Bertemu Petani Bawang, Atikoh Ganjar Jajal Tanam dan Bicara soal Kestabilan Harga

Istri capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Supriyanti bersilaturahmi dengan petani bawang asal Kecamatan Dringu, di tepi sawah di Dusun Wonosalam, Kalisalam, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (26/1/2024).

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 26 Jan 2024, 13:19 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2024, 12:48 WIB
Istri capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Supriyanti
Istri capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Supriyanti bersilaturahmi dengan petani bawang asal Kecamatan Dringu, di tepi sawah di Dusun Wonosalam, Kalisalam, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (26/1/2024). (Foto: Dokumentasi PDIP).

Liputan6.com, Jakarta Istri capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Supriyanti bersilaturahmi dengan petani bawang asal Kecamatan Dringu, di tepi sawah di Dusun Wonosalam, Kalisalam, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (26/1/2024).

Atikoh hadir di lokasi dengan mengenakan kemeja berkelir hitam bertuliskan Sat Set dengan celana krem serta jilbab berwarna merah.

Kedatangannya langsung disambut para ibu-ibu yang langsung menyalaminya.

Siti Atikoh kemudian berjalan kaki sekitar 50 meter untuk menuju lokasi acara. Tampak beberapa pemuda memainkan gamelan dan drum di tengah perjalanan.

Perhatian mantan wartawan itu teralihkan saat berjalan menuju lokasi. Dia berhenti di depan anak muda dari Sahabat Indonesia Bersatu Kabupaten Probolinggo yang memainkan lagu Tanduk Majeng.

Para pemuda terlihat makin bersemangat memainkan gamelan dan drum. Mereka bahkan sampai berjingkrak-jingkrak saat menyadari Atikoh merapat ke tempatnya bermusik.

Atikoh di sisi lain terlihat tersenyum, lalu bertepuk tangan saat melihat aksi panggung para pemuda. Sesekali alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) itu meloncat saat pemuda memainkan Tanduk Majeng.

Cucu pendiri Pondok Riyadus Sholikhin Kalijaran itu kemudian sampai di lokasi silaturahmi dengan para petani bawang asal Kecamatan Dringu.

Atikoh kemudian memperoleh kesempatan berbicara di acara dengan menyebut harga bawang yang membuat petani tidak merugi berada di kisaran Rp 14 ribu.

"Bulan September kemarin, paling harga bawang Rp 9 ribu sampai Rp 10 ribu, padahal petani harga paling rendah itu Rp 14 ribu. Itu biar bisa beli pupuk, obat-obatan, kalau di bawah itu petaninya rugi," kata dia.

Atikoh saat berbicara di lokasi kemudian juga menyinggung perlunya kestabilan harga bahan pokok seperti bawang. Menurut dia, kestabilan harga membuat petani dan konsumen tidak dirugikan dari biaya bahan pokok.

"Kalau harga rendah, petani yang menangis. Kalau harga mahal, konsumen menangis. Jadi, perlu ada harga yang adil," kata cucu pendiri Ponpes Riyadus Sholikhin Kalijaran KH Hisyam A Karim itu.

Ingatkan Pentingnya Jaga Kesehatan

Selain itu, Atikoh saat berbicara di lokasi soal pentingnya mencegah polio terhadap anak dengan menerapkan gaya hidup sehat seperti rajin mencuci tangan.

"Kalau orang dewasa, sistem imunnya sudah bagus. Ketika ada hantaman penyakit, kita bisa meninju. Kalau anak kecil itu masih rentan. Jadi kita melindungi dengan penerapan hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan dengan sabun," ujar dia.

Setelah berbicara di lokasi, Atikoh terekam terjun ke sawah dan menanami bibit bawang bersama para petani lokal.

Menanam Bawang

Atikoh pun langsung ke sawah dalam rangka menanam bawang bersama petani di Dusun Wonosalam. Dia pun terlihat cekatan membantu para petani menanam bawang merah di sawah.

Suasana panas terik di lokasi tak menyurutkan semangat Atikoh dan para petani untuk tetap menanam bawang.

Satu-persatu bibit bawang merah hasil penyemaian ditanam Atikoh ke dalam tanah.

Proses tanam bawang merah ini juga diiringi dengan harapan petani agar hasil panen mereka bisa melimpah ruah.

"Semoga panennya bagus, bawangnya bagus," teriak salah seorang petani.

Kemudian petani lainnya merespons dengan ucapan "Ganjar-Mahfud".

"Menang, menang, menang," sahut petani lainnya.

Ketua DPC PDIP Kabupaten Probolinggo Edi Sutanto mengatakan pihaknya telah menyerap aspirasi dari petani yang mayoritas mengeluhkan soal pupuk.

"Harapan kami, jangan terjadi kelangkaan pupuk. Pupuk murah dan tidak berbelit. Itu permintaan dari petani," kata Edi saat berbicara di lokasi.

Keluhkan soal Pupuk

Seusai menanam bawang, Atikoh yang merupakan lulusan Fakultas Teknik Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) ini, mengungkapkan keluhan para petani.

"Mereka mengeluhkannya dari sisi pupuk. Kemudian fluktuasi harga ketika panen raya," kata Atikoh kepada wartawan.

Salah satu kendala terbesar yang dihadapi para petani, kata Atikoh, adalah sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi. Padahal, pupuk jadi komponen penting keberhasilan petani bawang saat panen raya.

Oleh karena itu, lanjut Atikoh, Ganjar-Mahfud terus menggaungkan program KTP Sakti (Satu Kartu Terpadu Indonesia) yang akan memadukan data penduduk. Sehingga program kerakyatan, seperti Bansos, jaminan kesehatan, hingga penyaluran pupuk merata dan tepat sasaran.

"Harapannya nanti ke depan benar-benar dari soal mekanisme untuk pemberian pupuk bersubsidi benar-benar bisa tepat sasaran dan jumlahnya juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat petani-petani kita," kata Atikoh.

Ketua DPC PDIP Kabupaten Probolinggo Edi Sutanto mengatakan pihaknya telah menyerap aspirasi dari petani yang mayoritas mengeluhkan soal pupuk.

"Harapan kami, jangan terjadi kelangkaan pupuk. Pupuk murah dan tidak berbelit. Itu permintaan dari petani," kata Edi saat berbicara di lokasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya