Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI akan membuat segmen khusus untuk masing-masing capres dan cawapres mengajukan pertanyaan antar paslon dalam debat capres 2019.
Konsep ini sengaja dibuat untuk memberikan ruang lebih terhadap setiap kandidat dalam berbicara.
Ketua KPU Arief Budiman mengatakan, konsep ini nantinya akan tersedia pada satu segmen untuk capres bertanya jawab dengan capres lainnya, sementara segmen lainnya untuk cawapres bertanya jawab dengan cawapres lain, dan satu segmen pasangan capres-cawapres bergantian untuk saling tanya jawab.
Advertisement
"Jadi, dari enam segmen itu nanti ada segmen yang ini hanya antar capres, yang segmen ini hanya cawapres, segmen yang ini berpasangan dua-duanya bisa berpasangan," kata Arief di KPU, Jakarta Pusat, Senin (21/1/2019).
Arief menjelaskan, konsep tersebut dirancang agar capres tidak terlalu dominan dalam bertanya dan menjawab. Hal ini mengacu pada debat pertama di mana cawapres Ma'ruf Amin lebih sedikit berbicara.
Oleh karena itu, dengan dibuatnya konsep ini, ucap Arief, capres serta cawapres bisa berimbang dalam melempar dan menjawab pertanyaan dari lawan atau paslon lain.
Menurut dia, rancangan tersebut masih sesuai dengan bunyi peraturan KPU (PKPU). Berdasarkan Pasal 48 PKPU Nomor 48, KPU harus menyelenggarakan debat capres sebanyak lima kali yang terdiri dari dua kali untuk capres, satu kali untuk cawapres, dan dua kali untuk pasangan capres-cawapres.
"Sebetulnya kalau dari sisi tampil, capres itu malah tampil empat kali, dua kali sendirian, dua kali berpasangan. Kemudian cawapres tampil itu tiga kali," jelas dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Boleh Mensontek
Arief Budiman pun mempersilakan capres cawapres membawa sontekan pada saat debat nanti. Debat kedua akan dilakukan pada 17 Febuari 2019 di Hotel Sultan, Jakarta.
"Itu tidak diatur (soal sontekan). Pokoknya silakan menjawab pertanyaan. Caranya menjawab sambil baca sontekan, sambil langsung oral, itu tak diatur. Jadi, memang dipersilakan. Ya, itu sebetulnya tak problem. Kalau orang mau bicara data, ya memang data harus dilihat. Kecuali memang dia kemampuan ingat datanya detail," kata Arief.
Ia pun menjelaskan, tak ada aturan atau undang-undang yang mengatur soal hal tersebut yakni membawa sontekan saat debat capres-cawapres.
"Ya fleksibel dari awal memang begitu. Mau sambil baca, sambil ditutup, tak pakai apa-apa ya boleh," sambungnya.
Karena, kata dia, hal itu akan menjadi penilaian dari masyarakat soal capres-cawapres yang membawa sontekan saat debat.
"Tapi itu biarkan saja masyarakat menilai. Kalau orang jawabnya pakai teks terus, tak pakai teks, itu orang kan menilai. Jadi biarkan saja masyarakat menilai," pungkas Arief.
Reporter: Nur Habibie
Advertisement