Sering Blunder, Mengapa Jokowi dan Prabowo Tak Manfaatkan Juru Bicara?

Menurut Satrio, apabila para capres menanggapi suatu peristiwa di akhir sedangkan para jubir menanggapi di awal, dengan demikian maka akan mengurangi kesalahan.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 05 Des 2018, 02:08 WIB
Diterbitkan 05 Des 2018, 02:08 WIB
Momen Akrab Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi di KPU
Dua calon presiden Prabowo Subianto (kiri) dan Joko Widodo (kanan) berbincang saat pengambilan nomor urut peserta Pemilu 2019 di Kantor KPU, Jakarta, Jumat (21/9). Prabowo mendapat nomor urut 01, sedangkan Jokowi 02. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pakar komunikasi Hendri Satrio mengatakan dua pasang calon presiden, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto, tidak memanfaatkan peran juru bicara (jubir) dalam kampanye mereka.

Padahal menurut dia, para capres--terutama Jokowi --dapat mengurangi blunder dengan adanya jubir. "Harusnya Jokowi menggunakan juru bicara. Jadi kalau-kalau salah bisa di-counter. Tapi enggak, Pak Jokowi senang ngomong sendiri," kata Satrio di diskusi Setnas Prabowo-Sandiaga, Menteng, Selasa (4/12/2018).

Menurut Satrio, apabila para capres menanggapi suatu peristiwa di akhir, sedangkan para jubir menanggapi di awal, maka akan mengurangi kesalahan.

"Lebih baik fungsi jubir digunakan, jadi kalau ada salah bisa diperbaiki," ujarnya.

Satrio menilai, capres harus lebih hati-hati dalam menyampaikan pendapat. "Sekarang harus hati-hati nanti blunder lagi. Sekarang Pak Prabowo tone jadi lebih tenang, jadi gimana tim medianya," ucapnya.

"Sementara Pak Jokowi, enggak harus semua pertangaan wartawan dijawab. Kalau belum ada jawabannya enggak dijawab enggak apa-apa," ucap Satrio.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Berakhir Seimbang

Sario menyatakan pertarungan Pilpres 2019 berbeda dengan 2014.

"2014 Pak Jokowi banyak relawan, sekarang 2019 sudah jadi komisaris. Sementara di kubu Pak Prabowo ada alumni 212 yang sangat militan," ucapnya.

Apabila gaya komunikasi Jokowi tidak diubah, Satrio memperkirakan elektabilitas Jokowi-Prabowo akan sama pada Februari 2019 mendatang. "Ini kalau dibiarkan sampai Februari akan 50:50," ucap Satrio.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya