Menperin Minta Pabrik D-Cab Dipindah dari Thailand, Begini Kata Isuzu dan Toyota

Menjawab himbauan Menperin Agus Gumiwang tentang pemindahan pabrik double cabin dari Thailand ke Indonesia, Isuzu dan Toyota beri tanggapan apa yang sebaiknya dilakukan

oleh Khizbulloh Huda diperbarui 24 Mar 2024, 18:13 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2024, 18:13 WIB
Isuzu
Isuzu D-Max. (Isuzu.net)

Liputan6.com, Jakarta PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) dan PT Toyota Astra Motor (TAM) memberikan tanggapan terhadap pernyataan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang beberapa waktu lalu di pembukaan Giicomvec 2024 yang meminta para produsen otomotif untuk memindahkan manufaktur kendaraan D-cab atau double cabin dari Thailand ke Indonesia.

Imbauan ini didasari size ekonomi Indonesia yang lebih besar, pertumbuhan konsisten PMI Manufaktur hingga 30 bulan berturut-turut, serta kontribusi Manufacturing Value Added (MVA) global Indonesia yang menempati 10 besar.

Menanggapi imbauan berdasar logika ekonomi tersebut, Kepala Operasional Bisnis & Strategi PT IAMI, Attias Asril mengatakan pemerintah perlu memberikan insentif yang tepat untuk dapat mewujudkan hal tersebut.

"Pastinya harus ada kompensasi atau insentif pendukung, kalau tidak, dan kalau (hanya) apa adanya seperti sekarang, 'pindahkan semua pabriknya' mungkin berat," katanya, dikutip dari Antara, Minggu (24/3/2024).

Dalam kesempatan lain, Direktur Pemasaran PT TAM Anton Jimmy juga mengungkapkan mengapa double cabin di Indonesia masih impor.

"Produksi itu banyak faktornya, Indonesia kuat di kendaraan jenis 3-row seater, itu kenapa kita kuat di Calya, Avanza, Innova, kalau dilihat negara manapun di ASEAN, Indonesia adalah pusatnya. Tapi kalau pikap pusatnya adalah di Thailand," kata Anton.

Anton mengungkapkan pasar mobil D-cab terbesar di dunia saat ini dipegang Thailand dan Amerika Serikat. Sementara Thailand memegang pasar D-cab hingga melampaui 50 persen, di sekitar 400 ribu unit.

"Saya setuju kita ingin lokalisasi, tapi kita harus realistis juga bahwa Indonesia adalah negara yang fokusnya 3-row seater, dan sebenarnya yang kita harapkan, ketimbang melihat prioritas pikap, kita harus pertahankan yang yang sudah ada di Indonesia, termasuk hybrid,” tambahnya.

Menperin Anggap Keputusan Pembangunan Pabrik di Thailand Aneh

Menperin Agus Gumiwang Sampaikan Pidato Sambutan di GIICOMVEC 2024 soroti isu truk tambang impor ilegal. (Liputan6.com/Khizbulloh Huda)
Menperin Agus Gumiwang Sampaikan Pidato Sambutan di Giicomvec 2024. (Liputan6.com/Khizbulloh Huda)

Sebelumnya, pada gelaran Giicomvec 2024, Menteri Agus mengisi pembukaan pameran kendaraan niaga tersebut dengan mengajak prinsipal membangun pabrik double cabinnya di Indonesia.

Menurutnya sangat aneh jika prinsipal lebih memilih Thailand ketimbang Indonesia sebagai basis produksi kendaraan double cabinnya karena alasan permintaan double cabin di Thailand lebih tinggi. Menteri Agus ingin prinsipal untuk mengevaluasi kembali pemikiran tersebut.

"Saya ingin mengajak para prinsipal untuk mengevaluasi kembali pemikiran tersebut. Alasannya yang pertama size ekonomi dari Indonesia. Logikanya sederhana sekali. Apa mungkin ekonomi Thailand bisa lebih besar secara general size? Saya nggak bisa melihat itu terjadi," ungkap Agus Gumiwang di JCC Senayan, Jumat (8/3/2024) lalu.

Menurutnya, dengan size ekonomi besar, MVA, dan PMI Manufaktur yang positif dari Indonesia, beberapa tahun ke depan Indonesia akan lebih menjanjikan dibanding Thailand. Begitu juga beliau menjanjikan tentang kebijakan atau policy.

"Ini harus dipelajari kembali oleh para principal untuk memindahkan pabrik-pabrik double cabin ke Indonesia karena pasti 2-3, 10-20 tahun ke depan Indonesia akan lebih menjanjikan dibandingkan Thailand, dan policy-policy insentif kita bisa match dengan apa yang dilakukan oleh Thailand," tutupnya.

Infografis Esemka dan Program Mobil Nasional

Infografis Esemka dan Program Mobil Nasional
Infografis Esemka dan Program Mobil Nasional. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya