Mengenal Ruwahan: Tradisi Menyambut Ramadan dengan Kirim Doa untuk Leluhur

Ruwahan adalah tradisi masyarakat Muslim di Nusantara yang menghormati leluhur menjelang Ramadan dengan doa dan sedekah.

oleh Devira Prastiwi Diperbarui 25 Feb 2025, 19:00 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2025, 19:00 WIB
Upacara Ruwah Desa di Mojokerto
Citizen6, Mojokerto: Warga Jatipasar membawa arakan tumpeng raksasa dalam acara Ruah Desa pada, Minggu (10/7) menuju Gapura Candi Wringin Lawang. (Pengirim: Febri Martha)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Ruwahan adalah sebuah tradisi yang sudah menjadi bagian dari masyarakat Muslim di Nusantara, terutama menjelang bulan suci Ramadan.

Tradisi ini berasal dari kata 'arwah' dalam bahasa Arab yang berarti roh. Pada dasarnya, Ruwahan merupakan bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada para leluhur yang telah meninggal dunia.

Tujuan utama dari Ruwahan adalah untuk mendoakan arwah para leluhur agar mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

Dalam pelaksanaannya, Ruwahan melibatkan berbagai kegiatan yang biasanya dilakukan secara bersama-sama oleh keluarga dan masyarakat.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi momen untuk berdoa, tetapi juga untuk mempererat tali silaturahmi antar anggota keluarga dan tetangga. Ruwahan menjadi sebuah ritual yang sarat dengan makna dan nilai-nilai keislaman.

Beberapa praktik yang umum dilakukan dalam tradisi Ruwahan antara lain adalah doa bersama, tahlilan, sedekah, dan ziarah kubur. 

Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, ruwahan sebenarnya berasal dari kata 'ruwah', yakni nama Jawa untuk bulan ketujuh dalam kalender Islam dan berbarengan dengan bulan Sya’ban. Kata 'ruwah' sendiri memiliki akar kata 'arwah' atau roh para leluhur dan nenek moyang.

Dari kata arwah inilah akhirnya tradisi ini dijuluki dengan nama ruwahan sekaligus dijadikan sebagai bulan untuk mengenang para leluhur. Tradisi ini melambangkan kesucian dan rasa sukacita memasuki bulan Ramadan.

Adapun selain mengirim doa, ruwahan juga dilakukan untuk memohon ampunan Tuhan. Ruwahan juga diisi dengan kenduri warga sebagai ungkapan terima kasih atas limpahan rezeki dan keselamatan dalam bekerja.

Praktik Ruwahan yang Umum Dilakukan

Ilustrasi nyekar, ziarah kubur
Ilustrasi nyekar, ziarah kubur. (Foto oleh RODNAE Productions: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-bunga-bunga-pohon-depresi-6841361/)... Selengkapnya

Praktik pertama yang sering dilakukan dalam Ruwahan adalah doa bersama. Dalam kegiatan ini, anggota keluarga berkumpul untuk membaca doa yang ditujukan bagi arwah leluhur.

Doa yang dibaca biasanya mencakup istighfar, tahlil, tahmid, tasbih, shalawat Nabi, dan ayat-ayat Al-Qur'an. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu arwah leluhur dalam mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

Selanjutnya, ada juga praktik tahlilan. Tahlilan adalah dzikir yang berisi kalimat 'La ilaha illallah' yang dibaca secara berulang.

Kegiatan ini menjadi bagian penting dari Ruwahan, karena diyakini dapat memberikan pahala bagi arwah yang telah meninggal.

Selain itu, sedekah juga merupakan bagian dari Ruwahan. Sedekah ini bisa berupa makanan yang dibagikan kepada keluarga, kerabat, dan tetangga sebagai amal jariyah untuk para leluhur.

Dengan bersedekah, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi arwah dan mendapatkan pahala bagi yang melakukannya.

Tak kalah penting, ziarah kubur juga menjadi praktik yang umum dilakukan dalam Ruwahan. Kegiatan ini melibatkan kunjungan ke makam leluhur untuk membersihkan dan merawatnya sebagai bentuk penghormatan.

Ziarah kubur juga menjadi momen bagi keluarga untuk mendoakan arwah yang telah pergi.

Makna dan Nilai Ruwahan dalam Islam

Tradisi Ziarah Kubur Jelang Ramadan
Ziarah kubur memiliki makna mendalam di kehidupan masyarakat Muslim di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Meskipun Ruwahan bukan ibadah yang secara spesifik disebutkan dalam Al-Qur'an atau Hadits, praktik ini sejalan dengan ajaran Islam yang menganjurkan untuk mendoakan orang yang telah meninggal, bersedekah atas nama mereka, dan berziarah kubur.

Ruwahan juga mencerminkan kearifan lokal yang menggabungkan nilai-nilai budaya dengan ajaran Islam.

Penting untuk diingat bahwa tujuan utama dari Ruwahan adalah mendoakan orang yang telah meninggal, bukan untuk tujuan-tujuan yang menyimpang dari ajaran Islam.

Misalnya, kepercayaan akan kekuatan magis tertentu pada waktu atau bulan tertentu harus dihindari agar Ruwahan tetap berada dalam koridor ajaran Islam yang benar.

Waktu pelaksanaan Ruwahan biasanya dilakukan pada bulan Sya'ban, menjelang pertengahan bulan atau sekitar tanggal 15 Syakban.

Di beberapa daerah, tradisi ini juga dikaitkan dengan kalender Jawa, yaitu bulan Ruwah, yang merupakan bulan kedelapan dalam kalender tersebut.

Tradisi Positif Jelang Ramadan

Tradisi Ziarah Kubur Saat Lebaran
Warga berdoa saat berziarah di TPU Karet Pasar Baru Barat, Jakarta, Sabtu (16/6). Ziarah kubur atau "nyekar" pada hari raya lebaran merupakan salah satu tradisi umat muslim untuk mendoakan sanak keluarga yang meninggal dunia. (Liputan6.com/Arya Manggala)... Selengkapnya

Ruwahan merupakan tradisi yang positif dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam selama tetap berpegang pada nilai-nilai keislaman dan menghindari praktik-praktik yang menyimpang.

Tradisi ini merupakan wujud penghormatan kepada leluhur dan pengamalan ajaran Islam dalam mendoakan orang yang telah meninggal dunia.

Dengan melaksanakan Ruwahan, kita tidak hanya menghormati arwah leluhur, tetapi juga memperkuat hubungan sosial antar anggota keluarga dan masyarakat.

Infografis tradisi bersih-bersih diri sambut Ramadan
Infografis Sejumlah daerah memiliki tradisi 'bersih-bersih diri' dengan cara mandi menyambut Ramadan (dok. Liputan6.com/Tri Yasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya