Liputan6.com, Konawe Utara - Setelah banjir Konawe Utara, Desa Tapuwatu, Kecamatan Asera, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara hilang diterjang air bah, Jumat (7/6/2019). Sebanyak 80 unit rumah warga hanyut ke Sungai Lasolo, sebelumnya diberitakan 75 rumah saja.
Sebelum banjir merendam desa pada Minggu (2/6/2019), ternyata istri Kepala Desa Tapuwatu, Idawati (43) sudah sering bermimpi buruk. Ibu dengan empat orang anak ini, sering bermimpi desanya direndam banjir.
Mimpi ini, terjadi saat bulan Ramadan. Hanya beberapa hari sebelum kampungnya rata diterjang banjir bandang.
Advertisement
Namun, mimpinya dianggap biasa saja dan tak pernah diceritakan pada suaminya, Ahmad Badwin. Sebab, air sungai Lasolo sering naik beberapa sentimeter dan dianggap biasa oleh warga.
Baca Juga
"Tapi, mimpi ini terjadi berulang kali. Malah, karena beberapa kali dengan mimpi berbeda, saya sering menghayal," ujar Idawati, ditemui di lokasi pengungsian, Minggu (23/6/2019).
Pada waktu berbeda, Idawati bercerita, sering bermimpi mendaki gunung. Namun, dalam mimpinya dia mengakui kerap jatuh ke dalam air.
"Itu berulang-ulang. Saya langsung berpikir, apa yang akan terjadi sama saya," ujarnya.
Beberapa hari setelah bermimpi, hujan deras mulai turun di kampungnya. Menganggap hanya hujan biasa, hujan tak juga berhenti selama beberapa hari.
Dua hari sebelum lebaran, Idawati menceritakan banjir mulai naik namun belum terlalu tinggi merendam desa. Dua hari setelah lebaran, banjir Konawe Utara makin tinggi dan menghanyutkan puluhan rumah di kampungnya.
"Di situ kami lari ke hutan dengan suami dan empat anak saya, melawan arus sungai. Sebab, untuk ke gunung, air sudah deras sekali dan kami takut hanyut," kenang Idawati.
Saat kembali ke desa, dia sudah tak menemukan lagi rumahnya. Bahkan, perabotan pun hanyut terbawa banjir.
"Saya takut tinggal di Tapuwatu, saya tak mau lagi. Sedikit saja kami terlambat lari, mungkin saya sudah hanyut dibawa banjir Konawe Utara," ujar Idawati.
Ribuan Buku Rapor Siswa Hanyut
Belasan sekolah di Konawe Utara rusak dan dipenuhi endapan lumpur usai banjir Konawe Utara. Sebanyak 17 unit TK, 10 unit sekolah dasar, 3 unit SMP dan 1 unit SMA rusak terendam banjir.
Sejumlah fasilitas di sekolah hancur, termasuk sejumlah data dan surat-surat berharga. Salah satunya, ratusan buku rapor siswa hanyut dan rusak terbawa banjir.
Salah satu SMP negeri di Andowia, malah kehilangan 383 rapor milik siswanya. Tinggal tersisa 40 unit rapor yang masih utuh, tetapi sudah nyaris hancur karena dipenuhi lumpur.
Kepala Sekolah SMPN 1 Andowia, Suhepia SPd mengatakan, tak sempat lagi menyelamatkan sekolah. Sebab, rumahnya juga terendam baniir dengan cepat.
"Guru lain juga sibuk selamatkan rumahnya, sama dengan warga di sekitar sekolah," ujar Suhepia.
Dia melanjutkan, hanya mampu menyelamatkan 40 unit komputer. Sedangkan, gedung dan surat berharga, banyak yang rusak.
Tidak hanya sekolahnya, sejumlah surat berharga dan bangunan sekolah lain di Konawe Utara juga hanyut dan rusak. Hingga saat ini, semua sekolah yang terkena dampak banjir di Konawe Utara masih diselimuti lumpur tebal.
Advertisement
KPK Kerja Diam-diam
Usai banjir Konawe Utara, Komisioner KPK La Ode Muhammad Syarif menyambangi Sulawesi Tenggara, Senin (24/6/2019). Datang memberikan kuliah umum kepada calon mahasiswa magister hukum soal lingkungan dan pertambangan, La Ode Muhammad Syarif menyinggung soal bencana banjir yang menerjang Konawe Utara.
La Ode Syarif mengatakan, KPK sudah melakukan pengkajian soal perusahaan tambang di Konawe Utara. Bahkan, nama-nama pemilik IUP sudah dalam pantauan.
"Kami sudah lakukan penelitian dan kajian, banyak perusahaan yang tak sesuai regulasi," ujar La Ode Syarif.
Dia mengatakan, terkait ada dampak langsung dan tak langsung terhadap alih fungsi lahan, perlu diteliti lebih lanjut.
"Tetapi karena dampak besar, banyak tanah longsor dan sekarang banjir berbeda dengan yang dulu di Konawe Utara, maka pasti ada eksploitasi berlebihan di daerah hulu," ujarnya.
Dia melanjutkan, pihaknya datang di Sultra agar tak terjadi lagi kasus korupsi yang melibatkan gubernur dan bupati di Sultra.
"Jadi, kalau kita lihat kerusakan tak berhubungan dengan tambang, itu pasti salah. Dan wakil Gubernur sudah bilang itu pasti ada hubungannya," ujar La Ode Syarif.
Ditanyakan soal ada atau tidaknya target KPK melakukan pemangggilan dan pemeriksaan terhadap pemilik perusahaan tambang atau pemerintah daerah, La Ode Syarif membantah.
"KPK ndak pernah bilang soal target. Kita kerja diam-diam saja kalau mau," pungkasnya.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Â