Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik sekitar 2% ke level tertinggi dalam lima minggu pada Senin (1/4) akibat kekhawatiran pasokan akan menurun jika Presiden AS Donald Trump menindaklanjuti ancamannya untuk memberlakukan lebih banyak tarif pada Rusia dan kemungkinan menyerang Iran.
Kenaikan Harga Minyak Global
Dikutip dari CNBC, Selasa (1/4/2025), harga minyak Brent naik USD 1,11 atau 1,5% dan menetap di USD 74,74 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 2,12 atau 3,1% menjadi USD 71,48 per barel.
Baca Juga
Ini merupakan harga penutupan tertinggi Brent sejak 24 Februari dan tertinggi WTI sejak 20 Februari. Selisih harga antara Brent dan WTI turun menjadi USD 3,02 per barel, level terendah sejak Juli 2024.
Advertisement
Menurut analis, ketika selisih harga Brent dan WTI turun di bawah USD 4 per barel, perusahaan energi kurang terdorong untuk mengirim kapal untuk mengambil minyak mentah AS, yang dapat mengurangi ekspor minyak dari AS.
Ancaman Sanksi AS terhadap Rusia dan Iran
Trump menyatakan pada Minggu bahwa ia "sangat marah" terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin dan akan mengenakan tarif sekunder 25%-50% kepada pembeli minyak Rusia jika merasa Moskow menghambat upayanya untuk mengakhiri perang di Ukraina.
"Ancaman Trump mengenai tarif sekunder pada minyak Rusia dan Iran menjadi faktor yang dipantau pelaku pasar minyak, meskipun ia mengindikasikan belum berencana menerapkannya saat ini," kata analis UBS Giovanni Staunovo. "Namun, ada risiko pasokan yang lebih besar di masa depan."
Kremlin menyatakan bahwa Rusia dan AS sedang membahas kemungkinan penyelesaian damai di Ukraina. China dan India, sebagai pembeli utama minyak Rusia, akan memainkan peran kunci dalam efektivitas sanksi sekunder tersebut.
Selain itu, Trump juga mengancam akan menyerang Iran dan memberlakukan tarif sekunder jika Teheran tidak mencapai kesepakatan dengan Washington mengenai program nuklirnya. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan bahwa AS akan menerima pukulan keras jika bertindak sesuai ancamannya. Sementara itu, Garda Revolusi Iran menyita dua kapal tanker asing di Teluk Persia yang diduga menyelundupkan lebih dari 3 juta liter minyak solar.
Keraguan Pasar terhadap Ancaman Trump
Beberapa analis meragukan bahwa Trump akan benar-benar melaksanakan ancamannya, yang membatasi kenaikan harga minyak.
"Pasar merasa Trump tidak akan menindaklanjutinya. Jika diterapkan, tarif ini akan semakin memperburuk perang dagang dan berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global serta permintaan minyak mentah," ujar analis IG Tony Sycamore.
Beberapa pedagang China tampaknya tidak terpengaruh oleh ancaman terbaru ini. Tiga sumber yang berbicara dengan Reuters menyatakan bahwa seringnya Trump membuat ancaman membuat mereka cenderung mengabaikannya.
Faktor Tambahan yang Mempengaruhi Pasokan Minyak
Di tempat lain, upaya untuk melanjutkan ekspor minyak Kurdi melalui pipa Irak-Turki mengalami kendala akibat ketidakjelasan mengenai pembayaran dan kontrak, menurut dua sumber yang mengetahui langsung masalah ini.
Sementara itu, otoritas AS telah memberi tahu perusahaan minyak Spanyol, Repsol, bahwa lisensinya untuk mengekspor minyak dari Venezuela akan dicabut. Repsol mengatakan sedang bernegosiasi dengan otoritas AS untuk mencari cara agar tetap bisa beroperasi di Venezuela.
Di AS sendiri, produksi minyak mentah turun sebesar 305.000 barel per hari menjadi 13,15 juta barel per hari pada Januari, level terendah sejak Februari 2024.
Advertisement
Tanda-Tanda Meningkatnya Permintaan Minyak
Di China, ekonomi terbesar kedua di dunia, aktivitas manufaktur tumbuh pada laju tercepat dalam satu tahun pada Maret. Survei pabrik menunjukkan bahwa pesanan baru mendorong produksi, memberikan sedikit kelegaan bagi ekonomi China di tengah perang dagang yang semakin intensif dengan AS.
Sementara itu, inflasi di Jerman—ekonomi terbesar di Eropa—turun lebih dari yang diharapkan pada Maret, yang mendukung kebijakan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Bank Sentral Eropa (ECB).
Suku bunga yang lebih rendah dapat mengurangi biaya pinjaman konsumen, yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak.
