Liputan6.com, Jakarta Menjamurnya proyek pembangunan apartemen di Surabaya memberi pengaruh yang signifikan terhadap kondisi pasar.
Merujuk data Rumah.com Property Index, sejak kuartal pertama tahun ini, tren harga apartemen di Surabaya terus mengalami peningkatan signifikan yang puncaknya terjadi pada Q3 2017. Secara quarter-on-quarter (qoq) median harga naik sebesar 2,32% dan 4,46%.
Sementara menurut Surabaya Apartment Sector H1 2017 yang dirilis Colliers International, transaksi jual beli apartemen terbilang sepi mengingat banyaknya proyek yang masih dalam tahap pembangunan.
Advertisement
Baca juga: Rumah Rp600 Jutaan di Surabaya Naik 6,45%
Stok apartemen di Surabaya pada semester pertama 2017 bertambah sekitar 1.224 unit dengan total 28.887 unit. Pada empat tahun ke depan jumlah tersebut akan terus bertambah hingga 33.414.
Harga apartemen mencatat pergerakan positif dengan kenaikan harga sekitar empat persen. Banderol harganya berada di kisaran Rp21 juta per meter persegi.
Disinyalir, ada beberapa hal yang menjadi pemicu kenaikan harga ini. Seperti munculnya beberapa proyek baru yang mematok harga lebih tinggi dari proyek sebelumnya.
Kenaikan harga juga dipicu oleh pengembang yang menunjukkan performa positif serta beberapa proyek apartemen yang masih dalam tahap pembangunan.
Kendati demikian, kenaikan harga tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan semester satu tahun lalu, yaitu sekitar 5,3% atau rata-rata Rp20,5 juta per meter persegi.
Untuk kedepannya, harga apartemen akan terpengaruh oleh kondisi lalu lintas yang mungkin tersendat akibat proyek pembangunan transportasi publik. Kawasan Surabaya Barat dan Timur masih menjadi lokasi favorit pengembang untuk merilis proyek anyarnya.
Area Surabaya Barat mengalami kenaikan harga sekitar 6,1 persen atau sekitar Rp21,7 juta per meter persegi apabila dibandingkan dengan tahun lalu. Sementara area Timur mengalami kenaikan 7,3 persen atau sekitar Rp16,2 juta ketimbang tahun 2016.
Surabaya Selatan dan Pusat mencatat pergerakan harga yang lambat yaitu masing-masing 1% dan -1,4%.
Dukungan Infrastruktur
Meningkatnya bisnis sektor properti di Surabaya juga dipengaruhi oleh ragam infrastruktur yang tersedia, misalnya bandara Juanda. Frekuensi penerbangan di bandara ini cukup tinggi, terutama penerbangan ke Jakarta, Singapura, Hong Kong, dan Kuala Lumpur. Hal tersebut tentunya mempengaruhi permintaan hunian vertikal di Ibukota Jawa Timur ini.
(Cari rumah idaman di Jawa Timur? Lihat pilihannya di sini)
Rencana pembangunan proyek transportasi publik monorel yang menghubungkan Surabaya Timur dan Surabaya Barat sejauh 20km juga mendongkrak minat properti di kota ini.
Sementara untuk mempermudah transportasi dari Surabaya bagian Selatan ke Utara akan dibangun moda transportasi trem dengan track sejauh 16 kilometer.
Lokasi strategis dan infrastruktur yang semakin lengkap diyakini bakal terus menarik minat perusahaan multinasional dan pengembang raksasa untuk berinvestasi di sini.
Secara umum terdapat dua pengembang yang mendominasi pasokan apartemen di Surabaya. Yang pertama Pakuwon dengan proyek yang menyasar berbagai target pasar dan kedua Puncak Group yang membidik segmen menengah ke bawah.
Isnaini Khoirunisa
Advertisement