China Langkahi Negara Lain Wujudkan Mobil Listrik Berdaya Jangkau 1.000 km

Seperti perkembangan mobil listrik China yang terus menjamur, inovasi akan baterai juga tak kalah cepat di Negeri Tirai Bambu tersebut.

oleh Khizbulloh Huda diperbarui 16 Apr 2024, 12:15 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2024, 12:15 WIB
Baterai Solid-State GAC Aion
Baterai Solid-State GAC Aion. (GAC Aion)

Liputan6.com, Jakarta - Pembeli kendaraan listrik saat ini prihatin dengan daya jangkau yang akan mereka dapat. Menurut penelitian Boston Consulting Group, calon konsumen mengharapkan jarak lebih dari 563 km, sementara rata-rata mobil listrik yang terjual tahun lalu hanya memiliki jangkauan 470 km menurut laporan Bloomberg. Meskipun mobil listrik dengan jarak tempuh hingga 700 km telah tersedia, harganya masih tinggi.

Seperti perkembangan mobil listrik China yang terus menjamur, inovasi akan baterai juga tak kalah cepat di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Dikutip dari CarExpert, GAC Aion baru-baru ini mengumumkan baterai solid-state baru dengan kepadatan energi lebih dari 400Wh/kg yang mampu menembus jarak lebih dari 1.000 km dengan mudah. Baterai ini juga telah lulus uji keamanan ekstensif.

Baterai solid-state GAC Aion rencananya akan ditanamkan pada submerek Hyper miliknya pada tahun 2026.

Jika berhasil, rencana ini akan mendahului pabrikan Jepang Toyota dan Nissan yang berencana memproduksi baterai serupa untuk tahun 2027 atau 2028.

Walau memiliki daya jangkau yang jauh lebih impresif, perusahaan mengklaim biaya produksinya akan lebih rendah hingga 35 persen daripada baterai lithium-ion konvensional.

Tak hanya GAC Aion, BYD, raksasa otomotif asal China juga tengah mengembangkan baterai Blade generasi baru yang juga berteknologi solid-state.

Media China, Fast Technology melaporkan perusahaan baterai milik BYD, FinDreams, telah mengembangkan paket Blade baru dengan kepadatan energi 190 Wh/kg yang memungkinkan mencapai daya jangkau 1.000 km berdasar siklus CLTC untuk segera meluncur pada Agustus tahun ini, lebih cepat dari jadwal peluncuran baterai baru GAC Aion.

IM Motors dan Nio Lebih Dulu Menjangkau 1.000 km dengan Semi-Solid-State

Berbicara daya jangkau, dengan teknologi lain bernama baterai semi-solid-state, jangkauan 1.000 km justru sudah lebih dahulu berhasil ditorehkan oleh beberapa produsen mobil listrik China.

IM Motors, anak perusahaan SAIC Motor Corp, menggunakan teknologi baterai semi-solid-state 130 kWh dan akan rampung lebih cepat dalam menggarap baterai berjangkauan CLTC 1.000 km.

Pasalnya, pra-pemesanan mobil IM L6 yang dilengkapi dengan baterai ini telah dimulai pada 8 April lalu di China, dengan harga bukaan 230 ribu yuan atau sekitar Rp 510 juta.

Di samping itu, Nio yang meluncurkan sedan ET7 jauh lebih awal, telah melakukan demonstrasi berkendara pada Desember tahun lalu yang dilakukan langsung oleh pendirinya. Demonstrasi tersebut membuktikan bahwa sedan mereka mampu menempuh jarak 1.044 km, bahkan dengan sisa daya 3 persen yang masih dapat digunakan untuk dipacu sejauh 36 km lagi. 

Sedan ET7 yang dibekali baterai semi-solid-state 150 kWh tersebut memiliki banderolan Rp 660 juta.

Di samping itu semua, pengembangan baterai solid-state baru-baru ini memang memiliki orientasi lain selain jarak, yaitu penghematan budget untuk menekan biaya produksi dan harga jual kendaraan listrik.

Masalah Baterai Solid-State

Baterai solid-state menggunakan elektrolit padat alih-alih cairan yang biasa digunakan dalam baterai kendaraan listrik saat ini.

Namun pimpinan raksasa baterai CATL, Zeng, baru-baru ini meragukan kelayakan baterai solid-state yang sedang ramai dikembangkan. Dirinya telah berinvestasi pada solid-state selama 10 tahun dan mencatat ada masalah dengan ion lithium yang menyebar dalam material padat, yang dapat menyebabkan masalah pada daya tahan dan keamanan baterai.

"Saya menyaksikan orang-orang yang melakukan pengembangan mengerjakan solid-state hampir setiap bulan, jadi saya tahu semua kemajuannya, dan entah bagaimana kami masih memiliki penghalang ini,"  kata Zeng kepada The Financial Times dikutip dari CarExpert.

"(Baterai) tidak bisa bertahan dalam banyak siklus (pengisian), mungkin 10 siklus. Lalu bagaimana cara menjadikannya layak secara komersial?" tambahnya.

Menurutnya baterai solid-state juga dapat menimbulkan masalah keamanan karena litium akan bereaksi dengan uap air di udara jika baterai pecah saat terjadi kecelakaan mobil.

Beberapa perusahaan justru diungkapkan telah beralih ke baterai semi-solid yang tidak sepenuhnya mengandung elektrolit padat.

Walau begitu, GAC Aion mengklaim teknologi baterai solid-state yang dikembangkan perusahaannya diproyeksikan dapat mengurangi penurunan masa pakai baterai solid-state hingga 50%, dan mempertahankan lebih dari 90% kapasitas baterai setelah 150 siklus.

Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia

Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia
Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya