Alokasikan Biaya Hedon untuk Beli Rumah

Gaya hidup milenial lekat dengan gaya hidup foya-foya atau hedon. Meski tidak sepenuhnya benar.

oleh Kantrimaharani diperbarui 19 Okt 2016, 18:09 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2016, 18:09 WIB
20161019-alokasikan gaya hidup hedon-rumahcom-boy
Gaya hidup milenial lekat dengan gaya hidup foya-foya atau hedon. Meski tidak sepenuhnya benar.

Liputan6.com, Jakarta Gaya hidup generasi milenial nampaknya akan menarik untuk terus dibahas. Eksistensi mereka kian mudah diketahui karena aktivitas mereka di media sosial.

Anda tentu masih ingat dengan kisah Awkarin, selebgram yang tiba-tiba terkenal karena gaya hidup hedon, mengeluarkan uang berjumlah besar untuk bersenang-senang dan menyenangkan keksaih dan sahabat-sahabatnya, bukan?

Bahkan, beberapa pemberitaan juga pernah mengabarkan bahwa gadis belia ini sudah menjadi jutawan karena aktivitas sosial media yang dianggap sebagian orang sebagai ajang sensasi yang menghasilkan pundi-pundi uang.

Di lain kisah, cukup kontras ada seorang ibu muda bernama Nuniek Tirta Sari, yang tiba-tiba santer menjadi pembahasan di dunia maya, karena salah satu tulisan di akun Instagramnya.

Nuniek memasang fotonya, disertai keterangan soal harga busana yang dikenakannya saat itu. Menariknya, harga beberapa pakaian yang melekat di badannya saat itu berada pada kisaran Rp100 Ribu, bahkan kurang.

Sebenarnya, Nuniek tak kalah mapannya dengan Awkarin, bahkan mungkin lebih mapan. Ia adalah seorang pengusaha, pegiat sosial, dan berasal dari keluarga pengusaha. Namun, jika Awkarin sibuk memamerkan gaya hidupnya yang hedon, Nuniek justru sibuk mempromosikan gaya hidup sederhana.

Generasi milenial adalah generasi yang lahir pada periode akhir 1980an hingga awal 2000an. Sesuai namanya, generasi mencapai usia emasnya di era 2000an atau era milenium, era yang lekat dengan kemajuan teknologi.

Yuswohady, pengamat konsumer Indonesia mengungkapkan bahwa generasi milenial punya karakter yang senang berbagai pada sosial media, generasi visual, instagramprenuer, holliday effect, selalu mau yang terdepan, dan menginginkan perubahan atas fenomena sosial yang terjadi.

Gaya hidup generasi milenial sekilas negatif, namun ada juga yang positif. Menurut Yuswohady, generasi milenial pada dasarnya sangat kaya pengetahuan saat hendak menentukan sikap atau memilih sesuatu.

“Generasi ini sangat mementingkan akses informasi. Mereka mencari produk sangat detil. Artinya mereka akan mencari dengan teliti dan membanding-bandingkan sehingga menemukan nilai yang tinggi dan sesuai dengan keinginan mereka,” kata Yuswohady kepada Rumah.com

Ia juga menambahkan, bila milennial menghendaki hiburan yang menarik dan berkelas, mereka sudah mengetahui akan konsekuensinya, yakni harus bekerja keras untuk mewujudkannya.

Hendra Hartono, CEO Leads Property menjelaskan peningkatan ini dikarenakan meningkatnya animo masyarakat kelas menengah terhadap produk ritel seperti gadget, fashion, gaya hidup dan hiburan.

“Kebanyakan produk merupakan ritel e-commerce atau toko online dan merek yang ditawarkan pun merupakan merek ternama dunia seperti IKEA, Uniqlo, H&M, Aeon, GS Retail, dan Lotte.”

“Bahkan, investor asing, seperti China, Hong Kong, Korea, dan Singapura menghendaki investasi ritel mengingat banyaknya jumlah merek asing yang ada di Indonesia,” katanya.

Tips keuangan agar tidak over budget

FDV Wulansari, perencana keuangan QM Financial, menegaskan garis batas kewajaran seseorang menjalankan gaya hidup adalah apabila ia membeli atau melakukan sesuatu hal tanpa meninggalkan hutang. Bila masih hutang, secara keuangan pun akan tidak sehat dan memburuk.

“Hutang memang tidak selalu buruk. Hutang yang baik, apabila digunakan untuk investasi seperti membeli properti. Meskipun ada bunga, namun akan setara juga dengan potensi kenaikan nilainya.”

“Dibandingkan harus berhutang karena gadget atau hiburan yang nilainya hanya sementara bahkan turun, tentu ini tergolong konsumtif atau sia-sia,” katanya.

Ia juga memberi saran, agar pengeluaran Anda tidak keluar secara berlebihan, sebaiknya alokasikan penghasilan di awal bulan dengan porsi sebagai berikut:

  • Untuk jalan-jalan, bisa mengalokasikan dari penghasilan tahunan, seperti THR atau bonus, atau menabung/investasi selama beberapa tahun untuk tujuan yang agak jauh.

  • Untuk belanja, bisa membuat shopping account yang diisi bulanan atau dari penghasilan tambahan. Jika uang di shopping account habis, ya jangan belanja dulu.

  • Untuk kuliner, bisa dialokasikan dari penghasilan bulanan, yaitu pos kebutuhan gaya hidup/pribadi. Jumlahnya maksimal 20% dari total penghasilan bulanan, termasuk segala kebutuhan tersierseperti belanja, nonton, dan yang disebut biaya hedon itu.


“Konkritnya, sisihkan tabungan di awal, minimal 10% dari penghasilan. Jadi, langsung transfer ke rekening khusus saat terima gaji,” ia menjelaskan.

“Sisanya bisa untuk kebutuhan sehari-hari rutin sebesar 40-60%, cicilan maksimal 30%, dan kebutuhan gaya hidup maksimal 20%. Namun, lebih baik lagi bila Anda mealokasikan tabungan Anda untuk mempersiapkan uang muka membeli rumah,” tuturnya.

foto: pixabay.com

Sumber: Rumah.com

Kantri Maharani

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya