Liputan6.com, Jakarta Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) menduga ada upaya kartel harga pada skutik 110-125 cc yang melibatkan Honda dan Yamaha. Terakhir, Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia (AISI) Gunadi Sindhuwinata dihadirkan ke meja sidang untuk memberikan keterangan.
Gunadi menyebut kasus kartel ini tidak akan memengaruhi penjualan sepeda motor di Indonesia. Pasar sepeda motor akan terus tumbuh apabila ekonominya baik.
"Terkait sidang kemarin saya kira apapun hasilnya diharapkan positif, itu tidak memengaruhi pasar karena masyarakat tetap punya kebutuhan. Kalau kita tarik sampai menjelang 2020 dan selanjutnya, pasar sepeda motor akan terus naik selama kondisi ekonominya bagus," katanya di Pulau Dua, Jakarta, Kamis (8/9/2016).
Menyoal kenaikan harga yang terjadi tiga kali sejak 2014 hingga membuat dugaan kartel ini mencuat, ia menyebut hal itu masih dalam kategori wajar karena ada banyak faktor penyebabnya. Menurut dia ini bagian dari strategi pemasaran.
"Benar terjadi kenaikan tapi cuma 3 persen dibanding inflasi yang mencapai 7 persen. Jadi kenaikan itu jauh di bawah inflasi. Lalu kenapa tiga kali naik? Kita kan harus melakukan penyesuaian antara Rp 400 sampai Rp 600 ribu tapi produsen tidak bisa sekaligus menaikkan langsung karena pasar akan rusak."
Selanjutnya Gunadi menjelaskan, "Maka dari itu dibuat bertahap dan itupun ada penyesuaian inflasi, suku bunga, biaya produksi yang bergantung pada tenaga kerja, dan nilai tukar. Jadi faktor ini yang mendorong secara total kenaikan 3 persen."
Advertisement
Menurutnya, ada banyak faktor yang membuat harga naik. "Kalau pasarnya kuat produsen tidak perlu menaikan harga, tapi kalau terpaksa harus naik karena inflasi dan lain-lain, jika ada yang berani menaikan, kita juga harus berani menyesuaikan," katanya.
Karena itu ia menepis adanya dugaan "janjian" antara Honda dengan Yamaha dalam hal kenaikan harga yang waktunya nyaris berbarengan.