Fadli Zon: Di Debat Capres, Panelis Jangan Hanya Jadi Pajangan

Politikus Partai Gerindra itu juga menyarankan para panelis bebas bertanya kepada kedua paslon. Asal tidak curang dan bocor kepada paslon tertentu.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jan 2019, 08:25 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2019, 08:25 WIB
Fadli Zon
Wakil Ketua DPR Fadli Zon. (Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi Fadli Zon menyayangkan panelis debat capres-cawapres hanya diam seperti pajangan.

"Jadi pajangan saja di situ. Komentar saya itu," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (21/1/2019).

Fadli pun ingin para panelis yang dipilih teruji integritasnya dan tidak memihak. Menurutnya latar belakang panelis bisa membuat bias sehingga statusnya menjadi tidak netral.

Politikus Partai Gerindra itu juga menyarankan para panelis bebas bertanya kepada kedua paslon. Asal tidak curang dan bocor kepada paslon tertentu.

"Seharusnya bertanya saja dan dibebaskan. Tapi nanti tidak boleh dibelakang cari-cari tahu apa yang mau di tanyakan pertanyaanya kemudian juga bocor, potensi pertanyaan bocor itu lebih deket kepada penguasakan yang mempunyai akses gitu," imbuh Fadli.

Sementara, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan, capres-cawapres tak perlu membawa sontekan saat debat. Menurutnya, data hanya perlu diingat dalam otak supaya rakyat menilai cocoknya kualitas pemimpin.

"Data itu tidak harus dibawa dalam pengertian, sebab kita nggak tahu apakah data itu akan dikonfirmasi atau tidak, paling tidak kalau nggak megang data, data itu kan sudah ada di dalam otaknya. Tahun sekian terjadi ini-ini, harusnya udah bisa dong pemimpin itu bawa data di kepalanya gitu loh nggak usah dibawa pakai tulisan," kata Fahri.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Tambahan Waktu

Fahri ingin tiap topik pertanyaan peserta diberi waktu 15 menit untuk memaparkan gagasan. Kemudian ada perpanjangan waktu tambahan 5 menit untuk antisipasi bila pemaparan dianggap belum tuntas. Sehingga masyarakat paham apa yang disampaikan kandidat.

"Jadi saya kira KPU udahlah jangan main-main soal ini karena ini bukan cerdas cermat bukam ujian. Kenaikan kelas atau debat kompetisi 17 Agustus. Ini milih presiden, kita pengen liat emosinya nalarnya, daya ingatnya, kemampuannya untuk menjabarkan persoalan secara konseptual," ujar Fahri.

Politikus senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut menambahkan, para paslon mesti bisa menganalisis persoalan dan menyampaikan teori penyelesaiannya. Sehingga ada alternatif solusi dengan cara implementasi.

"Itu yang diperlukan dari pemimpin bukan menghafal," ucap Fahri.

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya