Cirebon - Seorang tukang urut bernama Tanjan (63) bersama istrinya, Sunati Saniah (42), tak henti-hentinya menyeka air mata. Kesedihan mereka tak terbendung saat Direktur Utama BMT Global Insani, H Basuni, menyangkal adanya program haji dan umrah. Basuni menganggap uang puluhan juta rupiah yang mereka setorkan hanya sebatas investasi biasa.
Bertahun-tahun mereka menabung demi bisa beribadah ke Tanah Suci dari jerih payahnya sebagai tukang urut keliling. Namun, harapannya seakan lenyap seketika. H Basuni bersikeras bahwa Tanjan bersama istrinya tidak terdaftar sebagai peserta program investasi haji.
Air mata kekesalannya menetes tak tertahankan. Tanjan mengaku tak habis pikir dengan perlakuan jajaran direksi yang diduga sudah menipu dan menilap uang Rp 90 juta lebih yang dibayarkan ke BMT Global Insani.
Advertisement
Baca Juga
Bibirnya bergumam bergetar sambil mengumpat kalimat kekecewaan. Seraya tak menyangka, jika Bos Global Insani itu memperlakukan dirinya dan ribuan calon haji lainnya.
Ibarat habis manis sepah dibuang, nasabah investasi haji dan umrah hanya dimanfaatkan uangnya saja untuk kepentingan pribadi jajaran direksi untuk melanggengkan bisnisnya.
"Ya Allah. Bapak ini sangat gila. Jelas-jelas kami mendaftar, ini bukti-buktinya. Ini (kuitansi pembayaran) siapa yang buat? Siapa yang menandatangani. Masih enggak ngaku juga. Saya waktu itu bayar ke Global Insani," teriak Tanjan sambil menyeka air mata saat pertemuan ribuan nasabah dengan jajaran direksi BMT Global Insani di Hotel Apita, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Minggu, 16 April 2018, dikutip JawaPos.com.
Nasabah asal Desa Penyindangan, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tersebut mengaku pada 2013 lalu ia mengikuti program investasi haji sekaligus qiradh. Dari hasil uang yang disisihkan sebagai [tukang urut](/2652772 "") keliling dan pengajar TK selama bertahun-tahun itu, Tanjan mengaku langsung membayarkan ke Global Insani.
Baca berita menarik dari JawaPos.com lain di sini.
Dijanjikan Berangkat Tahun 2018
Saat itu, bapak lima anak tersebut dijanjikan untuk berangkat haji pada 2018 ini. Akan tetapi, pada 2017 lalu keadaan perusahaan beralasan pailit dan tidak bisa menyelenggarakan haji dan umrah.
Atas kondisi pailit itu, pada 31 Maret 2017 lalu, Basuni membuat surat pernyataan akan mengembalikan uang nasabah pada April 2018 ini. Akan tetapi, penyelesaian uang nasabah tak kunjung dibayarkan.
Uang yang dibayarkan untuk investasi haji, ia bersama istrinya, masing-masing Rp 25 juta. Alhasil, pembayaran untuk dua orang sebesar Rp 50 juta.
Tanjan pun ikut program investasi qiradh bagi hasil usaha jahe yang dikelola oleh PT Surabraja Mandiri (SBM), keseluruhannya mencapai Rp 40 juta. Dengan demikian, Tanjan bersama istrinya merogoh kocek dalam-dalam agar niat mereka pergi ke Baitullah bisa tercapai.
"Awalnya seperti itu. Mereka bilang investasi haji tidak akan pailit. Karena di-backup oleh PT SBM, usahanya macam-macam. Tapi setelah pailit, dia (Basuni) hanya usaha jahe saja. Saya daftar haji, bilangnya investasi saja. Benar-benar biadab," ujar Tanjan dengan nada kesal.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â
Advertisement