Bisnis Properti Sewa di Bali, Surabaya, dan Jakarta

Untuk menjadi aset yang lebih produktif, bisnis model penyewaan hunian akan menjadi potensial.

oleh boyleonard diperbarui 22 Agu 2019, 14:34 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2019, 14:34 WIB
Tren Pasar dan Meningkatnya Kebutuhan Masyarakat Surabaya
Pengembangan properti di wilayah kota Surabaya, Jawa Timur dilakukan sebagai antisipasi terhadap tren perkembangan pasar properti dan meningkatnya kebutuhan masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta – Setiap aset yang dimiliki tentunya bisa digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Berbicara mengenai aset rumah yang tidak digunakan, justru makin menambah beban pemiliknya lantaran terus mengeluarkan biaya pemeliharaan dan membayar biaya pajak yang naik tiap tahunnya.

Untuk menjadi aset yang lebih produktif, bisnis model penyewaan hunian akan menjadi potensial. Terutama jika memiliki hunian di daerah wisata.

Seperti dikutip dari Reuters, Airbnb Inc yang merupakan platform hunian sewa mencatat total nilai pemesanan senilai US$9,4 miliar pada kuartal I/2019. Naik 31% dari kuartal tahun lalu.

Perusahaan yang berbasis di San Francisco ini bahkan mencatat pesanan 91 juta malam di platform-nya pada kuartal tersebut.

Dalam neraca keuangannya, Airbnb memiliki pendapatan senilai US$3,5 miliar. Ini berarti Airbnb melaporkan tingkat pertumbuhan pendapatan sebesar 40% pada 2018 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sementara jika membahas Indonesia, sektor wisata di Bali menurut catatan Bank Indonesia (BI) menyebabkan adanya peningkatan penyerapan apartemen secara triwulanan. Adapun peningkatan tersebut bersumber dari apartemen sewa.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali /KPw BI Bali, Causa Iman Karana mengatakan, secara umum pasokan apartemen baik strate tiltle dan apartemen sewa memang tidak banyak berubah sejak 2017.

Pada kuartal II /2019, tercatat jumlah apartemen strata sebanyak 2.243 unit yang berasal dari 3 towerpengembang dengan segmen kelas menengah. Sedangkan apartemen sewa sebanyak 141 unit yang berlokasi di Kabupaten Badung.

“Rata-rata tingkat hunian triwulan II/2019 sebesar 50,32%. Ada peningkatan tingkat hunian sebesar 3,44% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,” jelasnya.

Ketahui Kondisi Harga Properti Terkini Lewat Property Index

Secara kumulatif, permintaan apartemen strata title tercatat stagnan. Di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, pasokan apartemen pada triwulan II/2019 sebanyak 1.782 unit dengan rata-rata tingkat penjualan 73,52%.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Lain halnya dengan pasar apartemen sewa di Surabaya yang sedikit terdorong dengan rencana pembangunan smelter PT Freeport Indonesia di Gresik.

Senior Associate Director Colliers International Indonesia, Ferry Salanto mengungkapkan, peningkatan tersebut tidak lepas dari aktivitas ekspatriat yang bekerja di kawasan industri di Mojokerto dan Gresik.

“Aktivitas pembangunan smelter yang diperkirakan rampung pada 2022, secara jangka panjang ikut memberikan kontribusi terhadap tingkat keterhunian,” jelasnya.

Pada kuartal II/2019, Surabaya memiliki tambahan 805 unit apartemen sewa baru sebanyak 77,3% di antaranya berada di wilayah barat. Sedangkan 32,7% sisanya tersebar di wilayah pusat, utara, dan timur Surabaya. Adapun tarif sewa apartemen di sana tercatat Rp 302.820 per meter persegi.

Sementara itu Rizal Gabi, Manajer Roset Colliers International Indonesia menjelaskan, pasar apartemen sewa di Jakarta masuk dalam kategori apartemen servis mengalami hal yang sama seperti hotel dari sisi tingkat keterisian.

“Namun, tidak se-ekstrim di hotel karena tenant di property serviced apartment mayoritas (60%) merupakan long-stay tenants dengan durasi sewa 1 sampai 6 bulan. Bahkan untuk harga sewa serviced apartment cenderung stabil (tidak terpengaruh),” jelasnya.

Membandingkan dengan properti perhotelan, di daerah wisata seperti Bali, rata-rata tingkat okupansi hotel secara umum pada saat Lebaran dua tahun terakhir (2016-2018) naik 7-9%. Harga sewa turut meningkat rata-rata 7% pada bulan tersebut.

Ia memproyeksikan, di tahun ini kemungkinan kenaikan okupansi lebih rendah dibandingkan 2 tahun sebelumnya sebagai dampak dari harga tiket pesawat yang mahal.  

Sebaliknya, hotel-hotel di Jakarta secara rata-rata mengalami penurunan tingkat keterisian (okupansi) sebesar 14% selama bulan Ramadan – libur Lebaran. Untuk harga sewa juga secara rata-rata turun sekitar 3%.

Temukan beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, kpr, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya