Liputan6.com, Semarang - "Kebesaran dan moral suatu bangsa, dapat diukur dari bagaimana bangsa tersebut memperlakukan satwanya"
Ucapan Mahatma Gandhi, filsuf dan bapak India ini akan menjadi tamparan halus bagi yang membuka pagi dengan menyiksa binatang. Pagi akan menjadi mujijat seluruh hari, jika manusia bersapa mesra dengan lingkungannya, juga tumbuhan dan binatang. Seganas dan seliar apapun.
Humas PT Sido Muncul Tbk Bambang Supartoko rupanya sangat memperhatikan hal ini. Jabatannya memang humas, namun ia sering meluangkan waktu, menyapa dan bercanda dengan Susi, Olaole, dan penghuni Lembaga Konservasi Agrowisata Sido Muncul.
Advertisement
"Susi ini adalah harimau Siberia. Ia dulu datang masih kecil. Kami berhasil mem-breeding dan memiliki beberapa anak," kata Bambang kepada Liputan6.com, Selasa (27/2/2018).
Baca Juga
Susi dan pasangannya sekarang sudah menjelma menjadi harimau raksasa. Panjang kepala sampai ujung ekor sudah lebih dari 2,5 meter. Jangankan Susi, anak-anaknya juga sudah berukuran raksasa. Meraka selalu mendapat sapaan mesra di pagi hari. Mendapat salam pagi.
Harimau Siberia (Panthera tigris altaica) adalah subspesies enam besar di dunia. Habitat aslinya ada di wilayah Amur, sebuah tempat di Rusia yang memiliki luas 363.700 kilometer persegi.
Bagi Bambang dan para karyawan Sido Muncul, membuka pagi sebelum bekerja dengan menyapa hewan-hewan yang dianggap buas adalah upaya mencari keseimbangan. Salah satu cara menjaga martabat kemanusiaannya.
"Di Agrowisata ini, semua binatang buasnya sudah jinak. Namun kami tetap melarang pengunjung berdekatan, bahkan membuat pagar dengan jarak aman karena waspada, bahwa mereka masih memiliki naluri menyerang sebagai binatang buas," kata Bambang.
Paling tepat menyapa mereka adalah pagi hari. Memberi ucapan selamat pagi saat mereka sarapan, adalah langkah manjur saling berbagi energi positif.
Surga Tumbuhan dan Binatang Langka
Agrowisata Sido Muncul, berada di lahan 1,5 hektar. Tempat ini sangat adem meskipun secara topografi termasuk daerah landai, namun berada di ketinggian 440 meter dari permukaan laut.
Tak hanya Harimau Siberia yang bisa diajak bercanda, ada Harimau Sumatra, Buaya, Kelompok kera (Owa Jawa, Lutung Kelabu, Si Amang, Kera Jawa), Orang Utan Kalimantan, Kasuari, Merak, Burung Kakaktua, Elang, berbagai macam Ular, Kuda dan entah apalagi. Itulah sebabnya Agrowisata ini dipilih menjadi lembaga konservasi.
Tak hanya itu, berbagai macam tanaman juga ditanam dan tumbuh dengan subur. Menurut Bambang Supartoko, tanaman-tanaman obat yang asli Indonesia dari seluruh nusantara dipastikan ada. Selain itu ada juga tanaman lain yang khusus didatangkan dari luar negeri.
"Selengkap apapun, Indonesia ini sangat kaya. Kami tidak bisa mengklaim lengkap. Kami yakin masih ada tanaman obat langka yang belum ditanam disini," kata Bambang.
Total ada lebih dari 400 spesies tumbuhan, termasuk yang didatangkan dari luar negeri seperti Echinacea purpurea, Tribulus Terrestris, Mintha Piperita, Sybilum Marianum dan Jamur Ganoderma Lucidum.
Jumlah satwa terus berkembang. Barangkali karena merasa nyaman, maka banyak yang kemudian beranak pinak. Ikan raksasa Arapaima yang panjangnya sudah mencapai 3,5 meter, selalu hadir menyapa pengunjung. Ikan buas ini, mencoba ditaklukan dengan perlakuan yang lembut dan manusiawi.
"Lagi-lagi kami waspada, kami memasang papan peringatan ada ikan buas, agar pengunjung berhati-hati," kata Bambang.
Advertisement
Menjaga Alam, Menjaga Naluri
Sebagai lembaga konservasi, Bambang tak bersedia menyebutkan angka pemeliharaan binatang dan tumbuhan yang ada. Namun dari visual yang ada, binatang-binatang itu sangat sehat, dan juga gemuk.
Kandang yang disiapkan juga berukuran cukup besar sehingga menjamin pergerakan dan mobilitas penghuninya.
"Agar tetap bisa bergerak alami dan tak kehilangan kelincahannya," kata Bambang.
Lembaga konservasi Agrowisata ini sekarang sudah menjadi area publik dengan angka kunjungan rata-rata 3000 orang tiap bulan. Tidak dikenakan biaya karena dijadikan sarana pembelajaran.
"Bukan hanya pembelajaran tentang jenis dan perilakunya. Namun juga pembelajaran bagaimana kita memperlakukan binatang agar moral kita sebagai manusia bisa terjaga," kata Bambang.