Keindahan dan Misteri Berpadu di Pantai Selatan Jember

Aura mistis dirasakan, apalagi saat tradisi larung sesaji yang diadakan setiap tahunnya, tiap bulan Suro.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 17 Feb 2019, 03:03 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2019, 03:03 WIB
Pantai Puger Jember
Pantai Puger Jember (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jember - Salah satu obyek wisata bahari pantai selatan Kabupaten Jember, Jawa Timur menyuguhkan pemandangan menawan. Bentangan bukit dan pantai bak lukisan alam berjajar sepanjang pantai selatan Jember,  mulai dari Pantai Paseban di Kecamatan Kencong, Pancer Puger, Watu Ulo Kecamatan Ambulu, Pantai Pasir Putih Malikan, Bande Alit Kecamatan Tempurejo, seperti lukisan alam.

Sementara perahu-perahu nelayan berlalu lalang dengan segala aktivitasnya menjadi pemandangan menarik tersendiri. Selain tempat-tempat tersebut menyuguhkan pemandangan indah, juga sebagai urat nadi kehidupan ekonomi masyarakat nelayan sekitar pantai.

Pantai Puger yang terletak kurang lebih 40 kilometer dari Kabupaten Jember juga jadi tujuan orang yang suka memancing. Di pantai ini juga terdapat TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yang menjual ikan hasil tangkapan nelayan Puger dan Payangan Desa Sumber Rejo Ambulu. Tidak heran, jika pantai Puger menjadi titik temu antar nelayan.

"Banyak nelayan luar Puger sandar di sini. Seperti nelayan dari Madura, Probolinggo, dan Kalimantan,” ucap Hafid (36) nelayan setempat, Jumat 15 Fberuari 2019.

Daya tarik wisatanya terletak di sekitar Pantai Puger, baik dari Cagar Alam Puger Watangan maupun pesona Sumber Air Kucur di Pantai Kucur. Pantai Puger juga merupakan gerbang keluar menuju Cagar Alam Pulau Nusa Barong.

Aura mistis dirasakan, apalagi saat tradisi larung sesaji yang diadakan setiap tahunnya, tiap bulan Suro. Kedua tempat nelayan dan wisata bahari terpopuler di pantai selatan, nelayan Watu Ulo pantai Payangan Ambulu dan Puger menggelar acara petik laut secara rutin. Selain itu juga menggelar doa bersama sebulan sekali.

"Kami menggelar petik laut dengan melakukan larung sesaji, supaya diberi keberkahan dan keselamatan dan tangkapan ikan yang melimpah, setiap bulan suro," kata Ketua Forum Nelayan Payangan, Heri Suryata.

 

Tradisi Turun Temurun

Pantai Puger Jember
Pantai Puger Jember (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Hal ini dilakukan untuk minta perlindungan kepada Allah, supaya dijauhkan dari marabahaya, dan mendapatkan rezeki yang berkah. Tradisi ini sudah menjadi kebiasaan dan turun - temurun, jika tidak dilakukan khawatir terjadi musibah terhadap warga.

Hal senada juga diucapkan Nidom (48) nelayan Puger. Kata Nidom, tradisi dan mitos yang ada di sepanjang Pantai Puger hingga Pantai Kucur memang sudah turun- temurun adanya. Nidom menjelaskan, selain fungsi sesajen seba­gai ucapan syukur kepada Yang Maha. Fungsi sesajen itu sendiri dianggap juga seba­gai penunjuk arah mata angin.

Mereka percaya, arah mata angin merupakan kompas keberuntungan ketika melaut. Jika sesajen terse­but berlabuhnya ke arah utara dan berhenti lama di tengah laut, maka di situlah letak kumpulnya ikan.

Jadi tidak mengherankan jika arah angin, kompas dan perahu merupakan guratan urat nadi kehidupan warga pesisir Pantai Puger yang lekat akan mitologi tersebut. Dan yang terpenting, diberikan rasa keberanian ketika menerjang ganasnya ombak laut Selatan serta diberikan perlindungan dari serangan gaib, baik dari ilmu hitam antar nelayan ataupun kemalangan.

"Makanya den­gan adanya larungan sesaji ini, berharap kedamaian selalu muncul di hari para nelayan. Intinya, jangan sampai terjadi perbuatan celaka gara-gara mencari ikan,” tutur Nidom.

Sementara nelayan lainnya, Muhamad Edy Susanto menyampaikan rasa syukurnya kepada Allah SWT, diberi keselamatan. Sebab, sejak menjadi nelayan Puger, mulai tahun 1975, sudah mengalami 12 kali kecelakaan.

"Alhamdulillah 12 kali kecelakaan, diterjang ombak saat memasuki pintu pelawangan pantai Pancer Puger, masih diberi keselamatan," tutur pria yang biasa dipanggil Cak Mat ini.

Jadi Menantu Nyi Roro Kidul

Pantai Puger Jember
Pantai Puger Jember (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Cak Mat menjelaskan, pelawangan Puger adalah tempat yang paling berbahaya dan sudah puluhan perahu dan kapal nelayan, karam saat memasuki pintu pelawangan. Bahkan sudah banyak korban yang meninggal dunia dan hilang yang hingga saat ini belum ditemukan.

"Kepercayaan warga setempat, nelayan yang hilang dan belum ditemukan, dipek mantu Nyi Roro Kidul dijadikan menantu Nyi Roro K idul)," tutur Cak Mat.

Hingga saat ini ada satu tempat di sekitar pantai Pancer yang masih misteri yakni Palung Nyonya. Sehingga wisatawan bahkan warga setempat dilarang mandi di tempat tersebut. Sebab, tempat tersebut terkenal angker dan berbahaya. Jika mandi ditempat tersebut, bisa kesedot dan mayatnya akan keluar lagi di sekitar pintu pelawangan Puger.

"Jika terjadi Kecelakaan di pelawangan, korban terseret arus ke arah barat dan masuk Palung Nyonya, maka mayatnya akan keluar di timur lagi (di pintu pelawangan Puger)," katanya.

Mengapa hal itu, bisa terjadi hingga saat ini, tidak ada yang tahu. Meski demikian, nelayan tetap tidak gentar, apalagi takut melaut.

"Setinggi apapun ombaknya, kami akan tetap melaut, selama ada ikannya. Kalau paceklik ikan kami tidak melaut. Tapi bukan karena takut, tapi karena ikan tidak keluar. Kami hanya takut lapar saja," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya