Liputan6.com, Cilacap - Sebagaimana umat muslim lainnya, ratusan narapidana atau napi teroris yang kini mendekam di Pulau Penjara Nusakambangan, Cilacap, mempersiapkan diri sebaik mungkin pada Ramadan 1439 Hijriah ini.
Beragam kebutuhan disiapkan agar ibadah selama Ramadan khusyuk dan tuma’ninah. Di luar itu, rupanya ada makanan-makanan khusus selama Ramadan yang juga dikonsumsi saat berbuka puasa maupun sahur.
Di antaranya adalah kurma dan madu. Padahal, sejumlah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan dikenal sangat ketat dalam urusan makanan. Mereka akan meneliti satu per satu makanan yang hendak dikirimkan ke para napi.
Advertisement
Baca Juga
Tentu, ketatnya pengawasan ini berhubungan dengan banyaknya upaya penyelundupan barang-barang terlarang ke Nusakambangan. Hal itu tak hanya berlaku untuk napi teroris, melainkan napi kasus pidana lainnya.
Untuk itu, Tim Pengacara Muslim (TPM) meminta agar Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) memudahkan hak-hak narapidana kasus terorisme Lapas Nusakambangan selama menjalani ibadah Ramadan.
Koordinator TPM, Achmad Michdan mengemukakan, selain menjalankan kewajiban-kewajiban ibadah, napi teroris juga memiliki kebiasaan yang mungkin sepele, tapi sudah menjadi kebutuhan mereka.
Beberapa di antaranya soal makanan. Napi teroris biasanya mengonsumsi kurma dan madu. Makanan ini biasanya menjadi pembuka buka puasa Ramadan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kurma, Madu, dan Kunjungan Keluarga Napi Teroris Selama Ramadan
"Hak mereka ya. Kalau Ramadan itu kan banyak makanan-makan yang kita suplai. Itu tidak terbatas pada tahahan (klien) kami, tetapi juga untuk napi lain dan untuk sipir," ucap dia, kepada Liputan6.com, Sabtu, 12 Mei 2018.
TPM sudah mempersiapkan kurma dan madu dalam jumlah besar yang akan dikirimkan ke Nusakambangan. Namun, ia belum mengomunikasikan hal itu dengan Ditjen PAS. Karena itu, ia berencana menemui Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen PAS) untuk membicarakan hal ini.
Ia tak mau hal-hal sepele memicu kesalahpahaman di dalam Lapas Nusakambangan. Lagi pula, kurma dan madu ini pun tak hanya dikirimkan untuk kliennya yang kini banyak menghuni Lapas Pasir Putih, melainkan untuk napi lain dan para sipir.
Kurma dan madu itu merupakan titipan dari keluarga napi teroris maupun yang dipersiapkan oleh TPM sendiri.
"Biasanya, kita kirim kurma dalam jumlah besar, biasanya juga madu. Itu sesuatu yang, agar bisa difasilitasi," dia menambahkan.
Michdan juga meminta agar selama Ramadan ada kelonggaran bagi napi untuk menjalankan ibadahnya. Misalnya, untuk berjemaah salat wajib dan tarawih.
Advertisement
Tanggapan Dirjen Pemasyarakatan
Lapas juga diminta untuk memberi dispensasi waktu yang longgar untuk bertemu dengan keluarganya. Alasannya untuk berkunjung ke Lapas Nusakambangan, mereka menempuh jarak yang sangat jauh dan mengeluarkan biaya tak sedikit.
Sering terjadi, keluarga hanya memiliki waktu 15 menit bertemu lantaran ada antrean. Padahal, waktu yang ditentukan biasanya antara satu hingga dua jam.
"Keluarga diberi kemudahan untuk ketemulah, karena posisi mereka kan jauh-jauh, ya," ujarnya.
Michdan juga menilai, masalah-masalah sepele itu bisa jadi memicu dendam para napi teroris yang jika terakumulasi bisa menyebabkan antipati terhadap petugas dan institusi negara. Bukannya sadar, mereka justru semakin anti terhadap negara.
Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS), Sri Puguh Budi Utami menjamin, kebutuhan untuk napi teroris yang berada di Nusakambangan akan dipenuhi. Ia pun menyatakan perlakuan untuk mereka sangat manusiawi.
Selama Ramadan, pihak lapas, bahkan di Lapas "High Risk" mempersiapkan semuanya agar napi menjalankan ibadah Ramadan dengan nyaman.
"High risk, puasa tetap diberi kesempatan. Jadi mereka ada saja, makanan, ada itu, kita tidak mengurangi itu,” kata Sri Puguh, usai berkunjung ke Nusakambangan, Sabtu, 12 Mei 2018.
Terkait informasi kesulitan keluarga untuk mengirimkan makanan ke lapas, Sri Puguh juga membantahnya. "Ah tidak, sekarang sudah gini," dia memungkasi, sembari mengangkat jempol dan menutup pintu mobil.