Goncangan Gempa Dieng dan Kisah Horor Kawah Timbang Tewaskan 149 Penduduk

Gempa yang pasti berpengaruh terhadap kawah gunung api adalah gempa vulkanik. Kalau tektonik, bisa pengaruh bisa tidak

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 24 Mar 2019, 12:01 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2019, 12:01 WIB
Masyarakat Dataran Tinggi Dieng terbiasa hidup berdampingan dengan kawah-kawah aktif. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Masyarakat Dataran Tinggi Dieng terbiasa hidup berdampingan dengan kawah-kawah aktif. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Warga Batur, Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah dikejutkan oleh gempa yang melanda kawasan ini sekitar pukul 18.30 WIB.

Surip, Kepala Pos Pengamatan Gunung Dieng Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merinci, gempa terjadi pada pukul 18.36.40 WIB. Gempa tektonik lokal dirasakan di Batur dan sekitarnya dengan skala MMI II.

Menurut dia, Stasiun Seismik Kawah Timbang merekam lebih awal. Tetapi, ia menegaskan gas Kawah Timbang masih dalam keadaan normal.

"Gempa yang pasti berpengaruh terhadap kawah gunung api adalah gempa vulkanik. Kalau tektonik, bisa pengaruh bisa tidak. Tapi sekarang kondisinya normal," katanya, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat 22 Maret 2019 malam.

Surip mengakui, Kawah Timbang adalah salah satu kawah beracun Dieng. Karenanya, masyarakat harus selalu waspada. Antara lain dengan tidak mendekati kawasan kawah pada malam atau pagi hari.

Sebabnya, konsentrasi gas beracun, Co2, pada pagi atau malam masih tinggi. Gas ini akan memuai saat terkena sinar matahari.

Namun, ia menegaskan bahwa aktifitas Kawah Timbang normal paskaguncangan gempa. Tak terpantau pula ada gempa susulan. Untuk itu masyarakat tak perlu risau lantaran termakan kabar yang tak jelas asal-usulnya.

Kawah yang mengeluarkan gas beracun ini terakhir kali erupsi pada tahun 2013. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.

"Kami mengimbau agar masyarakat tetap tenang. Status Kawah Timbang normal," dia menegaskan.

149 Orang Tewas Akibat Gas Beracun Kawah Timbang pada 1979

Ilustrasi – Erupsi Kawah Sileri, Dieng. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi – Erupsi Kawah Sileri, Dieng. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

Menilik sejarahnya, Kawah Timbang yang berada di kawasan Butak Petarangan pernah menyebabkan kematian massal warga Desa Kepucukan pada 1979. Korban jiwa mencapai 149 orang pada pagi buta 20 Februari 1979.

Penyebabnya adalah meletusnya Kawah Sinila yang diikuti dengan meningkatnya aktivitas Kawah Timbang yang kemudian mengeluarkan gas beracun dengan konsentrasi tinggi dan jumlah banyak.

"Sebenarnya, tahun 1979 yang meletus itu Kawah Sinila, itu betul. Kawah Sinila meletus, kreatif, seperti Kawah Sileri pada saat ini. Material yang dikeluarkan adalah lumpur panas, lontaran batu dan lahar. akan tetapi yang perlu diingat yang membunuh 149 warga Kepucukan tersebut adalah Kawah Timbang," ucap Aziz Yulianto, Petugas Pos Pengamatan Gunung Dieng, 4 Juli 2017, dua hari usai meletusnya Kawah Sileri.

Aziz menambahkan, secara konstan Kawasan Gunung Butak Petarangan mengeluarkan gas CO2, H2S dan SO2. Di kawasan itu terdapat kawah Timbang dan Sinila, serta rekahan vulkanik Sibanger dan Wanapriya yang membentuk sebuah kawasan berbahaya.

Aziz menjelaskan, ada tiga diantara 11 kawah di Dieng yang ditetapkan sangat berbahaya lantaran kerap mengeluarkan gas beracun. Ketiga kawah tersebut yaitu, Timbang, Sinila dan Sikendang.

Pasalnya, meski jarang erupsi, namun ketiga kawah tersebut secara simultan mengeluarkan gas beracun, meski dengan konsentrasi yang fluktuatif.

Penerobos Kawasan Berbahaya

Stasiun Seismik Kawah Timbang, Dieng merekam gempa tektonik lokal Skala MMI II. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Stasiun Seismik Kawah Timbang, Dieng merekam gempa tektonik lokal Skala MMI II. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

"Kita kan konsentrasinya ke gas beracun. Nah, ketika konsentrasinnya sudah mencemari udara yang ada di sekitar kawah situ maka kita larang ada aktivitas di sekitarnya. Kemudian, kita juga mengukur sejauh mana kontaminasi gas beracun itu, baru kita mengeluarkan angka," ucap Aziz, 4 Juli 2017, usai meletusnya Kawah Sileri.

Meski menjadi kawasan yang berbahaya, akan tetapi masyarakat rupanya telah terbiasa dengan keberadaan kawah-kawah ini. Mereka pun tak takut dengan keberadaan kawah berbahaya, dan bahkan bercocok tanam di sekitar kawah tersebut.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Banjarnegara, Arif Rachman mengatakan, salah satu kawasan yang paling berhaya tetapi kerap diterobos adalah Kawah Sinila dan Kawah Timbang yang berada di satu kawasan, Butak Petarangan.

Menurut dia, warga setempat seringkali menerobos kawasan yang dinyatakan tak aman. Padahal telah menetapkan zonasi kawah berbahaya lantaran berpotensi mengeluarkan gas beracun.

"Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menetapkan radius 500 meter sebagai daerah steril dari aktifitas. Namun, masyarakat membandel dengan tetap beraktivitas di radius berbahaya itu," kata Arif.

Menurut dia, banyak warga yang memiliki lahan di sekitar kawah sehingga mereka nekat menerobos. Selain itu, semakin dekat dengan kawah, maka tanah akan semakin subur.

“Kita telah memasang tanda merah, maksudnya bahaya satu, ring dua, dan seterusnya. Tapi karena daerah-daerah kawah tersebut cenderung lebih subur, sehingga kadang masyarakat itu menjadi nekat. Jadi beberapa peringatan sudah dipasang, tetapi mereka tetap menorobos," ucapnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya