Liputan6.com, Tokyo - Toyota Motor membukukan keuntungan bersih 5 triliun yen (Rp 523 trilun) untuk tahun fiskal 2024, yang mencakup periode April 2023-Maret 2024. Ini melebihi dua kali lipat keuntungan bersih tahun lalu. Sementara laba operasionalnya mencapai 5,35 triliun yen (Rp 552 triliun).
Dengan capaian tersebut, produsen mobil terlaris di dunia ini mencatatkan rekor sebagai perusahaan Jepang pertama yang mencapai angka 5 triliun yen.
Capaian memuaskan tersebut berhasil melampaui ekspektasi pasar, meski skandal uji keselamatan pada unit mobil kompak Daihatsu telah merugikan penjualan di Jepang dan reputasi grup Toyota dalam hal kualitas dan keselamatan.
Advertisement
Meski pelemahan yen juga berdampak pada Toyota, di sisi lain, produsen otomotif tersebut meraup manfaat besar dari menurunnya permintaan kendaraan listrik di beberapa pasar seperti Amerika Serikat, di mana banyak pelanggan kini terpantau lebih memilih mobil hybrid, yang merupakan kekuatan tradisional Toyota.
Penjualan kendaraan Toyota dan Lexus mencatatkan 10 juta 309 ribu unit, yang merupakan peningkatan dua kali lipat sebesar 107,3 persen dari penjualan tahun fiskal sebelumnya.
Dari keseluruhan penjualannya, kendaraan ramah lingkungan mewakili 37,4 persen penjualan dengan volume 3 juta 855 ribu unit, dengan dominasi 96,9 persen merupakan kendaraan hybrid dengan jumlah 3 juta 735 ribu unit terjual.
Kendaraan listrik bertenaga baterai milik Toyota dan Lexus hanya mampu menyumbangkan 117 ribu penjualan, mewakili 3,6 persen penjualan kendaraan. Sisa 0,1 persen lainnya lari ke penjualan mobil hidrogen Toyota Mirai.
Menyusul capaian tersebut, Toyota Motor juga memperkirakan penurunan laba sebesar 20 persen pada tahun fiskal 2025 karena mereka berinvestasi pada sumber daya manusia.
Toyota Kalah di Pasar China yang Kuat di Mobil Listrik
Produsen mobil asal Jepang ini telah lama dikritik karena menjalankan strategi dua kaki yang memperjuangkan kendaraan hybrid serta kendaraan listrik.
Meski gaya pemasaran jangka pendek Toyota ini kini membuahkan hasil, target penjualan pada kendaraan listriknya masih belum tercapai.
Penjualan kendaraan listrik bertenaga baterai hanya menyumbang 117 ribu penjualan global, jauh di bawah target yang diumumkan sebelumnya, yakni 202 ribu kendaraan.
"Meskipun operasi kami dijalankan dengan sangat efisien, masih banyak hal yang masih perlu diubah," kata CEO Toyota Koji Sato pada konferensi pers setelah rilis pendapatan, dikutip dari Reuters.
Toyota mengatakan pihaknya berencana untuk menginvestasikan 1,7 triliun yen untuk pertumbuhan tahun ini di berbagai bidang seperti AI dan perangkat lunak.
Usaha ini dilakukan untuk mengejar ketertinggalan perusahaan pada AI dan perangkat lunak yang membawa nasib persaingan bisnisnya di China sebagai pasar otomotif terbesar di dunia.
Toyota bermitra dengan raksasa teknologi China, Tencent dengan meluncurkan dua kendaraan listrik baterai untuk pasar China di Beijing Auto Show baru-baru ini.
Advertisement