Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Komisi V DPR Syaiful Huda menduga, perubahan perilaku ekonomi masyarakat menyumbang turunnya antusiasme mudik pada lebaran 2025. Sebab, saat ini masyarakat mulai menerapkan gaya hidup hemat.
Huda mengatakan, masyarakat banyak yang menahan diri tidak berbelanja atau menggunakan uangnya dalam situasi ekonomi saat ini.
"Kalau lihat dari beberapa analisa ekonomi memang kira-kira kan hari ini suasananya kan gitu frugal living," kata Huda, Kamis (27/3/2025).
Advertisement
Frugal living merupakan istilah untuk menggambarkan gaya hidup hemat, di mana seseorang berusaha mengatur keuangan dengan bijak dan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, tanpa mengorbankan kebutuhan utama atau kualitas hidup. Tujuannya bukan pelit, tapi lebih kepada membelanjakan uang untuk hal-hal yang benar-benar penting dan bernilai.
"Frugal living itu kira-kira masyarakat kita memang, mending melakukan spending. Jadi menahan, wait and see, terkait dengan situasi ekonomi," sambungnya.
Menurut Huda, kondisi ini membuat masyarakat menahan diri untuk tidak mudik. Sehingga, banyak dari mereka memilih uangnya ditabung dan merencanakan opsi lain.
"Jadi ada yang suasananya kira-kira beberapa pihak ada uangnya, tapi mereka tidak mau menggunakan. Jadi lebih baik ditabung dan mereka merencanakan mungkin ada opsi lain nanti untuk bisa bersilahturahmi dengan keluarganya di kampung," ucapnya.
Akibatnya, antusias mudik 2025 berbeda dengan tahun sebelumnya. Apalagi berdasarkan survei Kementerian Perhubungan memprediksi penurunan jumlah pemudik.
"Itu sedang tren memang, frugal living ini dalam situasi tingkat kehati-hatian untuk mengantisipasi soal masa depan situasi ke depan. Ada suasana itu," imbuh Huda.
Prediksi Puncak Arus Mudik
Pemerintah telah memprediksi puncak arus mudik akan terjadi pada tanggal 28 Maret mendatang, dengan perkiraan 12,1 juta orang melakukan perjalanan pulang kampung.
Prediksi ini disampaikan langsung oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berdasarkan hasil survei. Puncak arus balik diperkirakan terjadi pada 6 April 2025, dengan jumlah pemudik yang kembali mencapai 31,49 juta orang, angka yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Persiapan menghadapi lonjakan pemudik ini bukan perkara mudah. Jumlah pemudik yang diperkirakan mencapai 146,48 juta orang, sebagian besar menggunakan kendaraan pribadi, menimbulkan tantangan besar dalam menjaga kelancaran arus mudik dan balik.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bahkan menyebutkan puncak arus mudik diperkirakan terjadi antara 28 hingga 30 Maret, sementara puncak arus balik antara 5 hingga 7 April. Pemerintah pun telah menyiapkan berbagai strategi mengantisipasi jumlah pemudik yang terus meningkat.
Reporter: Alma Fikhasari
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
