Inilah Pencapaian Ahok-Djarot Kala Memimpin Ibu Kota

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) -Djarot Saiful Hidayat menganggap pembangunan manusia tidak kalah pentingnya

oleh Liputan6 diperbarui 07 Apr 2017, 14:37 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2017, 14:37 WIB
Ahok dan Djarot
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) -Djarot Saiful Hidayat menganggap pembangunan manusia tidak kalah pentingnya

Liputan6.com, Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) -Djarot Saiful Hidayat menganggap pembangunan manusia tidak kalah pentingnya dalam upaya pembangunan infrastruktur. Hal tersebut terlihat pada berbagai kebijakan yang telah dilakukan Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Ahok-Djarot.

Seperti diketahui, Ahok-Djarot memiliki agenda pembangunan, seperti pelayanan publik dan pemberdayaan masyarakat yang berpusat dan berorientasi untuk membangun manusianya.

Juru Bicara Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Ansy Lema, menjelaskan, selama Ahok-Djarot menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur, pasangan tersebut sudah berkomitmen untuk administrasikan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat di DKI Jakarta.

"Juga secara khusus mempunyai keberpihakan pada warga miskin. Jadi anggapan Ahok hanya mementingkan pembangunan infrastruktur seperti yang selama ini dilontarkan, itu tidak benar," kata Ansy Lema.

Di sisi lain, calon wakil gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, menyebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi DKI Jakarta tertinggi di Indonesia. Diakui Djarot, bersama Ahok, mereka berkomitmen untuk memindahkan kehidupan warga Jakarta ke tempat layak seperti rusun berukuran 36 meter persegi yang disokong sejumlah fasilitas, seperti subsidi kehidupan pendidikan, transportasi, dan kebutuhan bahan pokok.

“Kita tak heran IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Jakarta paling tinggi,” kata Djarot.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), IPM Provinsi DKI Jakarta berada di posisi pertama pada tahun 2015. IPM di Jakarta mencapai 78,99. Berdasarkan penelusuran dari BPS, dalam kurun lima tahun terakhir, IPM Provinsi DKI Jakarta terus meningkat.

Adapun IPM Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2010 adalah 76,31, tahun 2011 sebesar 76,98, pada tahun 2012 sebesar 77,53, pada tahun 2013 sebesar 78,08, pada tahun 2014 sebesar 78,39, dan pada tahun 2015 terus mengalami peningkatan mencapai 78,99. Pada 5 tahun mendatang.

Ahok dan Djarot menargetkan IPM di Jakarta menjadi 80, sehingga nantinya Jakarta akan sejajar dengan ibu kota di negara-negara lainnya di dunia.

Untuk bidang pelayanan transportasi, Ahok-Djarot mempunyai program Transjakarta dengan total armada mencapai 1.347 bus dan memiliki 77 rute. Jumlah penumpang Transjakarta perbulannya rata-rata adalah 11,58 juta.

Sedangkan dalam bidang kesehatan, menurut Ansy Lema, pasangan Ahok-Djarot juga memiliki program layanan jaminan kesehatan melalui Kartu Jakarta Sehat (KJS).

Selain itu, Jakarta juga memiliki program preventif, yaitu Ketuk Pintu Layanan Dengan Hati (KPLDH).

“Selain itu melakukan renovasi 34 puskesmas, dan 19 dari Puskemas menjadi Rumah Sakit Umum Kecamatan. Dalam 5 tahun mendatang, jaminan kesehatan akan mencapai 100 persen ke warga Jakarta,” ujar Ansy Lema.

Rincian program Ahok-Djarot dalam bidang kesehatan, yaitu dengan mengubah 44 Puskemas Kecamatan menjadi Rumah Sakit Umum Kecamatan dan 5 RSUK menjadi RSUD kelas C, RSUD Sumber Waras khusus penyakit kanker, jantung dan otak dengan kapasitas 2 ribu orang, Jakarta akan memiliki tiga RSUD bertaraf internasional kelas A, dan 1 dokter keluarga bagi setiap 5 ribu warga.

Pada tahun 2016, pasangan Ahok-Djarot berhasil mengurangi pengangguran di Jakarta menjadi 5,77 persen, kemiskinan menjadi 3,75 persen, inflasi 2,04 dan gini ratio 0,41 persen. Hal tersebut adalah pencapaian Ahok-Djarot dalam bidang ekonomi.

Sedangkan pada bidang UMKM pada 2015, tercatat 132 ribu UMKM binaan pemerintah daerah DKI dengan total bantuan Rp 200 miliar. Dalam 5 tahun lagi, Basuki-Djarot akan menggalakan co-working space di lima wilayah kota dengan ekonomi bagi hasil sebesar 80-20 dan pasar perkulakan.

untuk bidang lain, Ahok-Djarot ingin mengatasi permasalahan kota Jakarta yang sudah ada sejak lama, yaitu banjir. Mereka dianggap berhasil dalam menata kota dan menanggulangi banjir. Seperti diketahui, pada tahun 2013 banjir di Jakarta terjadi di 2.200 titik, sedangkan pada tahun 2017 jumlah tersebut mengalami penurunan yang berjumlah hanya tinggal 54 titik.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, hujan deras yang menguyur Jakarta pada Februari lalu menyebabkan 54 titik banjir dan genangan di Jakarta.

“Ribuan rumah dan jalan terendam banjir dengan ketinggian bervariasi, 10-150 sentimeter. Terdapat 54 titik banjir dan genangan, yaitu di Jakarta Selatan (11 titik), Jakarta Timur (29 titik), dan Jakarta Utara (14 titik),” ujarnya.

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya