Liputan6.com, Jakarta - Tak banyak yang tahu tentang catalytic converter yang ada di dalam knalpot. Padahal, perangkat ini telah wajib dipasang pada setiap mobil baru sejak 2007 lalu, demi mengejar standar Euro2 yang saat itu mulai diberlakukan.
Lantas, apa itu catalytic converter? Bagaimana cara kerjanya? Mengapa ia bisa meminimalisir gas buang yang berbahaya bagi lingkungan?
Advertisement
Baca Juga
Sebelum menjawabnya, kita harus terlebih dulu mengetahui apa saja yang keluar dari gas buang pada kendaraan tanpa catalytic converter. Beberapa gas berbahaya yang keluar dari mesin di antaranya adalah CO, NO, dan NO2. Gas CO dapat meracuni darah jika terhidup manusia, sementara dua gas lain dapat membentuk lubang pada ozon serta menghasilkan hujan asam.
Selain itu, pada asap kendaraan juga terdapat timbal yang berasal dari zat aditif yang terkandung dalam bensin. Untuk yang ini solusinya adalah tidak menggunakan bensin bertimbal, atau bensin yang RON-nya tinggi.
Dalam riset-riset yang telah dilakukan bertahun-tahun yang lalu, ditemukan bahwa untuk mengurangi racun, maka perlu diusahakan adanya reaksi antara gas CO dan gas NO, serta reaksi antara gas NO2 dengan hidrokarbon.
Masalahnya, reaksi tersebut hanya dapat terjadi pada suhu yang sangat tinggi. Sementara di satu sisi dalam suhu yang tinggi itu mesin kendaraan tidak bekerja efektif. Karena itu, penelitian menyebut bahwa perlu adanya katalis yang dapat mempercepat reaksi yang dimaksud pada suhu yang rendah. Katalis itulah yang disebut dengan catalytic converter.
catalytic converter berbentuk seperti sisir atau sarang lebah dengan lubang yang sangat kecil yang terbuat dari campuran logam platina dan rhodium. Saat gas buang menyentuh catalytic converter, maka terjadilah reaksi kimia berupa penghilangan beberapa zat berbahaya yang telah disebutkan tadi.
Namun, sebagaimana komponen lain, catalytic converter pun punya usia pakai. Menurut Supri, pemilik bengkel spesialis knalpot AG Motor yang terletak di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, catalytic converter rusak dapat disebabkan karena saluran udaranya tertimbun karbon.
"Catalytic converter bisa rusak saat mulai tertimbun karbon. Kalau sudah begini, gas tertahan dan akhirnya buat catalytic converter 'jebol'. Kalau sudah jebol, akan muncul suara 'klotok-klotok' yang berasal dari pecahan catalytic converter. Pecahan ini bisa menyebar ke bagian lain. Knalpot bisa rusak semua," ujarnya kepada Liputan6.com belum lama ini.