Pesan Keren dari Perayaan Satu Suro di Surabaya

Para santri berkeliling mengingatkan warga bahwa sebentar lagi tahun baru hijriah yang jatuh pada 1 Muharram.

oleh Dhimas Prasaja diperbarui 20 Sep 2017, 06:32 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2017, 06:32 WIB
Gebyar Karnaval 1 Muharram Warga Kecamatan Gubeng Surabaya
Ada miniatur Kakbah dan Alquran Jumbo di perhelatan karnaval 1 Muharram Kecamatan Gubeng Surabaya. (Liputan6.com/Dhimas Prasaja)

Liputan6.com, Surabaya - Berbagai kreativitas dari 1000 Jamiah Nahdliyyin Nahdlatul Ulama mulai dari takmir masjid (orang yang meramaikan masjid), warga muslim, dan para peserta didik Taman Pendidikan Al-Quran (TPA/TPQ) di wilayah Kecamatan Gubeng Surabaya meramaikan Gebyar Karnaval 1 Muharram yang digelar oleh Majelis Wakil Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama Kecamatan Gubeng, Minggu, 17 September 2017.

Ada marching band dan musik patrol turut serta dalam keceriaan jalan santai mengitari kawasan kecamatan Gubeng hingga masuk ke kampung-kampung​ dengan tujuan mengingatkan kembali warga bahwa sebentar lagi tanggal 1 Muharram yang merupakan tahun baru hijriah.

Muhammad Sulaiman Ketua MWC NU Gubeng mengatakan, Gebyar Karnaval 1 Muharram ini mengusung tema "Silaturahmi Islam Rahmatan Lil Alamin." Tujuannya, mempererat tali silaturahmi untuk memperkokoh Islam Nusantara yang Rahmatan Lil Alamin. Hal ini seiring dengan pesan almarhum Kiai Hasyim Asyari, Pendiri Nahdatul Ulama (NU).

"Konteksnya jelas. Islam Nusantara ini, karena terdiri dari banyak elemen yang berbeda-beda, butuh penguatan tali silaturahmi. Silaturahmi menjadi sesuatu yang harus dilakukan. Dengan silaturahmi ini, muncul kesepahaman meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan: Indonesia," kata Muhammad Sulaiman.

Dia menyebutkan rute-rute yang dilalui karnava ini adalah Lapangan Kalibokor, Jalan Pucang Sewu, Surabaya.

"Mereka para peserta karnaval berkumpul di Lapangan Kalibokor Jalan Pucang Sewu sejak pukul 13.00 WIB. Rombongan karnaval mulai diberangkatkan pukul 14.00 WIB untuk melaksanakan kirab dari titik kumpul ke Jalan Pucang Anom, melewati Raya Pucang Anom Timur, Jalan Juwingan, lalu ke Jalan Pucangan I, sampai kembali ke lapangan," tutur Sulaiman.

Menariknya, pada perhelatan ini, para peserta tidak diharuskan memakai baju yang bertema Islami, tetapi bisa menggunakan pakaian adat.

"Para peserta juga dapat menyuguhkan adat-istiadat yang ada diseluruh Indonesia ini," ungkapnya.

Sulaiman menjelaskan untuk tetap mempersatukan perbedaan penafsiran umat Islam di Indonesia perlu adanya tali silaturahmi dengan niat beribadah kepada Allah.

"Pesannya juga, agar setiap umat Islam saling bersabar dan tidak mudah terpecah belah dengan adanya isu-isu negatif yang mengangkut keagamaan," paparnya.

Sementara itu, Ahmad Azhar, pengajar TPQ Annur Kalibokor Surabaya mengatakan pihaknya sengaja menampilkan Alquran jumbo pada karnaval kali ini karena Alquran merupakan salah satu pedoman umat Islam​.

"Terlebih pada 1 Muharram nanti merupakan hari yang sangat bagus untuk mengamalkan ayat-ayat suci Alquran, namun begitu juga pada hari-hari biasa juga diamalkan pula," jelas Azhar.

Sebenarnya Alquran jumbo itu bukan Alquran asli, melainkan Alquran yang terbuat dari gabus. Hanya surat An-Nur yang dicetak pada selembar kertas setelah itu direkatkan pada gabus tebal.

"Kalau dari jauh terlihat seperti Alquran, tapi ini hanya simbolis saja. Tadi Alquran itu dibawa berkeliling sejauh 2 kilometer oleh 30 santri yang terbagi dalam kelas iqra dan Alquran," Azhar mengungkapkan.

Tidak hanya itu, ada juga kelompok yang menampilkan berbagai pernak-pernik karnaval seperti miniatur Kakbah, unta-untaan, serta berbagai kreativitas lainnya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya