Korban `Tinju Berdarah` di RS TNI AD Marthen Indey Mulai Membaik

Kepala RS TNI AD Marthen Indey, Budiono menyatakan, kondisi korban rusuh pertandingan tinju di Kabupaten Nabire, Papua, mulai membaik.

oleh Fredrick Rieuwpassa diperbarui 18 Jul 2013, 10:10 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2013, 10:10 WIB
tinju-nabire-130715b.jpg
Kepala Rumah Sakit TNI Angkatan Darat Marthen Indey, Budiono menyatakan, kondisi sejumlah korban 'tinju berdarah' di Kabupaten Nabire, Papua, kini mulai membaik. Menurutnya saat ini para korban ditangani oleh 3 dokter ahli, yaitu dokter ahli bedah, dokter syaraf, dan dokter anastesi.

"Kondisi pasien sudah mulai membaik dengan keadaan setengah sadar, hanya masih belum stabil dan sekarang sedang dalam perawatan di ICU," kata Budiono di Jayapura, Kamis (18/7/2013).

Selain itu, tim medis RS TNI AD Marthen Indey Jayapura juga mengklaim pasien korban rusuh tinju Nabire atas nama Rena Lasol (35), mengalami cidera berat di bagian kepala. "Karena cidera, yang jelas kena benturan benda tumpul," tegas Budiono.

Sedangkan satu pasien lainnya adalah Maria Tekege berumur 9 tahun yang dirawat di RS Bhayangkara Jayapura.

Sebelumnya, 2 korban insiden Nabire yang kondisinya hingga saat ini kritis, Selasa 16 Juli dengan menggunakan pesawat Enggang Air dievakuasi ke Jayapura. Kedua korban itu dievakuasi, karena selain kondisinya yang masih kritis juga disebabkan peralatan yang ada di RSUD Nabire tidak memadai.

Kedua korban yang dievakuasi itu Makarina Tekege (11) dan Rena Lasol (35). Mereka dirawat secara terpisah karena keterbatasan ruang perawatan intensif (ICU) di rumah sakit yang ada di Jayapura.

Selain 2 korban yang dievakuasi ke Jayapura, tercatar 14 orang lainnya sudah diizinkan keluar dari RSUD Nabire. Dari 38 orang yang mengalami luka-luka dan dirawat di RSUD Nabire, tercatat 14 orang sudah diizinkan pulang. Sebanyak 22 orang masih dirawat serta 2 orang dievakuasi ke Jayapura. Para korban yang dirawat itu sebagian besar mengalami luka lecet dan sesak dada akibat berdesakan dan berhimpitan saat hendak keluar GOR.

Kondisi gedung yang melebihi kapasitas itu tidak mampu menampung hingga 1.500 orang, sehingga menjadi salah satu penyebab banyaknya korban  yang tewas dan luka. Beberapa korban yang meninggal saat ini sudah dimakamkan di Nabire maupun di luar daerah, yakni di Mappi, Doyai, dan Makassar. (Ant/Frd/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya