Profesor Pemberantas Tikus Anas Tika Raih Liputan 6 Award Inovasi

Anas Tika berharap dengan penghargaan yang diberikan, Ia bisa berinovasi lagi untuk Indonesia.

oleh Sapto Purnomo diperbarui 24 Mei 2013, 00:45 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2013, 00:45 WIB
anas-tika-130523c.jpg
Menjadi inspirasi banyak orang tak mudah dilakukan seseorang. Namun, tidak bagi Anas Tika. Pria asal Sulawesi Utara itu menggagas pengembangan perangkap tikus tepat guna hingga membuat pupuk organik dari bangkai tikus. Aksi hebatnya ini mengantarkan dirinya meraih penghargaan Liputan 6 Award kategori Inovasi.

Ana Tika tak menyangka saat namanya dipanggil 2 host yang membacakan nominasi yaitu Syahrini dan Rhenald Kasali.  Dengan semangat yang tinggi, rasa bangga dan bahagia terpancar di wajah pria paruh baya itu saat menerima piala penghargaan.

"Terima kasih banyak, rasa bahagia, karena Liputan 6 telah menberikan penghargaan ini. Saya ucapkan terima kasih pada keluarga dan semuanya," ucap Anas Tika di Gedung Arsip Nasional, Jakarta Pusat, Kamis malam (23/5/2013).

Ia berharap dengan penghargaan yang diberikan, dirinya berinovasi lagi bagi Indonesia.

Dalam sosok Liputan 6 SCTV, Ana Tika mampu memberikan solusi mengatasi hama tikus yang selama ini menjadi musuh petani. Terutama menjelang panen, para petani was-was karena sawahnya sering dipanen lebih dulu oleh gerombolan tikus. Ia pun berfikir keras untuk mengatasi hama tikus itu.

Awalnya bapak 2 anak ini sempat dicemooh dan dianggap tidak waras oleh rekannya sesama petani. Banyak yang mempertanyakan, apa yang telah dibuatnya? Anas mampu membalikkan anggapan tersebut.

Pada tahun 1992, Anas mulai membangun tembok di sekeliling sawahnya setinggi 90 cm dan panjang 450 meter dengan model bagian luar tembok dipoles hingga licin, agar tikus kesulitan memanjat.

Kemudian bagian bawah tembok dibuat lubang 10 cm sebagai jalan tikus menuju perangkap. Pada musim tikus, dalam sehari saja, ratusan ekor tikus didapat dari perangkap buatan Anas.

Pada akhirnya, tanaman padi di daerahnya bisa terbebas dari hama pengerat. Bahkan warga Desa Cempa bisa memanen padinya 4 kali dalam setahun. Desa lain pun mengikuti inovasi Anas ini dan berhasil mengurangi serangan tikus.

Berhasil menjebak banyak tikus, Anas kemudian mengembangkan bangkai tikus untuk dijadikan pupuk. Walau belum teruji secara ilmiah, namun Anas telah mencoba pupuk tikus ini di sawahnya sendiri dan berhasil membuat tanaman padinya lebih subur.

Kini, Anas tengah mewujudkan harapannya agar perangkap dan pupuk fermentasi tikus ciptaannya bisa digunakan seluruh petani di Indonesia. Sukses terus Anas, Sang Profesor Tikus. (Adi/*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya