Tersasar Masuk Kampung Perbatasan NTT, Bagaimana Nasib Sang Buaya?

Buaya itu ditangkap karena masuk ke pemukiman warga dan mencoba untuk memangsa salah satu warga setempat.

oleh Ola Keda diperbarui 14 Mar 2018, 00:02 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2018, 00:02 WIB
Buaya Masuk Kampung
Warga menangkap dan mengikat buaya yang masuk kampung. (Foto: Istimewa/warga setempat/Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang - Warga Desa Forekmodok, Kecamatan Weliman, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), menangkap seekor buaya dengan panjang sekitar dua meter, Minggu, 11 Maret 2018.

Buaya itu ditangkap karena masuk ke permukiman warga. Reptil raksasa itu bahkan mencoba memangsa salah satu warga di wilayah yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste tersebut.

Salah satu warga, Erny Abrianti Ratu, ketika dikonfirmasi Liputan6.com membenarkan adanya penangkapan buaya tersebut oleh warga Desa Forekmodok.

Dia mengatakan, warga langsung berdatangan membawa senjata tajam dan berhasil menangkap buaya itu. 

"Warga secara spontan menikam dengan tombak dan memotong buaya hingga mati. Setelah itu, daging buaya dipotong-potong dan dibagi-bagi dagingnya untuk warga," ujarnya. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Buaya Incar Perahu di Sungai Mentaya Kalimantan Tengah

Binatang Buas Buaya
Ilustrasi Foto Buaya (iStockphoto)

Sementara di Kalimantan Tengah, anggota DPRD Kotawaringin Timur, Sutik, mengimbau kepada wisatawan susur Sungai Mentaya untuk berhati-hati dan waspada terhadap serangan buaya.

Pengelola maupun wisatawan susur Sungai Mentaya hendaknya tidak mengabaikan keselamatan.

"Sebab, saat ini, buaya yang ada di aliran Sungai Mentaya sering menyerang manusia," ucap Sutik di Sampit, Senin, 12 Maret 2018, dilansir Antara.

Menurutnya, mengganasnya serangan buaya di aliran Sungai Mentaya diduga karena habitatnya mulai terganggu dan buaya juga mulai kesulitan mendapatkan makan. Dengan meningkatkan kewaspadaan dan tidak mengabaikan keselamatan diharapkan para wisatawan bisa aman dan terhindar dari serangan buaya.

"Keamanan sangat penting, seperti mengenakan pelampung, tidak bermain air, dan tidak melakukan susur sungai pada senja hari," katanya.

Sutik mengatakan, susur sungai dengan menggunakan kapal wisata milik pemerintah daerah lebih terjaga keamanannya. Namun, susur sungai dengan menggunakan perahu yang dikelola masyarakat tentunya harus waspada terhadap serangan buaya karena perahunya agak kecil.

Sutik berharap dengan adanya ancaman serangan buaya ini tidak mempengaruhi minat masyarakat untuk berwisata susur sungai, asalkan selalu waspada dan tetap menjaga keselamatan.

"Kita ingin wisata susur Sungai Mentaya tetap jalan. Sebab, wisata susur sungai belakangan mulai diminati masyarakat," ujarnya.

Belum lama ini, Jumiati salah seorang warga Desa Ganepo, Kecamatan Seranau, Kotawaringin Timur, menjadi korban serangan buaya saat mencuci pakaian di pinggir Sungai Mentaya.

Akibat serangan buaya itu korban selamat dan mengalami luka cakar serta gigitan buaya di bagian tangan kiri dan kanan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya