Dieng dan Magnet Embun Es di Tanah Para Dewa

Pengalaman-pengalaman sebelumnya, embun es Dieng muncul pada Juni-Agustus.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 11 Jun 2019, 19:00 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2019, 19:00 WIB
Kompleks Candi Arjuna di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/UPT Dieng/Muhamad Ridlo)
Kompleks Candi Arjuna di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/UPT Dieng/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Popularitas Dataran Tinggi Dieng (Dieng) kesohor melampaui batas negara. Pun pada masa libur Lebaran 2019 ini.

Permukiman tua dan risalah candi-candinya membuat Dieng menjadi wilayah yang bertahan dengan segala keautentikannya. Dieng, adalah salah satu destinasi wisata yang paling unik di dunia dan sukar dicari tandingannya.

Dieng sebenarnya adalah kaldera raksasa gunung purba. Layaknya kaldera, di pegunungan Dieng masih ada belasan kawah aktif. Beberapa di antaranya bahkan menjadi destinasi wisata yang cukup diminati.

Berada di ketinggian di atas 2.000 mdpl, permukiman di Dieng adalah satu yang tertinggi di dunia. Satu periode dalam setahun, Dieng bak berselimut salju, dengan datangnya embun es atau bun upas.

Di negara tropis seperti Indonesia, es alami adalah fenomena yang langka. Tak pelak kemunculan embun es itu banyak diburu oleh wisatawan domestik. Embun es adalah daya tarik luar biasa untuk Dieng.

Pada Mei 2019, embun es dilaporkan muncul tiga kali. Barang kali, ini lah yang memicu kunjungan begitu tinggi pada libur Lebaran 2019 ini.

Sebab, embun es Dieng diperkirakan masih akan muncul pada musim kemarau ini. Pengalaman-pengalaman sebelumnya, embun es Dieng muncul pada Juni-Agustus.

Tingkat Kunjungan Libur Lebaran

Embun es di Dataran Tinggi Dieng. (Foto: Liputan6.com/UPT Dieng/Muhamad Ridlo)
Embun es di Dataran Tinggi Dieng. (Foto: Liputan6.com/UPT Dieng/Muhamad Ridlo)

Beberapa tanda kemunculan embun es di antaranya, terjadi penurunan suhu secara signifikan pada malam hari. Kemudian, langit cerah tanpa tutupan awan.

"Tapi kalau sekarang suhu pagi masih kisaran tujuh derajat Celsius. Cukup hangat. Kemarin juga sempat gerimis," kata Aryadi Darwanto, Kepala UPT Dieng, Senin malam, 10 Juni 2019.

Tercatat hingga H+5 Lebaran Idul Fitri 2019, Senin, 10 Juni 2019, sebanyak 83.348 wisatawan mengunjungi Dieng, yang terdiri dari 83.315 turis lokal, 33 lainnya adalah wisatawan mancanegara.

Pada periode yang sama pada 2018, Dieng hanya dikunjungi oleh sebanyak 55.111 wisatawan. Terjadi kenaikan luar biasa dibanding kunjungan pada tahun sebelumnya. "Ada kenaikan sebesar 54 persen," ucapnya.

Dia menjelaskan, seperti tahun-tahun sebelumnya, pada lebaran tahun ini, Dieng dipadati wisatawan yang kebanyakan dari luar daerah. Puncak kunjungan wisatawan terjadi pada H+4 atau hari Minggu, 9 Juni 2019. Pada hari itu, wisatawan yang berkunjung ke Dieng mencapai 20.393 orang.

Meski sekarang sebagian masyarakat sudah kembali ke kota untuk memulai rutinitas usai mudik, Dieng diperkirakan masih akan diserbu wisatawan hingga sepekan ke depan. Sebab, libur panjang sekolah masih berlangsung hingga Juli.

Masalah Klasik Dieng: Macet

Suasana di Dataran Tinggi Dieng pada masa libur lebaran 2019. (Foto: Liputan6.com/UPT Dieng/Muhamad Ridlo)
Suasana di Dataran Tinggi Dieng pada masa libur lebaran 2019. (Foto: Liputan6.com/UPT Dieng/Muhamad Ridlo)

Momentum libur sekolah biasanya dimanfaatkan sebagian masyarakat untuk berwisata. Karenanya, banyak pula keluarga yang masih berwisata, meski tentu tidak seramai masa libur Lebaran.

Aryadi mengemukakan, dari seluruh destinasi wisata Dieng, Kawah Sikidang menjadi destinasi wisata yang paling banyak diminati pengunjung. Barangkali lantaran keunikannya.

Data UPT Dieng menyebut, Kawah Sikidang dikunjungi oleh 11 ribu orang lebih. Kemudian, kompleks candi Arjuna menyusul di belakangnya, dengan angka 6.000 lebih pengunjung.

Aryadi menambahkan, kemacetan di kawasan Dieng menjadi persoalan klasik setiap kali terjadi luapan jumlah pengunjung. Pun pada momentum libur Lebaran tahun ini.

Tahun ini, kemacetan di jalur wisata Dieng terjadi sejak H+1 Idul Fitri saat Dieng dipadati pengunjung. Padatnya volume kendaraan yang tak sesuai dengan kapasitas jalan membuat kemacetan di jalur wisata Dieng tak terelakkan.

Di samping itu, menurut Aryadi, perilaku pengendara yang enggan tertib di jalan raya memicu kemacetan lebih parah. Terlebih, jalan menuju Dieng sempit dan berkontur miring.

“Pengendara motor sering menyerobot jalan, akibatnya macet," dia mengungkapkan.

Namun begitu, dia mengklaim kemacetan tahun ini masih normal. Artinya, kemacetan tak sampai membuat kendaraan terjebak hingga berjam-jam. Hanya terjadi antrean kendaraan di simpang empat atau simpang tiga dan segera terurai.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya