Cara Purbalingga Bikin Batik Motif Gua Lawa dan Wayang Suket Mendunia

Pemkab Purbalingga melihat ada potensi untuk membuat batik motif Gua Lawa dan wayang Suket sejajar dengan motif-motif dari daerah lainnya yang lebih dulu populer

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 12 Mar 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2019, 15:00 WIB
Pemkab Purbalingga meningkatkan popularitas batik lokal melalui batik carnival 2018. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)
Pemkab Purbalingga meningkatkan popularitas batik lokal melalui batik carnival 2018. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purbalingga - Indonesia dikenal dengan kekayaan budayanya. Salah satunya batik, sebagai seni yang lahir dan tumbuh di nusantara.

Pengakuan bahwa batik adalah produk otentik Indonesia juga telah diakui UNESCO, badan PBB yang mengurusi pendidikan dan kebudayaan. Batik dinilai sebagai warisan budaya yang mesti dijaga.

Hingga tahun 2017, Pemerintah Indonesia telah mematenkan setidaknya sebanyak 300 desain batik. Pemerintah khawatir, batik Indonesia dijiplak atau bahkan diklaim oleh negara lain.

“Pemerintah Indonesia telah berjuang mendapatkan pengakuan ini. Mereka juga berjuang melindungi batik dari pencuri motif,” ucap PLt Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi, beberapa waktu lalu.

Salah satu sentra batik yang tengah menggeliat akhir-akhir ini adalah Purbalingga, Jawa Tengah. Dalam khazanah batik-membatik, nama Purbalingga sebelumnya hanya lamat terdengar.

Pamornya kalah oleh kabupaten tetangga, Banyumas atau Pekalongan. Tetapi, perlahan batik Purbalingga mulai memperkaya khazanah batik nasional dengan beragam motifnya.

Hal itu juga tak lepas dari peran pemerintah daerah untuk menggenjot produksi dan memperkenalkan kain batik khas Purbalingga. Pemkab Purbalingga melihat ada potensi untuk membuat batik motif Gua Lawa sejajar dengan motif-motif dari daerah lainnya yang lebih dulu populer.

Bahkan, untuk menjaga agar motif Lawa tak ditiru oleh daerah lainnya, Pemkab Purbalingga telah mematekan produk khasnya ini pada 2017 lalu. Saat itu, pemerintah bahkan sempat menggelar kompetisi desain untuk menemukan motif Lawa terbaik.

“Ada enam yang dipatenkan. Yang menang lomba desain batik. Juara 1 sampai harapan 3,” kata Adi Purwanto, Kepala Bidang UKM Dinas Koperasi dan UMKM Purbalingga.

 

Popularitas Batik Khas Purbalingga

Batik motif Gua Lawa, khas Purbalingga. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)
Batik motif Gua Lawa, khas Purbalingga. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)

Tak sekadar melindungi, kesejahteraan pembatik juga menjadi prioritas Pemkab Purbalingga. Caranya yakni dengan menggenjot popularitas dan pemasaran batik motif Gua Lawa.

Salah satu caranya yakni dengan mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) mengenakan batik motif Gua Lawa tiap Kamis. Imbasnya, permintaan motif batik ini pun meningkat pesat.

Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UKM Purbalingga, Adi Purwanto mengungkapkan, rencananya, tahun ini motif Gua Lawa juga bakal dikenalkan sebagai seragam sekolah. Langkah ini perlu dilakukan agar produk khas Purbalingga ini dikenal luas.

Program itu selaras dengan gerakan untuk menggunakan produk sendiri, sebagaimana tersirat dalam program bela-beli Purbalingga. Pemkab juga membantu pemasaran, baik secara langsung (offline) maupun daring.

“Kita punya tim khusus untuk membantu penjualan secara online,” ucapnya.

Dia mengklaim Pemkab juga membantu sarana produksi. Pemkab juga memfasilitasi pengrajin untuk mengikuti pameran produk baik dalam skala regional maupun nasional.

Selain motif batik Lawa, saat ini Pemkab Purbalingga juga tengah mengembangkan motif Wayang Suket dan Limbasari. Rencananya, tahun ini Wayang motif Wayang Suket akan diluncurkan. Sama seperti motif Gua Lawa, penjualan motif Wayang Suket juga akan didongkrak.

“kita juga sedang mengembangkan yang tidak ada di daerah lain adalah motif Wayang Suket. Itu, kita sedang merintis itu dan tahun ini akan dilaunching,” ucapnya.

Adi menambahkan, di Purbalingga ada sekitar 400 perajin batik yang tersebar di sembilan desa di enam kecamatan. Sembilan desa tersebut yakni, Desa Limbasari, Dagan, Bobotsari, Metenggeng, Tlahap Kidul, Mrebet, Selabaya, Gambarsari, dan Galuh.

Dia mengakui, kualitas produk batik Purbalingga masih di bawah daerah-daerah sentra batik lainnya, seperti Banyumas atau Pekalongan. Sebab itu, untuk meningkatkan kualitas produk, Purbalingga menggelar pelatihan tiap tahun agar kualitasnya terus meningkat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya