Keluh Kesah WNI di Belanda Saat Pemilu 2019, Antre 5 Jam di Suhu Dingin

Tak kurang dari 5000 warga Indonesia penuhi lokasi tempat pemungutan suara (TPS) di Wassenaar, Belanda. Mereka kesal karena harus berdiri sampai 5 jam di bawah suhu 5-7 derajat celsius.

oleh Yuke Mayaratih diperbarui 15 Apr 2019, 17:20 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2019, 17:20 WIB
WNI antri di TPS Belanda
Tak kurang dari 5000 warga Indonesia penuhi lokasi tempat pemungutan suara (TPS) di Wassenaar, Belanda. Mereka kesal karena harus berdiri sampai 5 jam di bawah suhu 5-7 derajat celsius. ( Foto : Y. Mayaratih von Oerthel)

Liputan6.com, Wassenaar - Tak kurang dari 5 ribuan warga negara Indonesia (WNI) dan sebagian kecil warga Belanda memenuhi lapangan sekolah Indonesia, Den Haag, Wassenaar, Belanda. Awalnya mereka antusias mengikuti pemilu 2019.

Mereka berharap calon presiden pilihannya bakal menang. Tapi sampai di lokasi tempat pemungutan suara (TPS) terdengar keluhan dan kekecewaan pemilih. Mereka ternyata harus antre berdiri selama empat hingga lima jam dari gerbang luar menuju TPS dengan suhu udara dingin mencapai 5-7 derajat celsius.

"Saya tak menyangka bakal seperti ini antreannya. Kalau tahu harus antre selama lima jam begini, saya lebih baik memilih lewat pos saja," ujar Sammy yang tinggal di Rotterdam.

Sambil menggigil kedinginan, Sammy menambahkan, "Seharusnya dari awal orang yang masuk ini langsung dipecah dan dibagi per-TPS, bukan kayak begini dijadikan satu baris sebelum dipencar ke 5 TPS yang disediakan. Betul-betul enggak profesional," kata Sammy.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

Kesal

Seorang ibu pingsan dalam barisan antri panjang di TPS Den Haag
Tak kuat berdiri terlalu lama dan kedinginan banyak warga yang akhirnya pulang, tak jadi memilih ( Foto : Y Mayaratih von Oerthel)

Sementara, Debby (25) yang tinggal di Maastrich juga kesal. "Bagaimana enggak mau marah, saya ini menempuh perjalanan jauh selama 3,5 jam perjalanan dengan kendaraan umum untuk bisa ikut pemilu. Tapi sampai di sini, saya betul-betul marah dan kecewa," ucap dia.

Menururtnya, selain tak profesional, petugas TPS juga lamban dan peralatan yang disediakan minim sekali. Satu TPS yang melayani ratusan warga hanya menggunakan 1 komputer dan alat pindai yang sesekali macet.

"Lah terang saja antreannya jadi panjang. Enggak masuk akal cara kerja mereka ini," lanjut Debby sambil menyeruput kopi hangat.

"Saya kalau enggak inget bahwa satu suara saya ini bisa memenangkan presiden pilihan yang saya cintai, saya bakalan pulang saja. Untuk apa saya disiksa kayak gini. Sudah tahu suhu udara begitu dingin, bukannya dipasang pemanas di luar. Enggak manusiawi," ungkap Ricky yang mengaku sudah 16 tahun tinggal di Belanda.

 

Tak Jadi Nyoblos

Letih berdiri, lapar dan kedinginan puluhan warga terpaksa pulang
Letih berdiri, lapar dan kedinginan puluhan warga terpaksa pulang tak jadi ikut pemilu ( Foto : Y. Mayaratih von Oerthel)

Panjangnya kekesalan dan kekecewaan warga juga ditumpahkan warga Indonesia peserta Pemilu di sebuah group Facebook Indonesian Living Holland (ILH) yang beranggotakan lebih dari 6 ribu.

"Jammer (sayang sekali) empat teman saya akhirnya pulang, tidak jadi nyoblos karena melihat antrean yang panjang, enggak kuat menahan dingin dan kecapekan berdiri," tulis K. Brodeen di laman group FB tersebut.

Ketua Panwaslu Arie Purwanto mengatakan, ada 4.530 suara yang masuk di TPS Den Haag. Antrean memang panjang karena warga datang secara bersamaan sekita pukul 11.00 hingga 17.00 waktu setempat.

"Tapi semua warga Indonesia yang datang tetap kita layani sampai terakhir yaitu pukul 21.30 malam," Arie memungkasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya