Liputan6.com, Yogyakarta - Gempa yang melanda Yogyakarta 10 tahun lalu, atau persisnya terjadi pada 27 Mei 2006, diperingati dengan napak tilas oleh Universitas Pembangunan Nasional Veteran yogyakarta.
Acara yang diikuti Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X ini mengambil rute Dusun Srihardono, Pundong-Dusun Kembangsongo-Candi Barong dan Candi Kendulan.
Sultan bersama sejumlah pejabat Pemda DIY dan Bupati Bantul Suharsono mengunjungi Dusun Potrobayan, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Di dusun ini, Sultan teringat gempa berkekuatan 5,9 SR yang menyebabkan ribuan warganya tewas dan ratusan ribu rumah rusak berat. Ia teringat gempa meluluhlantahkan Yogyakarta pada pukul 05.55 WIB, yang berpusat di pertemuan Sungai Opak dan Oya, Dusun Potrobayan. Â
"Saya teringat waktu itu bagaimana cara membangkitkan masyarakat dari keterpurukan akibat gempa, yaitu dengan semboyan, 'kelangan bondo ora kelangan apa-apa, kelangan nyawapodo karo kelangan separo, ning nek kelangan harga diri, martabat koyo ilang kelangan sekabehane'," kata HB X, Yogyakarta, Sabtu 9 April 2016.
Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti, 'kalau kehilangan harta benda itu tidak kehilangan apa-apa, kehilangan nyawa baru kehilangan separuhnya, dan kalau kehilangan harga diri itu kehilangan semuanya'.
Baca Juga
Sultan juga teringat butuh waktu dua tahun untuk memulihkan Yogyakarta. Namun ia lega karena dalam penanganan gempa di Kota Gudeg, termasuk yang cepat pulih dan sudah diakui international.
Gotong-Royong
Advertisement
Kuncinya, kata Sultan, adalah bergotong-royong dan kebersamaan dalam penanganan. Terutama saling membantu membangun rumah tetangganya, tanpa dibayar sebelum membangun rumahnya sendiri. Ia berharap cara ini tetap dijaga masyarakat Yogyakarta.
"April 2008 dapat diselesaikan karena masyarakatnya gumregah (bersemangat, red). Saya berharap sesama masyarakat harus menjaga kebersamaan, masyarakat dengan pemerintah harus dijaga dan niscaya segala permasalahan dapat diselesaikan dengan baik," imbau Sultan.
Sementara, ketua panitia yang juga Kaprodi Magister Teknik UPN Prasetyadi mengatakan, napak tilas ini dilakukan untuk mengingatkan tetntang dahsyatnya gempa Yogyakarta, yang termasuk daerah rawan gempa.
Karena itulah, dia mengimbau kepada masyarakat Yogyakarta, khususnya, agar selalu waspada gempa. Di antaranya dengan memahami pola hidup tempat tinggal.
"Yogya kondisinya rawan, apalagi berada di dataran yang belum solid. Tanahnya secara umum masih endapan Merapi muda. Jadi guncangan gempa sangat kuat berada di bekas endapan Merapi," pungkas Prasetyadi.