[VIDEO] Mepantigan, Bela Diri Pengawal Sejarah Bali

Tri Hita Karana yakni hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan sang Hyang Widi Wasa inti ajaran silat ini.

oleh Rochmanuddin diperbarui 28 Okt 2013, 08:37 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2013, 08:37 WIB
potret-131027d.jpg

Dua pendekar bertempur di sasana, perguruan Bakti Negara. Pendekar-pendekar ini begitu penuh energi menjajal kemampuannya. Berbagai jurus pengunci dimainkan.

Seperti tayangan Potret SCTV, Senin (27/10/2013), perguruan ini layaknya padepokan Saolin. Tidak hanya menggembleng fisik, namun spiritual pun menjadi tujuan.

Tri Hita Karana yakni hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan sang Hyang Widi Wasa adalah inti ajaran silat ini.

Dalam silat ini pun melarang keras menghancurkan lawan. Karena silat pada dasarnya adalah alat pengembangan dan penyempurnaan diri. Pada puncaknya, pendekar selalu ingat kepada Sang Maha Pencipta dalam setiap tarikan nafasnya.

Anak Agung Rai Tokir, I Bagus Made Rai Keplag, Anak Agung Meranggi dan Sri Empu Dwi Tantra, adalah 4 pendekar Bali yang mendirikan perguruan Bakti Negara pada tahun 1955.

Dari gerakkannya terlihat ada kombinasi jurus silat tradisional Bali dengan cabang bela diri lain seperti Tae Kwon Do, Judo, Karate maupun Capuera yang berasal dari Brasil. Hanya saja dalam silat ini tak ada jurus mematikan di dalamnya.

Siapa yang berhasil membanting lawannya dan memasukkannya ke dalam lumpur, dialah yang bisa merayakan kemenangan.

Mepantigan, yang berarti membanting ini punya unsur hiburan yang menonjol maka permainan ini lebih banyak dilakukan di tengah kubangan lumpur. Bukan di tanah lapang seperti halnya ilmu bela diri yang serius.

Melalui mepantigan, mengajak siapa pun untuk bisa menghormati alam. Unsur lumpur dalam mepantigan misalnya, adalah cara dia mengenalkan manusia dengan Dewi Sri, Dewi Padi. Sebab lumpur adalah media bagi tumbuhnya padi atau daerah kekuasaan Dewi Sri.

Seiring berjalannya waktu, mepantigan tumbuh dan besar di masyarakat tradisi. Maka kesenian tradisi akan menyertai dalam penampilannya.

Mulai dari gerakan silat tradisional hingga tari Barong, Kecak, maupun tari tradisi lainnya. Alat musik yang dimainkan gender, kendang, gong, bahkan jimbe, mengayun gerak Mepantigan. Bahkan, seni drama pun ikut berbaur pada Mepantigan.

Dalam perjalanannya, Mepantigan ikut meniti perjalanan alur sejarah Bali. Informasi selengkapnya saksikan dalam video berikut. (Rmn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya