Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi memenuhi panggilan penyidik Kortastipikor Mabes Polri. Dia diperiksa sebagai saksi kasus pengadaan lahan rumah susun (rusun) di Cengkareng, Jakarta Barat. Pemeriksaan berlangsung selama kurang lebih 2,5 jam.
"6 atau 7 pertanyaan gitu," kata Prasetyo usai menjalani pemeriksaan di Bareskrim Mabes Polri, Senin (17/2/2025).
Advertisement
Prasetyo mengatakan, kasus dugaan korupsi rusun Cengkareng terjadi ketika dirinya menduduki kursi di DPRD Jakarta, kemudian ada Peraturan Gubernur (Pergub) soal pembelian lahan di Cengkareng dari Toeti Noezlar Soekarno pada 2015. Lahan yang rencananya akan dibangun rusun tersebut telah disepakati harga Rp14,1 juta per meter.
Advertisement
Dalam laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ditemukan adanya permasalahan kalau lahan itu masih berstatus tanah sengketa antara Toeti dengan Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan (DKPKP) DKI.
"Di sini juga temuan BPK langsung saya buat pansus, kebetulan saat itu diketuai oleh almarhum Mas Gembong," ucap Prasetyo.
Rencana lahan tersebut akan tetap dibeli dengan menggunakan APBD 2015 Jakarta. Hanya terjadi deadlock alias tidak tercapainya kesepakatan antara DPRD dengan Basuki Tjahaja Purnama yang kala itu sebagai Gubernur Jakarta.
Polisi Tetapkan 2 Tersangka Kasus Dugaan Korupsi Lahan Rusun di Cengkareng
Polisi menetapkan dua tersangka atas kasus dugaan korupsi pengadaan lahan seluas 4,69 hektare untuk pembangunan rumah susun atau rusun oleh Dinas Perumahan Gedung Pemerintah Daerah (DPGP) Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2015 di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat.
"Berdasarkan laporan polisi Nomor LP 656/VI/2016 Bareskrim tanggal 27 Juni 2016 di mana waktu kejadian pada tahun 2015 dengan dua tersangka atas nama S dan RHI," tutur Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan soal korupsi lahan itu di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (2/2/2022).
Menurut Ahmad, barang bukti yang diamankan antara lain girik, dokumen persyaratan penerbitan SHM, warkah terkait tanah di Cengkareng, empat dokumen berkaitan dengan proses pengadaan tanah, dan dokumen berkaitan dengan proses pembayaran tanah.
Kemudian juga ada uang tunai sebanyak Rp 161 juta dari M Saleh selaku mantan Kasi Pemerintahan dan Trantip Cengkareng, uang Rp 500 juta dari Junaidi selaku mantan Camat Cengkareng tahun 2011-2014 , uang senilai Rp 790 juta dari Mas'ud Effendi selaku camat Cengkareng tahun 2014-2016.
Adapun tersangka Sukmana (S) merupakan mantan Kepala Bidang Pembangunan Perumahan dan Permukiman Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah DKI Jakarta, sementara Rudy Hartono (RHI) merupakan terdakwa kasus dugaan korupsi tanah di Munjul, Jakarta Timur.
"Diduga telah terjadi tindak pidana korupsi terkait dengan pelaksanaan pengadaan tanah seluas 4,69 hektare dan 1.137 meter persegi di Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat, untuk pembangunan rusun tahun anggaran 2015 dan tahun anggaran 2016 dengan nilai pekerjaan sebesar Rp 684.510.250.000 dengan rincian tahun anggaran 2015 sebesar Rp 668.510.250.000 dan tahun anggaran 2016 sebesar Rp 16 miliar," jelas dia.
Ahmad mengatakan, objek tanah proyek tersebut diduga sebagian atau seluruhnya dalam kondisi bermasalah. Kemudian sertifikat hak miliknya juga diduga hasil rekayasa, sehingga tidak dapat dikuasai atau dimiliki dan dimanfaatkan sepenuhnya, yang tentunya mengakibatkan kerugiaan keuangan negara.
Â
Â
Â
Reporter: Rahmat Baihaqi
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
