Liputan6.com, Yogyakarta Kompetensi keahlian di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mengalami perubahan seiring dengan Revolusi Industri 4.0. Sebab, siswa SMK harus memiliki kompetensi sesuai pasar kerja untuk memenuhi kebutuhan daerah, nasional, maupun internasional.
“Saat ini ada 146 kompetensi SMK di Indonesia yang dibutuhkan oleh dunia industri dunia kerja (DUDI),” ujar M Bakrun, Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di sela-sela pelaksanaan Lomba Kompentensi Siswa (LKS) SMK ke-27 tingkat nasional di JEC Yogyakarta, Selasa (9/7/2019).
Kompetensi itu terdiri dari 110 kompetensi untuk SMK dengan program tiga tahun dan 36 kompetensi untuk SMK program empat tahun. Meskipun demikian, Bakrun tidak menampik ada sejumlah kompetensi yang paling dibutuhkan dalam DUDI saat ini.
Advertisement
Baca Juga
“Bukan mengecilkan kompetensi lainnya, tetapi ada kompetensi yang benar-benar urgent dibutuhkan untuk sekarang,” ucapnya.
Ia menyebutkan, kompetensi yang paling diperlukan sekarang adalah mekatronika, elektronika, dan robotik. Menurut Bakrun, kompetensi itu diperlukan di era digital. Selain itu, ada pula kompetensi plumbing atau seni dan teknologi pembuatan dan pemasangan pipa untuk air bersih yang selalu dibutuhkan di setiap zaman.
Kompetensi non teknik yang diperlukan untuk mengisi DUDI saat ini adalah kuliner serta hotel dan restoran.
“Pada dasarnya, revolusi industri 4.0 tidak akan menghapus kompetensi secara langsung, melainkan lebih ke menumbuhkan jenis pekerjaan baru,” tutur Bakrun.
Ia mengungkapkan seiring dengan perubahan zaman, ada pula jurusan yang mulai dikurangi dan hanya tersisa 30 persen, seperti manajemen bisnis, administrasi perkantoran, dan akuntansi.
“Apakah kompetensi siswa SMK itu tidak diperlukan? Jawabannya, masih diperlukan tetapi tidak banyak karena sudah diakomodasi teknologi,” kata Bakrun.
Target untuk SMK di Indonesia
Bakrun menargetkan jumlah SMK di Indonesia menurun, namun siswa SMK meningkat. Ia beralasan ada sekitar 2.000 SMK di Indonesia yang jumlah siswanya kurang dari 60 orang.
“Kalau jumlah siswa kurang dari 60 itu sulit mengelola, itu alasannya dan saat ini total siswa SMK ada lima juta, dalam kurun waktu lima tahun ke depan kami target ada enam juta siswa SMK di Indonesia,” ujarnya.
Ia juga mengaku sudah berkomunikasi dengan sejumlah daerah untuk mengembangkan SMK sesuai dengan potensi daerah masing-masing. Misal, SMK kopi dikembangkan di Jawa Barat, SMK bakau di Sulawesi Selatan, dan SMK sawit di Riau.
Bakrun memaparkan LKS SMK ke-27 tingkat nasional yang digelar pada 7 sampai 13 Juli 2019 ini bertujuan untuk menunjukkan kompetensi yang dikembangkan oleh SMK sekaligus mempromosikan kompetensi siswa ke DUDI.
“Kegiatan ini juga jadi bahan evaluasi pembelajaran di SMK apakah sudah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh DUDI,” tuturnya.
Perhelatan yang mengambil tema Kompeten Menyongsong Industri 4.0 ini melombakan 32 bidang lomba. Ada satu bidang yang baru pertama kali dilombakan, yakni metrologi.
Menurut Bakrun metrologi merupakan ilmu dasar untuk jurusan teknis mesin, instrumentasi, dan sebagainya yang berguna untuk membuat alat presisi. Siswa harus bisa mengukur dengan tepat, sehingga memerlukan ilmu yang berkaitan dengan pembacaan alat ukur.
Advertisement
Kawan Lama Ambil Bagian
Kawan Lama sebagai distributor tunggal dan utama untuk merek teknik ternama internasional ikut ambil bagian dalam kompetisi ini. Perusahaan ini menguji kompetensi siswa SMK untuk lima bidang lomba teknik, yakni automobile technology, metrology, welding, CNC Milling, dan CNC Turning.
“Kami ikut berpartisipasi mendidik bangsa khususnya pendidikan vokasi supaya tenaga kejuruan mampu mengoperasikan alat-alat dengan sistem komputersisasi,” ujar Tony Sartono, Komisaris PT Kawan Lama Sejahtera.
CNC merupakan mesin yang digunakan untuk proses manufacturing atau material logam, berbasis teknologi komputer dengan pengendalian dan desain produk secara digital. Lomba CNC bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa SMK dalam pengoperasian dan pemrograman CNC sebab di era digital, mesin-mesin ini yang akan digunakan.
Lomba kompetensi CNC Milling dan Turning dibagi dua, yakni uji kompetensi teori dan praktik. Peserta akan membuat program CAD/CAM dan membuat simulasi melalui software yang sudah disiapkan untuk ditransfer ke mesin CNC.
“Untuk tes praktik, juri akan menilai pengamatan proses maupun hasil dan aktualisasi program ke proses pembuatan program jadi melalui mesin CNC,” tuturnya.