Liputan6.com, Pekanbaru - Harimau sumatera yang menyerang warga di daerah Sungai Rawa, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, diperkirakan masih berusia dua tahun. Datuk belang ini disebut masih belajar berburu sehingga nekat menyerang manusia.
Menurut Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono, dugaan harimau itu masih anakan dilihat dari caranya menggigit Mardian pada Sabtu siang, 2 Maret 2019. Gigitan harimau itu menancap di kepala dan mencakar bagian punggung.
"Luka korban di kepala, tangan, dan telinga, kalau harimau dewasa biasanya cari tengkuk dan gak akan lepas," kata Suharyono di Pekanbaru, Senin, 4 Maret 2019.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Kasus harimau muda ini disebut Suharyono berbeda dengan Bonita dan Boni ataupun Atan di Pelangiran, kabupaten yang sama. Harimau-harimau itu, dua di antaranya sudah ditangkap (Bonita dan Atan), selalu menyerang di bagian tengkuk.
Untuk mencari keberadaan harimau ini, BBKSDA sudah mengirim satu tim ke lokasi. Tim ini terdiri dari penembak jitu berpeluru bius, tim medis, polisi hutan dan dokter hewan. Petugas juga membawa kerangkeng jika nanti diputuskan langkah evakuasi.
Tim juga sudah berkomunikasi dengan masyarakat setempat dan menyosialisasikan tentang keberadaan harimau. Tanggapan masyarakat sejauh ini masih bagus dan menerima saran agar tak beraktivitas di hutan.
"Masyarakat bisa memahami, kemudian lokasi penyerangan juga jauh dari pemukiman, sekitar enam sampai tujuh jam jalan kaki," terang Suharyono.
Posisi penyerangan sendiri, tambah Suharyono, disebut masyarakat sebagai kawasan hutan yang masuk ke landscape Suaka Margasatwa Kerumutan. Artinya, lokasi itu masih termasuk wilayah jelajah harimau.
Dievakuasi atau Tidak?
Untuk memastikan ini, Suharyono menyebut akan menentukan koordinat lokasi itu. Hal ini perlu sebagai penentu langkah, apakah nanti dilakukan evakuasi atau harimau dibiarkan berada di lokasi dan masyarakat diminta tak beraktivitas di sana.
"Kalau memang nanti masuk ke Kerumutan, tidak mungkin dilakukan evakuasi karena memang di sana habitatnya, di sana rumahnya," tegas Suharyono.
Sekadar informasi, landscape Kerumutan masuk ke wilayah jelajah Bonita, Boni, dan Atan. Hanya saja harimau pertama dan ketiga terpaksa dievakuasi karena masuk ke permukiman.
Khusus Bonita, harimau betina satu ini juga sudah berubah perilakunya. Dia seolah "jinak" serta tidak takut berjumpa manusia, malahan mendekati. Dalam jarak tertentu, Bonita langsung mengejar dan menerkam sehingga menyebabkan dua warga tewas.
Kawasan Kerumutan menjadi salah satu suaka margasatwa di Riau yang hingga kini masih menjadi kantong harimau. Beberapa ekor satwa belang terancam punah di sana masih mendiami kawasan yang membentang dari Pelalawan, Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir itu.
Terkait jumlahnya, Suharyono tidak mau menyebutkan. Alasan keselamatan harimau menjadi faktor agar jumlahnya dirahasiakan di sana.
"Nanti kalau disebut malah dijadikan tempat perburuan liar," tegas Suharyono.
Â
Simak juga video pilihan berikut ini:
Advertisement