Sidia Si Anak Rimba Jambi yang Jadi Penyiar Radio

Anak rimba Jambi lain yang jadi penyiar ada Beteduh, Betulus, Beteguh, Bejunjung, dan Maranggai.

oleh Bangun Santoso diperbarui 16 Feb 2016, 12:02 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2016, 12:02 WIB
Sidia Si Anak Rimba Jambi yang Jadi Penyiar Radio
Sidia (berkaus biru) merupakan salah satu anak rimba Jambi yang direkrut radio komunitas itu sejak 2011.

Liputan6.com, Jambi - "Selamat pagi kanti-kanti (teman-teman) pendengar Benor 88,8 FM," begitulah Sidia mengawali siaran paginya di radio komunitas Orang Rimba, Benor 88,8 FM.

Mengenakan kemeja lusuh, Sidia luwes menyampaikan sejumlah informasi maupun sapaan kepada para pendengar Benor FM. Pemuda yang lulus SD Kelas Jauh itu merupakan salah satu anak rimba yang direkrut menjadi penyiar sejak 2011 lalu.

"Selain saya, ada juga Beteduh, Betulus, Beteguh, Bejunjung, dan Maranggai yang menjadi penyiar disini. Semuanya dari anak rimba," ujar Sidia di Jambi, Sabtu 13 Februari 2016.

Sidia merupakan anak pertama dari keluarga Prabung. Secara kekerabatan, keluarga Prabung merupakan anggota Kelompok Orang Rimba Kedudung Muda, di bawah kepemimpinan Tumenggung Grip.

Mereka tinggal bersama di sekitar wilayah Pisang Kerayak, anak Sungai Makekal yang terletak di tengah-tengah Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Taman nasional itu memang diperuntukan bagi Orang Rimba Jambi. Jarak dengan desa terdekat hanya dapat ditempuh dengan jalan kaki ke arah selatan sejauh kurang lebih 5 jam perjalanan.


"Umur saya tidak diketahui pasti karena tidak tahu tanggal lahirnya. Namun kata orang-orang sekitar 20an tahun," ujar Sidia sembari tertawa.

Sidia merupakan satu dari sekian banyak Orang Rimba yang menjadi saksi hidup bagaimana perubahan hutan di Sumatera, khususnya di Jambi.

"Dulu rimba disini masih bungaron (hutan lebat). Kiniko (sekarang), segaloe (semuanya) lah (sudah) hilang, berubah," ujar Sidia dengan logat Orang Rimba bercampur gaya bahasa Melayu Jambi.

Dengan adanya Radio Benor, Sidia bersama teman-temannya bertekad menyuarakan nasib warga Rimba di tempat tinggalnya. Ia berharap, melalui radio, masyarakat luas bisa tahu dan mengerti, apabila Orang Rimba juga sama seperti masyarakat pada umumnya yakni membutuhkan perhatian dan kesejahteraan.

"Kami ingin, hutan tetap dijaga dan lestari. Sehingga, Orang Rimba mudah mencari makan dan berburu," ucap Sidia.

Informasi Orang Rimba

Benor FM merupakan radio komunitas Orang Rimba yang didirikan organisasi pemerhati lingkungan dan Orang Rimba, Komunitas Konservasi Indonesia WARSI. Radio tersebut mulai mengudara bersamaan dengan tahun perekrutan Sidia.

Lokasi stasiun radio itu berada di pinggir Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD). Tepatnya di ujung Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.

Melalui Benor FM, Orang Rimba Jambi berbagai informasi apapun. Tak hanya mendendangkan lagu kesukaan warga Rimba, penyiar juga menyampaikan beragam berita mulai pukul 8 pagi hingga 5 sore.

Konten informasinya tentu dipilih yang sesuai dengan kebutuhan warga, seperti informasi harga getah karet, rotan, hingga harga buah-buahan di pasar. Ada pula kabar mengenai pencemaran lingkungan, kerusakan hutan hingga kesehatan bila ada warga yang sakit.

"Termasuk, apabila ada yang melangun (berpindah tempat hidup yang baru apabila ada keluarga yang meninggal) oleh kelompok Orang Rimba," kata Sidia.

Menurut Sidia, sebagian besar Orang Rimba adalah perokok berat. Mereka dalam sehari bisa menghabiskan berbungkus-bungkus rokok. Karena itu, Sidia bersama penyiar lainnya juga menyisipkan informasi mengenai berbagai tips kesehatan, termasuk bahaya merokok.

Keberadaan radio komunitas juga dimanfaatkan untuk berdiskusi tentang budaya Orang Rimba. Dengan radio itu, ia ingin mendekatkan budaya Orang Rimba dengan masyarakat luar. Ia mengatakan banyak nilai positif dalam budaya Orang Rimba, tidak seperti yang dikenal pada umumnya.

"Diskusi budaya ini seperti ritual kelahiran maupun perkawinan Orang Rimba, hukum adat maupun denda adat dengan diselingi musik khas Orang Rimba," kata Sidia.

Teknologi Penyiaran Terbaru

Direktur Benor FM Andi Agustanis mengungkapkan nama Benor FM berasal dari istilah Orang Rimba untuk umbi-umbian liar di dalam hutan. Benor memiliki akar yang sangat panjang. Di ujung akar panjang itulah terdapat umbi yang menjadi salah satu bahan pangan Orang Rimba.

"Dengan nama ini, harapannya Benor akan mengakar dan menyebar memberikan beragam informasi untuk Orang Rimba dan masyarakat desa sekitar kawasan hidup Orang Rimba," kata Andi.

Ia mengatakan tantangan utama menjalankan radio komunitas adalah keterbatasan keahlian yang dimiliki Orang Rimba. Mereka harus memutas otak agar Orang Rimba yang minim pendidikan formal dapat menjalankan stasiun radio yang tergolong berteknologi tinggi.

"Dengan kehadiran Radio Benor FM, kembali memanggil anak muda Orang Rimba, salah satunya Sidia, untuk dilatih dan dikembangkan kemampuannya untuk terlibat dalam mengelola radio," ujar Andi.

Berbagai pelatihan untuk mengasah kemampuan anak-anak rimba terus dilakukan selepas Benor FM didirikan. Kini, suara Sidia dan teman-temannya di Benor FM bisa ditangkap hingga jarak 30an kilometer di 5 kabupaten sekitar kawasan TNBD, meliputi Kabupaten Sarolangun, Batanghari, Tebo, Merangin dan Bungo.

Tak hanya di bidang radio, ketertarikan akan teknologi dari Sidia dan teman-temannya juga ditingkatkan melalui pelatihan Linux dan Editing Audio 2013. Melalui pelatihan itu, Sidia bisa cepat Sidia mengoperasikan sistem radio dari berbasis Microsoft ke berbasis sistem Linux.

"Bahkan, di sela-sela kesibukannya menjadi penyiar, Sidia juga berhasil menciptakan powerbank ala Orang Rimba dari baterai kering. Dengan dibantu fasilitator WARSI, powerbank buatan Sidia sudah di-upload di media sosial," Andi menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya