Ini kisah tentang seteru 2 politisi. Keduanya sama-sama Wakil. Yang satu Wakil Gubernur, lainnya Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Perseteruan Ahok dan Haji Lulung Ronde ke-2.
Pada ronde pertama, keduanya berseteru terkait relokasi pedagang kaki lima (PKL) di Tanah Abang. Kala itu tokoh Tanah Abang bernama lengkap Abraham Lunggana tersudut dengan pernyataan Ahok terkait adanya pejabat yang terlibat sewa-menyewa lapak di Tanah Abang.
Ahok dan Lulung pun sempat sahut-sahutan ditelepon pada Senin 29 September 2013. Dalam percakapan dengan pengeras suara, Ahok mempertanyakan ucapannya yang dinilai memojokkan Lulung sebagai Wakil Ketua DPRD DKI. Lulung kemudian menyampaikan, kalau dirinya sebenarnya setuju dengan penertiban para PKL tersebut, namun semestinya Pemprov DKI juga harus menggandeng tokoh masyarakat sekitar.
Lulung juga mengingatkan agar Ahok dapat mengurangi komentar pedasnya dan tidak mudah tersulut emosi dalam menyikapi persoalan di Tanah Abang.
5 Bulan berlalu. Seteru keduanya berlanjut ke ronde 2. Wakil Gubernur bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial. Ahok 'meramalkan', banjir di kawasan Kampung Pulo, Jakarta Timur mustahil untuk diatasi.
Keyakinannya itu terbit lantaran wilayah itu merupakan bantaran sungai yang sebenarnya tidak diperuntukkan untuk pemukiman. "Kampung Pulo pasti akan banjir sampai kiamat karena warga tinggal di bantaran sungai," ujar Ahok, Senin 3 Februari.
Pernyataan itu disambut kritikan oleh Lulung. Ia menilai pernyataan Sang Wagub sangat pesimistis. Lulung pun mendesak Ahok mundur bila sudah tak yakin lagi mampu mengatasi banjir Ibukota.
"Kalau pemimpinnya sudah pesimis begini, mundur saja," ujar Lulung di Jakarta, Selasa (4/2/2014).
Dia menilai, pernyataan Ahok tentang banjir Kampung Pulo tidak sesuai dengan janjinya kepada warga dahulu untuk menyelesaikannya. Menurut Lulung, kata-kata Ahok itu dapat membuat warga tersinggung. Bahkan, Lulung mengaku sudah mendapat keluhan dari warga Kampung Pulo.
"Ahok sudah janji selesaikan banjir waktu dia kampanye. Tapi sekarang dia malah bilang bakal banjir terus Kampung Pulo sampai kiamat. Harusnya pemimpin tidak begitu," ucap politisi PPP itu.
Cari Cara Pecat
Ahok mengaku tidak mengerti mengapa dirinya diminta mundur dan disebut pesimis oleh Lulung. Ahok menilai permintaan Lulung itu merupakan upaya untuk memecatnya.
"Kalau nggak mau pindah ya nggak bisa. Orang dari dulunya sudah banjir kok. Jadi saya nggak ngerti salahnya di mana. Itu namanya cari-cari ajalah supaya gimana cara mecat Ahok gitu," cetus Ahok di Balaikota DKI Jakarta.
Mantan Bupati Belitung Timur itu menjelaskan, pernyataannya soal Kampung Pulo akan terus banjir hingga kiamat tidak dimaksudkan sebagai ungkapan pesimis.
Menurut Ahok, hal itu hanya perumpamaan apabila permukiman Kampung Pulo masih juga berada di bantaran Sungai Ciliwung. Karenanya, ia meminta warga meninggalkan rumah dan mundur 20 meter, agar ada lahan untuk dijadikan sheet pile atau dinding turap.
Menurut Ahok, ilmuwan mana pun tak akan bisa menyelesaikan masalah banjir jika rumah-rumah masih saja didirikan di bantaran sungai. Ketika sungai meluap, maka otomatis air akan membanjiri permukiman di kawasan itu.
Oleh karena itu, Ahok berharap agar warga pindah ke rusun, dan kawasan pada radius 20 meter dari bantaran sungai dibersihkan dari bangunan. Sehingga pengerjaan normalisasi Ciliwung dapat berjalan lancar.
"Makanya mesti ngalah 20 meter. Kita kerjain normalisasi Ciliwung," tandas Ahok.
Sabar Dong...
Lulung masih menanggapi. Ia meminta Ahok tidak marah atas kritikannya. Sebab, kritik itu diberikan terkait posisinya sebagai anggota DPRD yang merupakan pengawas Pemprov DKI.
"Saya kan pengawas dia, jadi jangan marah. Ahok harus sabar dong," pinta Lulung.
Ia membantah saran agar Ahok mundur sebagai cara untuk melengserkandari kursi Wakil Gubernur. Kritikan tersebut hanya untuk motivasi agar Ahok lebih optimistis menangani masalah banjir dan menertibkan warga yang tinggal di bantaran kali.
"Kan kita bukan mencari-cari alasan buat mecat. Tapi kok tiba-tiba dia seperti orang pesimis dengan perkataannya itu. Dia harus optimis. Kalau dia pesimis, dia harus mundur dong dari jabatannya," paparnya.
Lulung menyarankan, agar Ahok mengajak semua instansi terkait untuk terlibat dalam penanganan banjir. Dengan begitu, dia berharap solusi yang baik dalam penertiban warga yang ada di bantaran kali.
"Yuk kita ngobrol. Kita cari solusi. Karena itu, kerjaannya harus terintegrasi. Dan kita tahu kok banyak orang-orang yang ada di bantaran kali itu memang melanggar. Saya salahkan juga. Ayo, Ahok bersabar," ajak Lulung.
Sebenarnya, hubungan antara Ahok dan Lulung diakui politisi Partai Gerindra itu baik-baik saja. Bahkan, Ahok mengaku, dirinya kerap berkomentar keras kepada Lulung karena selama ini merasa hubungannya cukup dekat. "Saya ketemu dengan Haji Lulung kan cium pipi kanan dan kiri," ungkap Ahok.
Suhu panas di antara Ahok dan Lulung memang mereda. Namun, siapa sangka bila ke depannya akan muncul Ronde ke-3. (Mut/Tnt)
Baca juga:
Pada ronde pertama, keduanya berseteru terkait relokasi pedagang kaki lima (PKL) di Tanah Abang. Kala itu tokoh Tanah Abang bernama lengkap Abraham Lunggana tersudut dengan pernyataan Ahok terkait adanya pejabat yang terlibat sewa-menyewa lapak di Tanah Abang.
Ahok dan Lulung pun sempat sahut-sahutan ditelepon pada Senin 29 September 2013. Dalam percakapan dengan pengeras suara, Ahok mempertanyakan ucapannya yang dinilai memojokkan Lulung sebagai Wakil Ketua DPRD DKI. Lulung kemudian menyampaikan, kalau dirinya sebenarnya setuju dengan penertiban para PKL tersebut, namun semestinya Pemprov DKI juga harus menggandeng tokoh masyarakat sekitar.
Lulung juga mengingatkan agar Ahok dapat mengurangi komentar pedasnya dan tidak mudah tersulut emosi dalam menyikapi persoalan di Tanah Abang.
5 Bulan berlalu. Seteru keduanya berlanjut ke ronde 2. Wakil Gubernur bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial. Ahok 'meramalkan', banjir di kawasan Kampung Pulo, Jakarta Timur mustahil untuk diatasi.
Keyakinannya itu terbit lantaran wilayah itu merupakan bantaran sungai yang sebenarnya tidak diperuntukkan untuk pemukiman. "Kampung Pulo pasti akan banjir sampai kiamat karena warga tinggal di bantaran sungai," ujar Ahok, Senin 3 Februari.
Pernyataan itu disambut kritikan oleh Lulung. Ia menilai pernyataan Sang Wagub sangat pesimistis. Lulung pun mendesak Ahok mundur bila sudah tak yakin lagi mampu mengatasi banjir Ibukota.
"Kalau pemimpinnya sudah pesimis begini, mundur saja," ujar Lulung di Jakarta, Selasa (4/2/2014).
Dia menilai, pernyataan Ahok tentang banjir Kampung Pulo tidak sesuai dengan janjinya kepada warga dahulu untuk menyelesaikannya. Menurut Lulung, kata-kata Ahok itu dapat membuat warga tersinggung. Bahkan, Lulung mengaku sudah mendapat keluhan dari warga Kampung Pulo.
"Ahok sudah janji selesaikan banjir waktu dia kampanye. Tapi sekarang dia malah bilang bakal banjir terus Kampung Pulo sampai kiamat. Harusnya pemimpin tidak begitu," ucap politisi PPP itu.
Cari Cara Pecat
Ahok mengaku tidak mengerti mengapa dirinya diminta mundur dan disebut pesimis oleh Lulung. Ahok menilai permintaan Lulung itu merupakan upaya untuk memecatnya.
"Kalau nggak mau pindah ya nggak bisa. Orang dari dulunya sudah banjir kok. Jadi saya nggak ngerti salahnya di mana. Itu namanya cari-cari ajalah supaya gimana cara mecat Ahok gitu," cetus Ahok di Balaikota DKI Jakarta.
Mantan Bupati Belitung Timur itu menjelaskan, pernyataannya soal Kampung Pulo akan terus banjir hingga kiamat tidak dimaksudkan sebagai ungkapan pesimis.
Menurut Ahok, hal itu hanya perumpamaan apabila permukiman Kampung Pulo masih juga berada di bantaran Sungai Ciliwung. Karenanya, ia meminta warga meninggalkan rumah dan mundur 20 meter, agar ada lahan untuk dijadikan sheet pile atau dinding turap.
Menurut Ahok, ilmuwan mana pun tak akan bisa menyelesaikan masalah banjir jika rumah-rumah masih saja didirikan di bantaran sungai. Ketika sungai meluap, maka otomatis air akan membanjiri permukiman di kawasan itu.
Oleh karena itu, Ahok berharap agar warga pindah ke rusun, dan kawasan pada radius 20 meter dari bantaran sungai dibersihkan dari bangunan. Sehingga pengerjaan normalisasi Ciliwung dapat berjalan lancar.
"Makanya mesti ngalah 20 meter. Kita kerjain normalisasi Ciliwung," tandas Ahok.
Sabar Dong...
Lulung masih menanggapi. Ia meminta Ahok tidak marah atas kritikannya. Sebab, kritik itu diberikan terkait posisinya sebagai anggota DPRD yang merupakan pengawas Pemprov DKI.
"Saya kan pengawas dia, jadi jangan marah. Ahok harus sabar dong," pinta Lulung.
Ia membantah saran agar Ahok mundur sebagai cara untuk melengserkandari kursi Wakil Gubernur. Kritikan tersebut hanya untuk motivasi agar Ahok lebih optimistis menangani masalah banjir dan menertibkan warga yang tinggal di bantaran kali.
"Kan kita bukan mencari-cari alasan buat mecat. Tapi kok tiba-tiba dia seperti orang pesimis dengan perkataannya itu. Dia harus optimis. Kalau dia pesimis, dia harus mundur dong dari jabatannya," paparnya.
Lulung menyarankan, agar Ahok mengajak semua instansi terkait untuk terlibat dalam penanganan banjir. Dengan begitu, dia berharap solusi yang baik dalam penertiban warga yang ada di bantaran kali.
"Yuk kita ngobrol. Kita cari solusi. Karena itu, kerjaannya harus terintegrasi. Dan kita tahu kok banyak orang-orang yang ada di bantaran kali itu memang melanggar. Saya salahkan juga. Ayo, Ahok bersabar," ajak Lulung.
Sebenarnya, hubungan antara Ahok dan Lulung diakui politisi Partai Gerindra itu baik-baik saja. Bahkan, Ahok mengaku, dirinya kerap berkomentar keras kepada Lulung karena selama ini merasa hubungannya cukup dekat. "Saya ketemu dengan Haji Lulung kan cium pipi kanan dan kiri," ungkap Ahok.
Suhu panas di antara Ahok dan Lulung memang mereda. Namun, siapa sangka bila ke depannya akan muncul Ronde ke-3. (Mut/Tnt)
Baca juga:
Haji Lulung: Ahok Jangan Marah, Sabar Dong!
Ahok: Lulung Cari-cari Cara Pecat Saya
Baca Juga
Ahok: Saya Tak Pernah Bilang Oknum DPRD Beking PKL Tanah Abang
Advertisement