat ini memiliki latar belakang pendidikan kemudian dijabarkan juga oleh dia, salah satunya Anies Baswedan.
"Ada pak Juwono, Pak Abdul Malik Fadjar semua orang ahli pendidikan. Ada Muhadjir, ada Pak Nuh rektor ITS, Pak Anies Rektor Paramadina," beber dia.
Dia lantas menyinggung Nadiem yang jarang ke kantor. Lebih dari itu JK bahkan menyebut, Nadiem yang sama sekali tidak pernah datang ke daerah.
"Ada kemudian Mas Nadiem, yang tidak punya pengalaman pendidikan, tidak pernah datang ke daerah, jarang ke kantor," sindirnya.
Kementrian Pendidikan saat ini memang terbilang cukup luas cakupannya. Sebab juga meliputi dalam bidang budaya, riset, dan teknologi.
Namun JK mengaku heran, bagaimana bisa seorang menteri pendidikan yang jarang datang ke kantor malah memimpin dunia pendidikan. Mantan Wakil Presiden itu juga menyinggung soal Kemendikbudristek yang lebih mendahulukan anggaran ketimbang program.
"Kayak saya punya perusahaan, yang pertama saya (cari) Dirut yang terbaik bukan berapa anggarannya, CEO-nya gimana, baru kita bicara program kemudian bicara anggaran. Anggaran kan ketiga bukan pertama, orang dulu, apa programnya, apa yang kau dicapai, baru anggaran itu. Bukan anggaran baru bikin program, bukan, terbalik, apa yang ingin anda capai," tegas JK.
Advertisement
Kritik Komisi X DPR untuk Nadiem Makarim
Kritikan terhadap Nadiem juga sempat disampaikan oleh Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda mengatakan, ada tiga dosa besar dalam dunia pendidikan yang belum mendapatkan hasil yang maksimal selama lima tahun terakhir. Hal ini disampaikan usai rapat membahasan anggaran bersama dengan Mendikbudristek Nadiem Makarim di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.
"Kita punya PR besar terkait dengan dunia pendidikan kita hari ini. Kita harus jujur menyampaikan keprihatinan yang sedalam-dalamnya, tiga dosa besar yang selama ini sudah kita maksimalkan 5 tahun terakhir, tapi jujur harus diakui belum mendapatkan hasil yang maksimal," kata Huda kepada wartawan di Jakarta, Jumat (6/9/2024).
Bahkan, Ketua DPP PKB ini menyebut adanya terjadi tren tingkat kenaikan tindak kekerasan seksual, tindak kekerasan bullying yang semakin tinggi dari hari ke hari.
"Peristiwa terakhir di Palembang, peristiwa yang terakhir di Bogor itu. Saya kira ini harus menjadi concern pemerintah serius ke depan. Jadi tindak bullyng dan kekerasan ini betul-betul sudah menjadi semacam perilaku endemik baru dari peserta didik kita," sebutnya.
Reporter: Nur Habibie/Merdeka